Presiden Jokowi: Masjid Membangun Persatuan dan Kemakmuran
Untuk memberdayakan ekonomi berbasis masjid, Dewan Masjid Indonesia bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI). Setiap Jumat, BSI diminta berceramah di masjid tentang pemajuan UMKM.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masjid tak hanya menjadi tempat ibadah. Namun, diharapkan masjid juga bisa menjadi tempat mencerdaskan masyarakat, bermusyawarah, memperkokoh persatuan dan kebangsaan, serta mendorong kemakmuran umatnya.
Peran masjid yang luas ini ditegaskan Presiden Joko Widodo saat meresmikan gedung kantor Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, Jakarta, Jumat (24/12/2021). Hadir pula dalam acara itu Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla yang juga Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, dan Gubernur DKI Anies Baswedan.
Masjid bisa mendorong kesejahteraan dan berkontribusi menguatkan ekonomi masyarakat serta membantu pemerintah mengatasi kemiskinan dan ketimpangan.
Presiden Jokowi mengatakan, sebagai tempat ibadah, dakwah, serta pendidikan umat, masjid adalah tempat umat memperoleh informasi dan memperdalam ilmu agama. Dari sini, kebaikan dan akhlak mulia terbentuk. Sumber daya manusia unggul, berkarakter, dan berakhlak mulia pun terbentuk.
Kendati demikian, masjid juga bisa menjadi tempat musyawarah serta memperkokoh persatuan dan ikatan kebangsaan. Lebih lagi, masjid bisa mendorong kesejahteraan dan berkontribusi menguatkan ekonomi masyarakat serta membantu pemerintah mengatasi kemiskinan dan ketimpangan.
”Masjid menyemai Islam sebagai rahmat bagi semesta alam,” tambah Presiden Jokowi.
Jusuf Kalla menambahkan, Dewan Masjid Indonesia (DMI) memiliki visi memakmurkan dan dimakmurkan masjid. Dia menjelaskan, bangunan masjid bisa saja indah. Namun, masyarakat di sekitarnya juga perlu sejahtera. ”Yang memakmurkan adalah yang mendirikan, yang mengelola, dan jemaah. Kemudian, bagaimana masjid memakmurkan masyarakatnya,” tuturnya.
Oleh karenanya, beberapa program DMI, antara lain, perbaikan tata suara masjid, kebersihan dan kesehatan masjid, aplikasi digital, memberdayakan ekonomi berbasis masjid, perbaikan manajemen masjid, pembenahan sertifikat wakaf masjid, pedoman arsitektur masjid, dan perbaikan pendidikan dan dakwah.
Untuk memperbaiki tata suara masjid digerakkan 120 tim ke seluruh Indonesia. Hal ini dinilai penting karena 75 persen tata suara masjid mendengung. Akibatnya, kendati terdengar bersuara, masyarakat tidak mengerti apa yang disampaikan.
Penanganan kebersihan dan kesehatan masjid dilakukan dengan memberikan disinfektan kepada 100.000 masjid setiap tahun. Selain itu, disiapkan pula aplikasi digital untuk menghubungkan masjid, dai, dan jamaah.
Untuk memberdayakan ekonomi berbasis masjid, DMI bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI). Setiap Jumat, BSI diminta berceramah di masjid dan memajukan UMKM. ”Sejak zaman Rasul, masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga tempat pertemuan, tempat pendidikan, dan sebagainya,” kata Kalla.
Perbaikan manajemen masjid dilakukan dengan penataran. Diharapkan semua masjid memiliki standar pengelolaan yang baik. Selain itu, DMI juga bekerja sama dengan Kementerian ATR untuk menyelesaikan sertifikat wakaf masjid. Hal ini diperlukan supaya ketika pemberi tanah wakaf meninggal, masjid tidak digugat ahli waris.
Program ini dinilai penting untuk sekitar 800.000 masjid dan mushala. Di Indonesia terdapat sekitar 400.000 masjid dan hampir 500.000 mushala.
DMI, menurut Kalla, baru kali ini memiliki gedung kantor sendiri. Sebelumnya, kantor DMI berpindah-pindah. Sepanjang sepuluh tahun Jusuf Kalla memimpin DMI, setidaknya lima kali sewa kantor dilakukan.
Karenanya, Kalla mengucap syukur karena pemerintah memfasilitasi dengan lahan hibah untuk kantor DMI. Presiden Jokowi menceritakan, lahan tersebut adalah tanah sitaan BLBI yang sudah ditangani Kementerian Keuangan.
DMI baru kali ini memiliki gedung kantor sendiri. Sebelumnya, kantor DMI berpindah-pindah. (Jusuf Kalla)
Lahan di Jalan Matraman ini, lanjut Presiden, dinilai cocok dan dipilih Jusuf Kalla. Apalagi, lokasi ini dekat dengan kantor Ikatan Persaudaraan Jamaah Haji Indonesia, kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah, dan kantor Majelis Ulama Indonesia.
”Ini sama membangun masjid, yang penting fondasinya ada, baru teman-teman bantu naik sampai tingkat sembilan,” tambah Kalla.