Honor Dikembalikan Kesdam Sriwijaya, Para Nakes Tunggu Uangnya Benar-benar Bisa Dimanfaatkan untuk Sehari-hari
Akhirnya, dana nakes Kesdam II Sriwijaya yang sempat diterima dan ditarik oleh Kesdam, kini dikembalikan lagi ke nakes. Persoalannya, hingga kini, belum ada instruksi dana itu bisa dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dana para tenaga kesehatan yang sempat dikirim balik ke rekening Kesehatan Kodam II Sriwijaya, Sumatera Selatan, telah dikembalikan ke para nakes. Mereka berharap uang tersebut tidak akan ditarik lagi dan bisa segera digunakan karena dana tersebut benar-benar akan dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari para nakes.
”Proses pemeriksaan masih berlangsung. Semua dana sudah dikembalikan,” kata Komandan Pusat Polisi Militer TNI AD Letjen Chandra Sukotjo, Selasa (11/1/2022), saat dikonfirmasi.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa meminta informasi tentang ditariknya dana honor vaksinator yang ditransfer Pemprov pada 28 Desember 2021. Dana yang sudah dibayarkan ke para nakes tersebut sebelumnya diminta kembali oleh Kesdam tanpa alasan yang jelas pada 30 Desember 2021.
Kini, setelah dana intensif vaksinator dipulangkan kembali kepada para tenaga kesehatan yang sempat mentransfer balik ke Kesdam II Sriwijaya, para nakes itu menanti kepastian kapan uang tersebut bisa digunakan segera. Pasalnya, sejauh ini, belum ada perintah baru mengenai uang yang sudah dikembalikan itu.
Uang insentif diberikan kepada nakes vaksinator pada Juni-Desember 2021. Insentif diberikan kepada 194 nakes yang bertugas di sejumlah pos kesehatan Kesdam II Sriwijaya, yang terdiri atas 115 nakes aparatur sipil negara (ASN) dan 79 nakes non-ASN. Total anggarannya Rp 3.273.270.000. Setiap nakes menerima insentif Rp 2,8 juta hingga Rp 53 juta. Besaran insentif yang diterima tergantung kinerja, yakni Rp 7.800 per pasien per suntikan.
Proses pemeriksaan masih berlangsung. Semua dana sudah dikembalikan.
Instruksi terakhir saat dana itu dipulangkan kepada para tenaga kesehatan, yakni uang tersebut belum boleh digunakan sampai waktu yang tidak ketahui. Akibatnya, para tenaga kesehatan pun takut untuk menggunakan uang yang sejatinya menjadi hak mereka tersebut.
”Sekarang, kami butuh kepastian apakah uang itu sudah bisa digunakan atau belum. Yang jelas, itu hak kami dan kami sangat membutuhkannya. Kami butuh untuk kebutuhan keluarga, terutama untuk anak sekolah/kuliah dan bayar utang,” tutur narasumber yang tidak bersedia namanya diungkapkan kepada Kompas, Selasa (11/1/2022).
Dana nakes Kesdam Sriwijaya ini menjadi rumit karena bolak-balik diterima nakes dan ditarik kembali Kesdam, tetapi kemudian dibalikkan kembali ke nakes. Awalnya, pihak Kodam Sriwijaya membantah informasi adanya penarikan dana ini. Asisten Perencanaan Kodam II Sriwijaya Kolonel Didik Purwanto menyebut, pihaknya tidak melakukan penarikan dana dari para nakes. Namun, belakangan Pangdam Kodam II Sriwijaya Agus Suhardi menyatakan akan memproses hukum kalau ada oknum yang melakukan kesalahan prosedur terkait dana tersebut.
Keceriaan yang sekejap
Ketika ada kabar ada uang insentif yang akan diberikan oleh Pemprov Sumsel beberapa bulan lalu, itu rasanya sangat membahagiakan. Bukannya kami mau pamrih. Namun, uang itu adalah penghiburan atas kerja keras kami selama ini yang berjuang mengorbankan waktu, tenaga, hingga kesehatan sendiri.
Keceriaan para tenaga kesehatan di bawah naungan Kesdam Kodam Sriwijaya di Sumatera Selatan memudar seketika. Binar senyum, yang memancar saat uang insentif sebagai vaksinator Covid-19 dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan masuk ke rekening mereka, ternyata hanya berlalu sekejap.
Sebab, uang itu cuma bertahan dua hari. Setelah itu, uang tersebut diminta untuk dikirim kembali ke rekening Kesdam II Sriwijaya tanpa alasan jelas. Sontak, segenap harapan dari uang itu pun sirna dan beberapa di antara mereka hanya terbengong meratapi nasib.
”Ketika ada kabar ada uang insentif yang akan diberikan oleh Pemprov Sumsel beberapa bulan lalu, itu rasanya sangat membahagiakan. Bukannya kami mau pamrih. Namun, uang itu adalah penghiburan atas kerja keras kami selama ini yang berjuang mengorbankan waktu, tenaga, hingga kesehatan sendiri. Namun, saat uang itu diminta dikirim kembali, kami langsung lemas. Sebab, dari uang itu, kami berencana membayar uang sekolah/kuliah anak dan membayar utang,” ujar narasumber yang tidak mau namanya disebutkan kepada Kompas, Senin (3/1/2022).
Narasumber itu berkisah, para tenaga kesehatan itu mulai bertugas menjadi vaksinator atau petugas yang melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warga sejak awal tahun ini. Di awal tugas, semuanya bekerja nyaris setiap hari dan dari pukul 06.00 sampai pukul 22.00 per hari. Bahkan, mereka rela tidak berkumpul dengan keluarga di hari raya Idul Fitri tahun lalu.
Ketika itu, mereka turut mengeluarkan modal sendiri untuk biaya makan dan minum selama kerja lembur karena tidak ada bantuan dari mana pun. ”Kami rela melakukan itu karena memang menjadi tugas dan tanggung jawab. Kami juga ingin segera pandemi Covid-19 ini berakhir,” kata narasumber tersebut.
Berhari-hari, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan, para tenaga kesehatan itu bekerja pontang-panting, tunggang-langgang karena tingginya minat masyarakat untuk divaksin. Akhirnya, mereka mengalami kelelahan hebat.
Tidak sedikit yang tumbang dan terkapar karena jatuh sakit, termasuk terpapar Covid-19. ”Bisa dibilang, kami ikut bertaruh nyawa untuk menyukseskan program vaksinasi Covid-19 ini,” kata narasumber tersebut. (Kompas, 3/1/2022)