Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menerima gelar profesor kehormatan dari Seoul Institute of The Arts. Kebudayaan ditekankannya sebagai dasar membentuk karakter bangsa.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
SEOUL, KOMPAS - Seoul Institute of The Arts, Korea Selatan, menganugerahkan gelar profesor kehormatan tertinggi kepada Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri. Gelar itu diberikan atas jasa Megawati yang mempromosikan seni, budaya, dan ekonomi kreatif untuk pengembangan perdamaian dan demokrasi serta peningkatan kualitas hidup.
Wartawan Kompas, Prayogi Dwi Sulistyo dari Seoul, Korea Selatan, melaporkan, penganugerahan itu disampaikan di kampus Seoul Institute of The Arts (SIA) di Seoul, Rabu (11/5/2022). Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu hadir langsung untuk menerima penghargaan dengan didampingi Duta Besar RI untuk Korea Selatan Gandi Sulisyanto dan sejumlah elite PDI-P.
Saat membacakan pidatonya, berulang Megawati terharu, menitikkan air mata dengan suara terbata-bata, atas gelar yang diberikan kepadanya. Pasalnya, Megawati menjadi orang asing sekaligus warga negara Indonesia yang pertama menerima gelar itu. Megawati mendedikasikan gelar tersebut untuk keluarga besar proklamator Soekarno dan PDI-P.
”Tanggung jawab terhadap penghormatan ini sangatlah besar. Terlebih atas pertimbangan bahwa saya dinilai memiliki komitmen tinggi terhadap perdamaian dunia, juga di dalam membangun demokrasi, serta komitmen terhadap lingkungan dan kebudayaan,” ujarnya.
Ia menegaskan, kebudayaan merupakan hal mendasar dalam membentuk karakter sebuah bangsa. Di Indonesia, sari pati kebudayaan itu tecermin dalam falsafah bangsa, yakni Pancasila. Di dalam Pancasila itulah terkandung prinsip ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial yang hidup di dalam masyarakat. Pancasila tak hanya menyatukan Indonesia yang begitu beragam, tetapi juga menjadi sistem politik, sistem ekonomi, dan kebudayaan.
Pancasila tersebut dijalankan melalui apa yang oleh Bung Karno disebut Trisakti, yakni berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Dengan menerima gelar profesor kehormatan ini, kata Megawati, pengembangan kebudayaan Indonesia dan upaya membangun kerja sama kebudayaan Indonesia dan Korea Selatan menjadi bagian dari tanggung jawabnya. Kerja sama kebudayaan tak hanya mencakup pendidikan, ekonomi kreatif, diplomasi kebudayaan, tetapi juga dialog kebudayaan.
Reunifikasi Korea
Dalam pidatonya, ia juga menyinggung soal pentingnya reunifikasi Korea. Menurut Megawati, kuatnya identitas kebudayaan bangsa Korea akan jadi modal penting dalam mendorong perdamaian dunia, termasuk di Semenanjung Korea. Ia memberikan perhatian khusus pada masalah itu sehingga berkomitmen untuk menggunakan pikiran dan energi terbaik yang dimilikinya bagi terwujudnya perdamaian di Korea.
”Dengan identitas, jati diri, dan karakter kebudayaan yang sama antara Korea Utara dan Korea Selatan, saya meyakini spirit berkebudayaan inilah yang akan menjadi kunci perdamaian, yang disebut reunifikasi Korea,” ucapnya.
Ia menjelaskan, berkepribadian dalam kebudayaan adalah berdaulat di bidang politik. Prinsip berdaulat dalam politik ini sangatlah penting di dalam dialog untuk perdamaian. Penjabaran berdaulat di bidang politik tersebut membawa makna bahwa perdamaian abadi hanya bisa dilakukan oleh bangsa Korea sendiri tanpa adanya intervensi negara lain. Sebab, keduanya adalah satu keluarga, satu identitas kebudayaan.
Dengan identitas kebudayaan yang menyatukan bangsa Korea dan dalam satu kesatuan geografis di Semenanjung Korea, berbagai harapan untuk membangun dialog kebudayaan sebagai jalan meretas perdamaian sangatlah penting.
Pelopor inovasi
Presiden SIA Nam Sik Lee, dalam pidatonya, mengatakan, gelar tersebut diberikan untuk disiplin ilmu Kebijakan Seni dan Ekonomi Kreatif.
Megawati dinilai telah menjadi pemimpin negara yang berani. Pada saat yang sama, Megawati juga dengan penuh semangat mempromosikan seni, budaya, dan ekonomi kreatif untuk pengembangan perdamaian, demokrasi, dan peningkatan kualitas hidup.
”Dia telah menjadi pelopor penelitian dan inovasi dan telah menjadi panutan bagi generasi masa depan,” kata Nam.
Nam juga menjelaskan, SIA telah menjadi yang terdepan dalam eksperimen dan inovasi seni dan pendidikan di Korea Selatan. SIA telah menghasilkan banyak pemimpin industri di dalam negeri dan juga luar negeri. SIA merupakan tempat lahirnya Korean Wave yang disebut Hallyu yang banyak menghasilkan konten kreatif.
Dalam delapan tahun terakhir, SIA telah berkolaborasi dengan Indonesia melalui kelas gamelan, pertukaran desain tipografi, Pameran Ciptaan Alam, serta sejumlah proyek lain. SIA juga berencana memulai World Music Center, dan musik Indonesia disebutkan menjadi bagian di dalamnya. SIA pun tertarik mengundang pelajar Indonesia yang ingin belajar untuk menjadi aktor, desainer, musisi, dan pembuat film.
Gelar profesor kehormatan dari SIA ini menjadi yang kedua bagi Megawati. Pada Juni 2021, Megawati menerima gelar profesor kehormatan dari Universitas Pertahanan RI di bidang kepemimpinan strategis. Selain kedua gelar tersebut, Megawati juga telah menerima sembilan gelar doktor kehormatan.
Gandi Sulistyanto mengatakan, Megawati sangat dikenal di Korea Selatan, khususnya karena ia putri Soekarno. Soekarno sendiri disebutnya sangat terkenal di Korea Selatan dan Korea Utara.
Soekarno semasa hidup pernah bertemu pemimpin Korea Utara Kim Il Sung. Adapun Megawati pernah menjadi utusan khusus Presiden Korea Selatan untuk ke Korea Utara dalam menjalankan diplomasi perdamaian. Sebelum menerima gelar profesor kehormatan, Megawati menghadiri pelantikan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, Selasa lalu.