Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menekankan, sistem pelatihan kader NU menjadi penting untuk menghadapi pekerjaan-pekerjaan besar di waktu mendatang. NU membutuhkan kader yang berkualifikasi dan punya kapasitas.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO, RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mulai melakukan pembenahan internal dan konsolidasi dengan memperkuat sistem kaderisasi. Salah satunya, membangun sistem kaderisasi berjenjang di tubuh NU sehingga menghasilkan calon pemimpin NU yang mumpuni dan berkompetensi.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, sistem pelatihan kader NU menjadi penting untuk menghadapi pekerjaan-pekerjaan besar di waktu mendatang. ”Kita membutuhkan personel yang memiliki kualifikasi dan kapasitas cukup untuk mengerjakan tugas yang ada,” kata Yahya dalam pembukaan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2022 yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat (20/5/2022) malam.
Hadir dalam acara ini di antaranya Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Dalam kegiatan ini dilakukan penandatangan nota kesepahaman dengan Kemkominfo tentang percepatan transformasi digital dalam pengembangan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia. Selain itu, juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan pendiri Center for Shared Civilizational Values (CSCV) KH Ahmad Mustofa Bisri.
Adapun CSCV akan dilibatkan dalam agenda besar Religion 20 (R20) yang merupakan konferensi internasional para pemimpin agama di seluruh dunia. Kegiatan ini diadakan dalam rangka menyongsong 100 tahun NU. Penyelenggaraan R20 akan berdekatan dengan agenda G20. Ada sembilan kluster kegiatan dalam R20, di antaranya ekonomi, pendidikan, kesehatan, kepesantrenan, keagamaan, termasuk program-program internasional.
Dalam sambutannya, Yahya juga mengatakan, konferensi besar akan membahas penyempurnaan peraturan-peraturan di lingkungan NU. Yahya mengingatkan, begitu banyak pekerjaan ke depan sehingga membutuhkan tata laksana agenda yang lebih efisien dan efektif.
Johnny G Plate mengapresiasi NU yang telah memanfaatkan teknologi informasi dalam menyampaikan syiar. Dengan adanya era digital yang diwarnai perkembangan teknologi yang pesat, dibutuhkan perubahan yang signifikan di setiap sisi kehidupan umat manusia, termasuk dalam sosial bermasyarakat. Perubahan yang masif ini untuk memiliki perspektif baru yang inovatif dan produktif.
Kaderisasi berjenjang
Ketua Tim Pengarah Konferensi Besar NU 2022 Amin Said Husni mengatakan, hal pertama yang akan dibahas di konferensi besar kali ini ialah mengenai kaderisasi berjenjang, mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga lanjutan. Kedua, tata kelola jamiyah NU, yang dulunya berupa organisasi, kini menjadi perkumpulan. Ketiga, konferensi besar akan membahas soal sistem perbendaharaan dan penataan aset.
Tiga hal itu akan dibahas dan dituangkan tiga rancangan peraturan perkumpulan, yakni sistem kaderisasi, tata kelola perkumpulan, serta sistem perbendaharaan dan aset. Selain itu, terdapat beberapa peraturan organisasi hasil Konferensi Besar NU di Lombok pada 2017 yang perlu direvisi, disempurnakan, dan disesuaikan dengan hasil Muktamar Ke-34 NU di Lampung.
Amin menekankan, konferensi besar kali ini lebih bersifat penataan internal PBNU dan konsolidasi organisasi. Dalam hal kaderisasi, misalnya, PBNU ingin membuat sistem kaderisasi yang lebih terkonsolidasi dan tidak terpecah-pecah di antara badan otonom (banom) PBNU, seperti GP Ansor, Fatayat, Ikatan Pelajar NU, Ikatan Pelajar Putri NU, dan Muslimat.
Saat ini masing-masing Banom PBNU memiliki mekanisme kaderisasi sendiri. Dengan sistem kaderisasi yang dibangun di konferensi besar kali ini, menurut Amin, mekanisme di setiap banom itu dapat terus berjalan. Namun, ketika akan masuk ke jajaran PBNU, mereka harus mengikuti tiga jenjang kaderisasi terlebih dulu, yakni tingkat dasar, menengah, dan tingkat lanjut.
Harapannya, dari mekanisme kaderisasi berjenjang ini akan lahir calon-calon pemimpin NU di masa depan yang benar-benar kompeten dan mumpuni, baik untuk kepengurusan di tingkat provinsi maupun nasional.
Dua komisi
Ketua Organizing Committee Konferensi Besar NU Habib Umar Syah mengatakan, Konferensi Besar NU 2022 akan diikuti sekitar 275 peserta. ”Konferensi besar ini perlu segera digelar agar semua kegiatan dan program dapat mengacu pada peraturan perkumpulan,” katanya.
Paling tidak, Umar mengatakan, persidangan akan dibagi menjadi dua komisi dan melibatkan semua unsur kepengurusan dan kelembagaan. Bahkan, persidangan juga melibatkan Pengurus Wilayah NU (PWNU) dari seluruh Indonesia. ”Di samping itu juga dari badan otonom,” ucapnya.
Konferensi Besar NU dihadiri oleh anggota pleno PBNU (syuriyah, a’wan, tanfidziyah, mustasyar, serta ketua-ketua lembaga dan badan otonom) ditambah ketua dan sekretaris PWNU se-Indonesia. Ketentuan mengenai Konferensi Besar NU ini sendiri diatur di Pasal 75 Bab XX Anggaran Rumah Tangga NU. Konferensi besar merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah muktamar yang dipimpin dan diselenggarakan oleh PBNU.
Konferensi besar membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan muktamar, mengkaji perkembangan, dan memutuskan peraturan perkumpulan. Acara ini dihadiri oleh anggota Pleno Pengurus Besar dan Pengurus Wilayah dan diadakan sekurang-kurangnya dua kali dalam masa jabatan PBNU.