Nasdem Ajukan Figur dari Luar Partai untuk Pilpres 2024
Rakernas Nasdem merekomendasikan Anies Baswedan, Andika Perkasa, atau Ganjar Pranowo untuk dipilih sebagai capres Nasdem di Pilpres 2024. Pilihan pada figur di luar Nasdem itu dinilai untuk meningkatkan suara partai.
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR, KURNIA YUNITA RAHAYU, MAWAR KUSUMA WULAN
·5 menit baca
JAKARTA,KOMPAS - Tak ada kader Partai Nasdem di antara tiga bakal calon presiden yang direkomendasikan partai untuk Pemilu Presiden 2024. Partai memutuskan merekomendasikan figur dari luar partai, bahkan salah satunya kader partai politik lain. Ketiga bakal calon presiden dimaksud ialah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Rekomendasi Nasdem itu merupakan hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Nasdem yang digelar sejak Rabu (15/6/2022) hingga Jumat (17/6). Hasil rekomendasi diserahkan Ketua Panitia Pengarah (Steering Committee) Rakernas Nasdem Prananda Paloh kepada Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan dibacakan Surya dalam acara penutupan rakernas pada Jumat malam.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Ketiga nama bakal calon presiden (capres) itu dipilih dari banyak figur yang diusulkan oleh 34 dewan pimpinan wilayah (DPW) Nasdem. Di antara banyak nama yang diusulkan, Anies dan Ganjar memang paling banyak diusulkan. Anies diusulkan 34 DPW Nasdem, sedangkan Ganjar yang juga kader PDI-P diusulkan oleh 32 DPW (Kompas, 17/6/2022).
”Dari tiga nama tadi, kursi presiden hanya satu. Insya Allah kita tetapkan satu, waktu dan tempat kita cari hari baik, bulan baik. Bagi kita, tidak ada satu pun hal yang amat membuat kita harus terdesak, karena kita ingin calonkan yang terbaik untuk kepentingan bangsa. Seandainya yang terbaik bagi bangsa, calon yang kita dukung terpilih, tetapi lupa pada Nasdem, ya sudah itu nasib kita,” ujar Surya dalam pidatonya.
Keputusan menetapkan satu di antara tiga bakal capres itu menjadi kewenangan sepenuhnya Surya Paloh. Sejumlah elite Nasdem sebelumnya mengatakan, Surya akan memutuskan sebelum akhir tahun ini.
Dalam pidatonya, Surya juga menyinggung soal Nasdem yang tak bisa mengusung sendiri pasangan capres-cawapres karena tak memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden seperti diatur di UU Pemilu. ”Kita memiliki ide dan gagasan, tetapi kita harus terima realitas persyaratan pencalonan presiden yang belum bisa dipenuhi. Di sini kita harus pintar baca situasi,” ujarnya.
Ketua DPP Nasdem Willy Aditya mengatakan, setelah tiga nama direkomendasikan oleh Rakernas Nasdem, partai akan membuka komunikasi dengan parpol lain dan mencoba mengajak berkoalisi agar memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden. ”Ini sekaligus kami testing the water, mana (figur) yang menarik bagi partai politik lain,” ucapnya.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, berpandangan, sejak awal Nasdem sudah menyadari belum ada kader internalnya yang dianggap layak untuk ditawarkan kepada publik sebagai capres dan cawapres pada Pemilu 2024. Sementara yang dibutuhkan adalah figur dengan elektabilitas yang tinggi.
”Partai Nasdem berpikir rasional sekaligus pragmatis saja. Kalau seandainya internal tidak ada, tentu akan mengambil tokoh eksternal yang memiliki nilai jual yang tinggi. Kalau elektabilitasnya rendah, tidak akan dicalonkan,” kata Ujang.
Selain itu, menurut dia, Nasdem merekomendasikan ketiga figur tersebut karena diyakini bisa memberikan efek elektoral pada partai. Dengan demikian, bisa dibilang ketiga sosok tersebut adalah figur yang dinilai Partai Nasdem memiliki elektabilitas yang tinggi sekaligus dapat memberikan efek elektoral kepada partai.
Rencana koalisi
Sementara itu, komunikasi di antara Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), serta Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kian intens. Bahkan, koalisi ketiga parpol itu disebut tinggal menunggu waktu dideklarasikan.
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan, pihaknya terus membuka komunikasi dengan seluruh parpol. Beberapa waktu terakhir, komunikasi lebih intens dengan PKB dan PKS. Rencana untuk berkoalisi dengan kedua parpol itu pun tak dimungkiri. ”Ada kesamaan platform, visi, dan cara pandang dalam memperjuangkan hak-hak dan program-program pro rakyat. Apalagi, Demokrat, PKS, dan PKB pernah sama-sama dalam pemerintahan pada periode 2004-2014,” kata Herzaky.
Dalam pembicaraan dengan PKB dan PKS, sama sekali belum dibicarakan soal figur capres yang akan diusung. Selain PKB dan PKS, ada satu parpol lain yang diajak bergabung dan komunikasi dengan parpol itu pun intens dilakukan. Hanya saja, ia belum mau menyebutkan nama parpol tersebut.
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid membenarkan pihaknya berkomunikasi intens dengan Demokrat dan PKS. Dari komunikasi dan relasi yang dibangun selama ini, ketiganya menemukan banyak kecocokan. Akan tetapi, belum ada keputusan final di antara ketiganya. ”Baru penjajakan, berproses saja,” katanya.
Adapun mengenai deklarasi pasangan capres-cawapres yang diusung koalisi ini nantinya, ia mengatakan, deklarasi tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Deklarasi kemungkinan baru sekitar enam bulan lagi.
Ketua DPP PKS Ahmad Mabruri bahkan menyebutkan koalisi dengan Demokrat dan PKB tinggal menunggu waktu dikukuhkan. ”Sudah mulai kelihatan mau jadian, tunggu waktu yang tepat. Kami ingin mengamankan satu tiket (pencalonan presiden di Pilpres 2024) juga,” ujarnya.
Koalisi ketiga parpol jika betul direalisasikan sudah cukup untuk memenuhi syarat pencalonan capres-cawapres, yakni minimal memiliki 20 persen kursi di DPR. Sebelumnya, sudah ada Koalisi Indonesia Bersatu yang lebih dulu dibentuk oleh Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, serta Partai Persatuan Pembangunan.
Seni mendengkur
Dari kompleks Sekolah Partai PDI-P di Lenteng Agung, Jakarta, para kepala/wakil kepala daerah dari PDI-P yang mengikuti rapat koordinasi sejak Kamis diminta bermalam di bangsal yang berada di area Sekolah Partai. Bangsal berupa ruangan memanjang dengan puluhan tempat tidur susun.
Tak ada satu pun yang diistimewakan saat menginap di bangsal. Semua diperlakukan sama. Ini terlihat dari keberadaan figur potensial capres Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo; putra sulung Presiden Joko Widodo, yakni Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka; serta menantu Presiden Jokowi, Wali Kota Medan Bobby Nasution, yang ikut bersama pimpinan daerah dari PDI-P lainnya tidur di bangsal.
Bagi Ganjar, bermalam di bangsal tak sekadar melepas lelah, tetapi sarat makna. ”Yang menarik di PDI Perjuangan itu, gubernur, bupati, wali kota atau wakilnya, ketika berada di partai, tidak ada sekat dan akhirnya bisa bersatu,” kata Ganjar.
Adapun bagi Bobby, semalam di bangsal jadi kesempatan berbagi pengalaman memimpin daerah. ”Seru yang pasti, enak, semua mendengarkan yang selama ini belum pernah didengar sesama kepala daerah. Mulai dari seni mendengkur, kami dengarkan sama-sama,” ucapnya.
Menurut Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto, para kepala/wakil kepala daerah sengaja diminta bermalam di bangsal untuk mempererat persaudaraan selain mengilhami perjuangan Bung Karno. ”Sekali-kali, tinggallah di barak mengingat perjuangan Bung Karno tinggal di tempat yang sempit, 3 x 2 meter. Beliau menulis Indonesia Menggugat itu di ruang begitu sempit,” ujarnya.