Cak Imin Ajukan Nama Capres-Cawapres ke Semua Parpol
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menyebut bahwa koalisi PKB-PKS masih dalam tahapan penjajakan. Namun, ia juga menegaskan, kepada semua partai, PKB selalu mengajukan nama capres dan cawapres.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Semakin menguatnya isu koalisi antara Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB dan Partai Keadilan Sejahtera atau PKS dinilai sebagai strategi bagi kedua partai Islam itu untuk menaikkan posisi tawar kepada parpol lain. Kendati relasi kedua partai masih cair, PKB berencana menyodorkan nama calon presiden dan wakil presiden kepada parpol lain yang akan diajak berkoalisi.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dalam keterangan tertulis, Minggu (12/6/2022), menyebut bahwa koalisi PKB-PKS masih dalam tahapan penjajakan. Dia mengibaratkan dalam sebuah pernikahan, hal yang dilakukan baru sebatas pesta lamaran. Apakah kedua parpol akan cocok atau tidak masih akan dilihat dinamikanya.
”Semua koalisi masih dalam proses penjajakan. Mungkin yang sudah final itu KIB (Koalisi Indonesia Bersatu). Tapi, dari semua perbincangan, masih cair semuanya. Saya setiap hari bertemu dengan para pimpinan partai dan semuanya masih cair,” ujarnya.
Sebelum itu, elite PKB dan PKS dalam beberapa kesempatan menunjukkan kedekatan kedua partai. Dalam berbagai kesempatan, PKB dan PKS saling memuji. Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Alhabsyi menyebut ada banyak kesamaan yang dimiliki PKS dan PKB sehingga bisa berjodoh untuk berkoalisi. Jika memang terjadi koalisi PKS-PKB, hal itu disebut sebagai representasi keumatan.
Representasi keumatan disebut bisa menjadi kolaborasi dan poros yang sangat kuat bagi umat Muslim. Dengan demikian, koalisi keduanya juga bisa menjadi magnet yang luar biasa. ”Secara umum, PKS dan PKB ini memiliki banyak kesamaan. Kami sama-sama partai nasionalis bercorak Islam. Posisi politik dan cara politiknya sudah 11-12 kalau kami sebutkan,” ujar Aboe, pekan lalu.
Muhaimin mengatakan, kepada semua partai, PKB selalu mengajukan nama capres dan cawapres. Muhaimin sejak jauh-jauh hari sudah mendeklarasikan sebagai capres dari PKB. Untuk cawapres, Muhaimin dengan tegas menyebut akan mengajukan nama Sri Mulyani Indrawati yang saat ini menjabat Menteri Keuangan.
”Insya Allah, kami akan maju di Pilpres 2024 dan mendapatkan pasangan yang baik dan tepat. Salah satu yang saya lirik sebagai pasangan adalah Ibu Sri Mulyani. Kami minta dukungan,” kata Muhaimin.
Meskipun demikian, saat ditanya lebih lanjut, Muhaimin mengaku belum berkomunikasi dengan Sri Mulyani terkait kesediaannya digandeng menjadi cawapres. Dia menyebut dalam waktu dekat ini akan menjalin komunikasi dengan Sri Mulyani. Adapun alasannya melirik Sri Mulyani karena dinilai memiliki kemampuan dan pengalaman mumpuni di bidang ekonomi. Kemampuan itu dianggap tepat untuk mengantisipasi perekonomian yang sulit pascapandemi Covid-19.
Pengamat politik sekaligus pendiri Lembaga Survei Kedai Kopi, Hendri Satrio, berpendapat, potensi koalisi antara PKB dan PKS cukup besar jika melihat konstituennya yang sama-sama Islam. Apalagi, PKB dan PKS memiliki posisi yang sama sebagai partai menengah di parlemen.
PKS memiliki 50 kursi, sedangkan PKB memiliki 58 kursi di Senayan. Gabungan kedua partai itu baru 108 kursi dan masih memerlukan tujuh kursi lagi sehingga tercapai 115 kursi atau mencapai syarat 20 persen ambang batas pencalonan presiden. Untuk mewujudkan satu poros koalisi baru, PKS dan PKB masih memerlukan satu partai lagi untuk bergabung.
”Potensi koalisi tidak hanya dilihat dari kecocokan ideologi, tetapi juga kesamaan nasib dan posisi. PKB dan PKS sama-sama sebagai partai yang belum diajak koalisi,” katanya.
Hendri menyebut, jika PKB dan PKS bisa menggandeng satu parpol lain untuk bergabung dan menjadi poros koalisi akan menarik dari sisi kontestasi politik. Poros koalisi ini bisa mengajukan capres-cawapres sendiri sehingga akan semakin banyak pilihan bagi masyarakat. Apabila ada lebih dari dua calon, potensi polarisasi masyarakat akibat pilihan politik juga bisa diminimalkan.
Selain itu, apabila ada capres dan cawapres yang diusung sendiri dan diumumkan di awal, akan berdampak positif bagi publik. Publik akan memiliki cukup waktu untuk mengenal calon pemimpin nasional yang akan dipilih. Dengan demikian, masyarakat terhindar dari praktik politik membeli kucing dalam karung.
”Selama ini capres dan cawapres itu, kan, cenderung diumumkan di tikungan terakhir. Publik tidak punya cukup waktu untuk mempelajari rekam jejak mereka. Akan lebih baik jika capres-cawapres diumumkan di awal,” kata Hendri.
Secara terpisah, Airlangga Pribadi, pengajar politik dari Universitas Airlangga Surabaya, menuturkan, walaupun secara ideologi dan konstituen berbeda, PKS dan PKB bisa dipertemukan dalam kepentingan yang sama. PKB selama ini lebih dekat merangkul kalangan Islam tradisionalis, sementara PKS mewakili Islam yang reformis.
Dalam konteks ini, secara ideologi, kedua parpol memang berbeda. Namun, dalam konteks menuju Pemilu 2024, hal yang menjadi penentu bukanlah pada konteks ideologis, melainkan pertemuan kepentingan antarkedua parpol.
”PKB dan PKS masih lebih pada tataran membangun aliansi. Sebab, jika tidak segera membangun koalisi, mereka akan ketinggalan dan kesulitan. Ini sekaligus memberikan sinyal kepada partai lain sekaligus untuk menaikkan daya tawar parpol,” ujar Airlangga.
Menurut Airlangga, jika memang kedua parpol bisa berkoalisi, tentu saja bisa menjadi salah satu potensi untuk meredam polarisasi politik. Sebab, tak dapat dimungkiri residu Pilpres 2019 masih tersisa.
PKB mewakili kelompok yang kerap disebut cebong atau pendukung Presiden Jokowi. Adapun PKS mewakili kelompok kampret atau pendukung Prabowo. Ketika kedua parpol berkoalisi, kader di tataran akar rumput akan membaur dan bekerja bersama memenangkan pilpres. Ini juga sekaligus menegaskan adagium bahwa dalam politik tidak ada kawan atau lawan sejati, yang ada hanya pertemuan kepentingan bersama.