Uang Insentif Ditarik Lagi, Senyum Nakes Kesdam II Sriwijaya Memudar
Keceriaan para tenaga kesehatan Kesdam II Sriwijaya memudar. Uang insentif yang diterima dari Pemprov Sumsel diminta ditransfer balik ke rekening Kesdam II Sriwijaya tanpa alasan jelas. Itu sangat menyayat hati mereka.
Oleh
Tim Kompas
·5 menit baca
Keceriaan para tenaga kesehatan di bawah naungan Kesehatan Daerah Militer Komando Daerah Militer II Sriwijaya di Sumatera Selatan memudar seketika. Binar senyum, yang memancar saat uang insentif sebagai vaksinator Covid-19 dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan masuk ke rekening mereka, ternyata hanya berlalu sekejap.
Sebab, uang itu cuma bertahan dua hari. Setelah itu, uang tersebut diminta untuk dikirim kembali ke rekening Kesdam II Sriwijaya tanpa alasan jelas. Sontak, segenap harapan dari uang itu pun sirna dan beberapa di antara mereka hanya terbengong meratapi nasib.
”Ketika ada kabar ada uang insentif yang akan diberikan oleh Pemprov Sumsel beberapa bulan lalu, itu rasanya sangat membahagiakan. Bukannya kami mau pamrih. Namun, uang itu adalah penghiburan atas kerja keras kami selama ini yang berjuang mengorbankan waktu, tenaga, hingga kesehatan sendiri. Namun, saat uang itu diminta dikirim kembali, kami langsung lemas. Sebab, dari uang itu, kami berencana membayar uang sekolah/kuliah anak dan membayar utang,” ujar narasumber yang tidak mau namanya disebutkan kepada Kompas, Senin (3/1/2022).
Narasumber itu berkisah, para tenaga kesehatan itu mulai bertugas menjadi vaksinator atau petugas yang melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warga sejak awal tahun ini. Di awal tugas, semuanya bekerja nyaris setiap hari dan dari pukul 06.00 sampai pukul 22.00 per hari. Bahkan, mereka rela tidak berkumpul dengan keluarga di hari raya Idul Fitri tahun lalu.
Ketika itu, mereka turut mengeluarkan modal sendiri untuk biaya makan dan minum selama kerja lembur karena tidak ada bantuan dari mana pun. ”Kami rela melakukan itu karena memang menjadi tugas dan tanggung jawab. Kami juga ingin segera pandemi Covid-19 ini berakhir,” kata narasumber tersebut.
Berhari-hari, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan, para tenaga kesehatan itu bekerja pontang-panting tunggang-langgang karena tingginya minat masyarakat untuk divaksin. Akhirnya, mereka mengalami kelelahan hebat.
Tidak sedikit yang tumbang dan terkapar karena jatuh sakit, termasuk terpapar Covid-19. ”Bisa dibilang, kami ikut bertaruh nyawa untuk menyukseskan program vaksinasi Covid-19 ini,” kata narasumber tersebut.
Kebahagiaan sesaat
Di tengah hiruk-pikuk bertugas, tersiar kabar bahwa bakal ada insentif dari Pemprov Sumsel. Waktu itu, para tenaga kesehatan tidak tahu-menahu berapa besaran insentifnya. Namun, itu sudah cukup untuk menjadi stimulus kebahagiaan. Semangat mereka menjadi lebih berkorban karena tahu jerih payah mereka dihargai.
Namun, itu ternyata cuma angin surga yang sesaat. Sebab, jelang uang itu ditransfer dari Pemprov Sumsel melalui Kesdam II Sriwijaya, ada perintah agar uang itu tidak digunakan. ”Assalammualaikum. Ka poskes ban. Semua anggota vaksinator segera cek tab bank BRI. Tolong kalau sdh msk jgn dulu diambil ptjk dari danden. Info lebih lanjut. Tks,” bunyi keterangan tangkapan layar mengenai pesan di aplikasi Whatsapp dari oknum kepada salah satu komandan pusat kesehatan pada 28 Desember yang diterima Kompas.
Puncaknya, semua uang itu diminta ditransfer balik ke rekening Kesdam II Sriwijaya tanpa ada alasan jelas. ”Biar di rekening ini bae pak, kareno ini rekening satuan. Kalo aku buka rekening itu otomatis nama saya yang tercantum. Biaya rtgs dibebankan ke rekening penerima dak apo pak. Dana yg di rek Babel sgr ditransfer ke rek tsb lampirkan bukti transfernya,” bunyi pesan serupa pada 30 Desember lalu.
Bagaimana tidak sedih, uang itulah pengharapan kami. Dari uang itu, kami sudah menyimpan banyak rencana, terutama untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan sekolah/kuliah anak-anak.
Uang itu ditransfer ke rekening pribadi para tenaga kesehatan pada 28 Desember dan diminta ditransfer balik ke rekening Kesdam II Sriwijaya pada 30 Desember. Instruksi pengembalian uang itu benar-benar memukul perasaan para tenaga kesehatan.
Awalnya, para tenaga kesehatan itu ingin berontak. Mereka tidak mau mengikuti perintah. Namun, ada oknum yang terus meneror komandan pusat kesehatan agar sang komandan dan para anggotanya segera mengirim balik uang tersebut ke rekening Kesdam II Sriwijaya.
Mau tak mau, sebagian besar dari mereka pun mengembalikan uang itu pada 31 Desember. Malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih, kehilangan uang itu sangat menyayat hati. Bagi yang telah mengirim balik, mereka hanya bisa gigit jari dan termenung.
Para tenaga kesehatan itu tidak menerima kebijakan tersebut, tetapi mereka tidak berani dan tidak bisa pula berbuat banyak. ”Bagaimana tidak sedih, uang itulah pengharapan kami. Dari uang itu, kami sudah menyimpan banyak rencana, terutama untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan sekolah/kuliah anak-anak. Kini, semua yang telah mengirim balik uang itu sering bengong sendiri. Kenapa uang itu harus dikembalikan. Apa alasannya,” tutur narasumber tersebut.
Harap-harap cemas
Setelah Kompas melakukan konfirmasi ke Kodam II Sriwijaya pada 31 Desember, tak lama muncul instruksi penghentian sementara pengembalian uang tersebut. ”Sriwijaya, mohon izin agar segera menghentikan pengiriman transaksi melalui Bank Sumsel ke rek Kesdam. Sampai menunggu petunjuk lebih lanjut,” bunyi keterangan tangkapan layar mengenai pesan diteruskan di aplikasi Whatsapp.
Namun, itu tidak melegakan melainkan justru membuat para tenaga kesehatan harap-harap cemas. Pasalnya, setelah itu, ada oknum yang meminta semua jejak percakapan terkait perintah transfer balik uang itu dihapus. Instruksi itu disampaikan secara lisan lewat telepon kepada para komandan di pos kesehatan dan diteruskan kepada para anggota masing-masing.
Selain uang yang sudah ditransfer balik belum dikembalikan, dua hari terakhir, pihak Kesdam II Sriwijaya berusaha melacak kenapa informasi mengenai instruksi tersebut bisa bocor. Kini, para tenaga kesehatan itu khawatir mendapatkan sanksi.
”Kami takut nanti disanksi karena peristiwa ini. Padahal, kami cuma mencari keadilan kenapa uang yang menjadi hak kami itu mesti dikembalikan. Itu uang sakit kami, uang hasil pengorbanan kami selama ini. Kalau bisa, uang itu justru dipulangkan lagi ke kami,” ujar narasumber tersebut.