Kepergian Kiai Dimyati, Kehilangan Besar bagi PBNU
Kepergian Kiai Dimyati Rois menjadi kehilangan besar bagi PBNU. Tidak hanya karismatik, ia juga dikenal sebagai sosok yang dapat menghindarkan NU dari konflik, termasuk berperan membesarkan PKB.
Oleh
RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepergian Kiai Dimyati Rois (77) menjadi kehilangan besar bagi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Ia merupakan salah satu ulama senior yang juga Mustasyar PBNU.
Bagi kalangan warga Nahdlatul Ulama atau nahdliyin, Kiai Dimyati pun dikenal sebagai ulama senior yang tidak saja menguasai ilmu agama. Namun, ia dikenal pula memiliki wawasan kebangsaan dan kepedulian yang tinggi pada bidang sosial dan politik. Terakhir, Kiai Dimyati pun menjabat sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ulama karismatik, dan juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadlu wal Fadhilah, Kendal, Jawa Tengah, ini meninggal pada Jumat (10/6/2022) dini hari, di Rumah Sakit Tlogorejo, Semarang, Jawa Tengah.
Ketua PBNU Amin Said Husni, Jumat, di Jakarta, mengatakan, Kiai Dimyati merupakan tokoh sepuh di PBNU yang selalu memberikan bimbingan, motivasi, dan dukungan kepada jajaran PBNU. ”Di dalam melaksanakan tugas-tugas jamiah (organisasi) selama ini, sekalipun tidak selalu hadir secara fisik, beliau hadir secara batin dan rohani, yakni dengan selalu memberikan dorongan, motivasi, nasihat-nasihat, baik secara online (daring) maupun telepon,” katanya.
Amin Said mencatat, selama ini Kiai Dimyati dikenal sebagai sosok yang menghindari terjadinya perbedaan atau konflik di kalangan NU. Ia juga merupakan salah satu tokoh yang berperan membesarkan PKB dan hingga kini menjadi Ketua Dewan Syuro PKB. Oleh karena itu, menurut Amin Said, kepergian Kiai Dimyati merupakan kehilangan besar bagi nahdliyin.
Sementara itu, di mata jajaran PBNU yang lebih muda, berpulangnya Kiai Dimyati ini merupakan kehilangan sosok yang selalu menjaga spirit dan keharmonisan nahdliyin. ”Kepergian beliau akan meninggalkan lubang tidak mudah digantikan. Sebab, untuk menjadi seperti beliau diperlukan tidak hanya ilmu yang memadai, tetapi juga komitmen perjuangan selama berpuluh-puluh tahun,” kata Mohamad Syafi’ Alieha, Ketua PBNU.
Kepergian Kiai Dimyati menambah panjang daftar ulama sepuh NU yang berpulang ke Rahmatullah. Sebelumnya, pada 27 Mei 2022, PBNU juga kehilangan mantan Ketua PBNU 1999-2015 KH Abbas Muin. Tokoh senior lainnya, KH Maimun Zubair, lebih dulu berpulang pada 2019.
Syafi’ Alieha mengatakan, sepanjang keterlibatannya di dalam jamiah NU, Kiai Dimyati merupakan salah satu ulama yang memiliki wawasan luas, baik secara keilmuan maupun wawasan politik dan sosial. Pada Muktamar NU yang ke-34 di Lampung, ia merupakan satu dari sembilan ahlul halli wal aqdi (AHWA), yakni ulama-ulama senior yang akhirnya memilih Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.
”Beliau salah satu kiai paling sepuh dan paling didengar di PBNU,” katanya.
Karena kelebihannya itu, lanjut Syafi’ Alieha, Kiai Dimyati menjadi panutan atau role model bagi kiai-kiai lain yang lebih muda. Bagi generasi muda di NU, ia dinilai bukan hanya memahami problem keagamaan, melainkan juga memahami persoalan sosial dan politik, serta memiliki wawasan kebangsaan serta keislaman yang baik.
Atas meninggalnya Kiai Dimyati, PBNU meminta seluruh nahdliyin untuk melaksanakan shalat ghaib bagi almarhum KH Dimyati Rois dan KH M Luthfi Thomafi yang juga berpulang, 9 Juni lalu.
Kiai Dimyati menjadi panutan atau role modelbagi kiai-kiai lain yang lebih muda. Bagi generasi muda di NU, ia dinilai tidak hanya memahami problem keagamaan, tetapi juga memahami persoalan sosial dan politik.
PKB berduka
Dalam keterangannya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengatakan, kiai kelahiran Bulakamba, Brebes, 5 Juni 1945, itu adalah sosok yang teguh, ikhlas, dan juga visioner. ”Abah Dim sosok yang teguh, ikhlas, visioner, yakin, dan peduli; dalem terusaken. Ngapunten, Panjenengan namung sare, panjenengan hidup terus dalam jiwa-jiwa kami,” katanya yang memerintahkan kader partainya untuk shalat gaib di daerah masing-masing guna mendoakan almarhum.
Dalam sejumlah kesempatan Muhaimin kerap meminta nasihat secara langsung kepada Kiai Dimyati. Ia juga cukup aktif mengikuti sejumlah kegiatan DPP PKB. Terakhir, ia hadir dalam Doa Bersama Ulama dan Habaib untuk Perdamaian Dunia yang digelar DPP PKB di Kota Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
”Sugeng tindak Abah Dim, dalem yakin, panjenengan husnul khotimah. Saya atas nama keluarga besar PKB mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas wafatnya KH Dimyati Rois, panutan kita, orang tua kita, pengayom kita,” ujarnya.
Semasa hidupnya, Kiai Dimyati menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Sebelum itu, ia juga menuntut ilmu di Pondok Pesantren APIK Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, selama belasan tahun.