Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan bahwa penanggulangan bencana memerlukan partisipasi semua pihak. Untuk mencegah jatuhnya korban, kesiagaan untuk menanggulangi bencana perlu dikuasai semua komponen masyarakat.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penanggulangan bencana perlu ditangani bersama oleh pemerintah maupun masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat mengenai kesiagaan menghadapi bencana perlu dikuatkan.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam sambutannya di puncak peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana tahun 2022 secara virtual di Jakarta, Selasa (26/4/2022), mengingatkan, secara geografis Indonesia berupa negara kepulauan dengan lautan dan cincin gunung berapi. Hal ini kemudian menjadikan negeri ini rawan bencana sehingga kewaspadaan, kemampuan mitigasi, maupun ketangguhan menghadapi bencana harus dimiliki semua keluarga.
Keluarga sebagai pilar pembangunan bangsa, terutama dalam mewujudkan keluarga tangguh bencana, harus dikuatkan untuk menjadikan Indonesia siap siaga bencana. Untuk itu, upaya antisipasi dan respons bencana harus diperluas jangkauannya dan menyentuh semua lapisan masyarakat. Pemahaman siaga bencana juga perlu ditanamkan sedari dini.
”Penanggulangan bencana adalah urusan bersama. Untuk itu, saya mengajak seluruh komponen bangsa Indonesia untuk ikut serta dan berpartisipasi aktif pada Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2022,” katanya.
Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana dilakukan setiap 26 April. Tahun ini, peringatan mengusung tema ”Siap untuk Selamat”. Sebagai penanda peringatan, masyarakat diimbau untuk membunyikan tanda baik sirene, keuntungan, maupun lonceng secara serentak di seluruh Indonesia pada pukul 10.00 waktu setempat. Penanda ini sekaligus menjadi tanda dimulainya latihan simulasi evakuasi mandiri, dan segera menuju tempat aman terdekat.
Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022 dilanjutkan dengan latihan evakuasi bencana mandiri secara serentak di enam titik, antara lain Desa Tlogolele dan Desa Klakah, Kabupaten Boyolali; Desa Kemiren, Kabupaten Klaten; Desa Balerante Kabupaten Klaten; Desa Galagaharjo, Kabupaten Sleman; dan Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta.
Hadir pula dalam acara tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto, Kepala BMKG Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Muda Henri Alfiandi, dan Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono.
Kepala BNPB Letnan Jenderal Suharyanto juga mengatakan, penanggulangan bencana, baik dari mulai tahap pencegahan, tahap tanggap darurat, maupun pascabencana, membutuhkan partisipasi dan dukungan dari sejumlah pihak. Partisipasi dibutuhkan tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga diperlukan untuk kolaborasi dari berbagai lini, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga usaha, akademisi dan masyarakat atau komunitas. Kekuatan tersebut akan menjadi energi besar membangun peradaban bangsa berbasis pengurangan resiko bencana.
”Hari Kesiapsiagaan Bencana merupakan ikhtiar kita dalam membangun bangsa, membangun peradaban berbasis pengurangan resiko bencana, pembangunan karakter budaya sadar bencana yang terikat kuat sejak dini perlu kita tumbuhkan,” katanya.
Pelibatan semua pihak dinilai sangat perlu. Sebab, masyarakat Indonesia secara umum memiliki kekuatan sosial berupa kesetiakawanan, kegotongroyongan, kedermawanan, dan partisipasi. Kekuatan tersebut membuat Indonesia terus bangkit kendati bencana demi bencana mendera.