Dari Ganjar, Gibran, sampai Bobby Tidur di Bangsal Tak Bersekat
”Sekali-sekali, tinggallah di barak mengingat perjuangan Bung Karno tinggal di tempat yang sempit, 3 meter x 2 meter. Beliau menulis Indonesia Menggugat itu di ruang begitu sempit,” kata Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·6 menit baca
Bangsal Sekolah Partai Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di bilangan Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (16/6/2022), mendadak ramai. Para kepala daerah dan wakil kepala daerah yang sedang mengikuti rapat koordinasi tidur bersama di bangsal tak bersekat itu. Mereka berbaur menempati tempat tidur susun yang masing-masing diisi oleh dua kepala daerah/wakil kepala daerah yang ditetapkan secara acak. Sementara para ajudan mereka menginap di sejumlah hotel di Jakarta.
Bangsal Sekolah Partai PDI-P berupa ruangan memanjang dengan puluhan tempat tidur susun yang terbuat dari besi. Ranjang susun itu diletakkan berdekatan satu sama lain sehingga hanya menyisakan ruang yang hanya bisa dilalui oleh satu orang. Tak ada perabot lain di bangsal itu, selain ranjang besi.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Tak ada satu pun kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diistimewakan. Semua tidur di bangsal dan ranjang yang seragam, tak peduli seberapa tinggi jabatan, latar belakang keluarga, bahkan popularitas atau elektabilitas pimpinan daerah. Semua sama, kader PDI-P.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang selama ini menduduki tiga besar tokoh potensial calon presiden (capres) dengan elektabilitas tertinggi, misalnya, tidur di bangsal yang telah disediakan DPP PDI-P. Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka yang tak lain adalah putra sulung Presiden Joko Widodo juga bermalam di bangsal. Begitu pula Wali Kota Medan Bobby Nasution, menantu Presiden Jokowi, juga ikut beramai-ramai tidur di bangsal sekolah partai.
Jumat (17/6/2022) pagi, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menyempatkan diri untuk menyapa para kepala daerah dan wakil kepala daerah yang menginap di bangsal sekolah partai. Mengenakan kemeja merah, Hasto berjalan di antara deretan tempat tidur berseprai serba putih dan selimut seragam cokelat.
Beberapa peserta rapat koordinasi nasional kepala daerah dan wakil kepala daerah PDI-P masih rebahan di ranjang saat Hasto datang menyapa. ”Tidak perlu ragu, bupati di bawah, wakil bupati di atas,” ujar Hasto disambut tawa mereka yang ada di bangsal.
Tepat di ujung ruangan, Hasto menjumpai Gibran yang tengah duduk di atas ranjang. ”Hai, Mas Gibran,” sapa Hasto. ”Eh Pak Hasto,” timpal Gibran. ”Sini dong foto sini dong. Buat berita, sama Mas Gibran ni,” tambah Hasto yang kemudian berfoto bersama Gibran di ujung ruangan di antara tempat tidur susun.
Semua kepala daerah dan wakil kepala daerah yang menjadi peserta rakornas memang tak boleh menginap di hotel atau fasilitas milik pribadi. Semua sama dengan kader-kader PDI-P lainnya yang mengikuti pelatihan di di DPP, menginap di Gedung Sekolah Partai. Bangsal penginapan yang terletak di lantai 2 Sekolah Partai PDI-P ini terdiri dari tiga kamar berpendingin ruangan.
Bangsal itu berisi ranjang susun yang bisa menampung 158 laki-laki, dan 42 perempuan. Kamar pertama bersisi dari 52 kasur, 4 kamar mandi, dan 2 toilet. Kamar kedua berisi 106 kasur, 15 kamar mandi, dan 9 toilet. Kamar terakhir diperuntukkan bagi peserta perempuan, berisi 42 kasur dengan 4 kamar mandi dan 5 toilet.
Selain Ganjar, Gibran, dan Bobby, seluruh kepala daerah dan wakil kepala daerah dari PDI-P menginap di bangsal. Mereka antara lain Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati, Bupati Natuna Wan Siswandi, dan Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Tanpa sekat
Menginap bersama dalam situasi dan kondisi yang sama tanpa ada yang diistimewakan tentu meninggalkan kesan tersendiri bagi tiap-tiap kepala daerah dan wakil kepala daerah. Ganjar, misalnya, merasa seperti tengah bernostalgia. ”Setelah lama kami enggak di DPP Lenteng Agung, sekarang (kondisinya) sudah terlalu bagus. Yang menarik di PDI-P itu, gubernur, bupati, wali kota atau wakilnya, ketika berada di partai, tidak ada sekat dan akhirnya bisa bersatu,” kata Ganjar seusai mengikuti Senam Indonesia Cinta Tanah Air (Sicita) di Sekolah Partai, Jumat pagi.
Kebijakan tanpa sekat itu, di antaranya, terlihat dari penempatan posisi tidur yang tak mengenal hierarki kepemimpinan. ”Di atasnya bupati, di bawahnya gubernur. Tadi saya dapat di bawah. Di atas saya enggak tahu, berpindah orangnya. Sepertinya merasa tidak enak, padahal saya enggak ada masalah,” tutur Ganjar sambil tertawa.
Bobby juga merasa mendapat keseruan baru selama tidur di bangsal Sekolah Partai. ”Seru yang pasti, enak, semua mendengarkan apa yang selama ini belum pernah didengar sesama kepala daerah. Mulai dari seni mendengkur, kami dengarkan sama-sama,” katanya.
Semalaman berada di ruang yang sama, para kepala daerah dan wakil kepala daerah pun tak hanya sekadar beristirahat. Menurut Bobby, mereka memperoleh kesempatan untuk saling berbagi dan mendiskusikan segala hal, termasuk ide-ide untuk efektivitas pemerintahan daerah.
Berbagi cerita juga dilakukan di bangsal khusus para perempuan. ”Kami bertukar cerita, berbagi pengalaman sampai pukul 01.00,” kata Hevearita Gunaryanti Rahayu. Para kader perempuan itu pun mengaku tetap bisa beristirahat dengan nyaman, meski tidur dalam satu ruangan tanpa sekat.
Sementara itu, Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko memanfaatkan momen itu untuk berkenalan dan bertukar dengan beberapa kepala daerah tentang kebijakan prorakyat. Baginya, ini bukan pengalaman pertama menginap di Sekolah Partai. Sebab, setiap kader PDI-P, terutama yang akan atau telah duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif, harus mengikuti pelatihan di sekolah partai.
Lain lagi dengan Gibran yang justru sempat susah tidur. Padahal ia mengaku sangat lelah karena seharian mengikuti rapat koordinasi. Saking lelahnya, ia justru susah tidur. Gibran lantas mencoba menggerakkan badannya. Bangkit dan berjalan mengarah ke Kantin Mustika Rasa, yang terletak di sisi samping depan Gedung Sekolah Partai.
Selain tempat untuk memesan kopi atau teh, Kantin Mustika Rasa juga menjual atribut-atribut kepartaian. Gibran kemudian memilih berbelanja di segmen atribut-atribut partai. Ia langsung mencoba memakai baju partai berwarna merah. ”Nambah koleksi aja. Biasa beli jaket, kaus, kalau ke sini,” kata Gibran yang kali ini hanya membeli kaus.
Seusai semalaman tidur di bangsal, Gibran dan peserta lainnya kembali mengikuti rapat koordinasi yang berlangsung tertutup. Agenda pada hari kedua rapat koordinasi itu diawali dengan senam pagi.
Seusai senam pagi, Hasto menjelaskan bahwa momen kebersamaan dengan menginap bersama di bangsal Sekolah Partai mempunyai makna khusus. Dengan menginap di bangsal, para kepala daerah dan wakil kepala daerah memberikan penghargaan kepada ajudan sekaligus mengingat kembali perjuangan Bung Karno.
Sekali-sekali, tinggallah di barak mengingat perjuangan Bung Karno tinggal di tempat yang sempit, 3 meter x 2 meter. Beliau menulis Indonesia Menggugat itu di ruang begitu sempit
Menurut Hasto, Bung Karno merupakan sosok yang memiliki daya imajinasi terhadap Indonesia dan dunia. Bung Karno juga memiliki semangat untuk berjuang tanpa pernah mengenal rasa lelah meskipun dengan risiko di penjara atas perjuangan politiknya.
”Sekali-sekali, tinggallah di barak mengingat perjuangan Bung Karno tinggal di tempat yang sempit, 3 meter x 2 meter. Beliau menulis Indonesia Menggugat itu di ruang begitu sempit,” terangnya.
Hasto juga menyampaikan kondisi bangsal atau tempat tidur susun yang ada di Sekolah Partai masih tergolong bagus. ”Ruang saat ini kalau kata Mas Gibran itu masih lebih baik, masih seru. Persoalan kalau ada dengkuran, itu bagian dinamika politik,” kata Hasto disambut gelak tawa para kepala dan wakil kepala daerah.
Dalam kesempatan itu, Hasto menyampaikan terima kasih kepada para kepala daerah dan wakil kepala daerah karena telah memberikan penghargaan terbaik kepada para ajudan mereka. Saat mereka tidur di bangsal tanpa sekat, para ajudan difasilitasi untuk menginap di hotel.
Sekolah partai PDI-P merupakan pusat kaderisasi internal. Hasto sempat mengatakan bahwa sekolah partai melekat dengan disiplin ideologi, teori, organisasi, dan disiplin di dalam menjadikan rakyat sebagai sumber energi perjuangan partai. Di sekolah ini, calon pengurus partai, calon anggota legislatif, dan calon kepala daerah digembleng agar memiliki kesadaran ideologis berdasarkan Pancasila.
Gemblengan itu kali ini dihadirkan dalam rupa bangsal tanpa sekat dengan tempat tidur susun yang wajib dihuni para kepala daerah dan wakil kepala daerah PDI-P. Dari deretan tempat tidur susun, kesadaran ideologis berdasarkan Pancasila jelang Pemilu 2024 berusaha terus dihidupi oleh para kader partai berlambang kepala banteng bermoncong putih itu.