Buka Muktamar Wahdah Islamiyah, Wapres Ajak Umat Islam Terus Jaga Persatuan Bangsa
Wapres Ma’ruf Amin kembali menegaskan, hubungan antara agama dan negara, Islam dan Pancasila, sudah selesai sejak terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai negara demokrasi, Indonesia menjamin warganya untuk berkumpul dan berserikat, baik membentuk, memilih, maupun bergabung dalam organisasi kemasyarakatan, sejauh tidak melenceng dari ideologi Pancasila. Oleh karena itu, sudah sepantasnya semua warga negara, termasuk umat Islam, untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin ketika membuka Muktamar Ke-4 Wahdah Islamiyah secara virtual, Minggu (19/12/2021), mengungkapkan, Pancasila lahir sebagai buah kesepakatan pendiri bangsa. ”Hal ini harus dijaga demi keberlangsungan dan kemaslahatan bersama. Setiap sila di dalamnya mempersatukan segala bentuk keberagaman Nusantara yang sejatinya telah ada jauh sebelum republik ini dibentuk,” ujarnya.
Wahdah Islamiyah merupakan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang didirikan pada tahun 2002. Muktamar dengan tema ”Mewujudkan Indonesia Jaya dengan Pendidikan Paripurna dalam Wasathiyah Islam” itu digelar secara daring.
Dalam kesempatan itu, Wapres Amin kembali menegaskan bahwa hubungan antara agama dan negara, Islam dan Pancasila, sudah selesai sejak terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila. ”Dengan demikian, masalah tersebut tidak perlu kita perdebatkan lagi,” kata Wapres.
Oleh karena itu, Wapres Amin mengajak umat Islam yang jumlahnya mencapai 87 persen dari seluruh penduduk Indonesia terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Lebih dari itu, masyarakat Muslim Indonesia juga mesti memperkuat pemberdayaan umat.
”Ke depan yang justru harus dilakukan adalah bagaimana menjaga umat (himayatul ummah) yang merupakan mayoritas dari bangsa ini dan penguatan atau pemberdayaan umat (taqwiyyatul ummah) yang sampai sekarang masih dalam posisi lemah,” ujar Wapres.
Penguatan itu dinilai penting untuk menghindarkan umat Islam dari pemikiran atau akidah yang menyimpang. Tentu saja, penguatan dilakukan dengan tetap mengedepankan cara-cara yang santun dan damai sesuai dengan prinsip ajaran Islam wasathiyah atau moderat. Sementara pemberdayaan umat diperlukan agar umat menjadi kuat, baik dari segi pendidikan maupun ekonomi.
Ke depan yang justru harus dilakukan adalah bagaimana menjaga umat (himayatul ummah) yang merupakan mayoritas dari bangsa ini dan penguatan atau pemberdayaan umat (taqwiyyatul ummah) yang sampai sekarang masih dalam posisi lemah.
Pemberdayaan umat harus dilakukan, terutama di bidang pendidikan yang bermutu dengan penguasaan teknologi dan informasi. Selain itu, umat Islam diajak untuk dapat menguasai perekonomian agar menjadi umat yang kuat, bukan umat yang lemah. ”Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah,” ujar Wapres.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak jumlah pengusaha dengan membangun pusat-pusat inkubasi di berbagai daerah. Ini penting untuk menaikkan kelas para pengusaha mikro dan kecil menjadi pengusaha menengah atau bahkan pengusaha besar.
”Dan semua tahu bahwa para dai kita dulu di samping sebagai pendakwah menyampaikan dakwahnya juga merangkap sebagai pedagang,” ucap Wapres.
Merawat harmoni
Upaya untuk merawat harmoni dan kerukunan dalam kebinekaan telah menjadi tugas dan tanggung jawab bersama sejak dahulu, hari ini, hingga seterusnya. Wapres Amin meyakini bahwa Wahdah Islamiyah telah turut menjadi bagian terdepan dalam mewujudkan kemaslahatan umat dalam bingkai negara kesatuan.
Selama hampir dua dekade, Wahdah Islamiyah dinilai menjadi salah satu ormas Islam nasional yang konsisten mengusung persatuan Islam. ”Wahdah Islamiyah memberikan warna baru dalam dinamika ishlahul ummah di negeri tercinta ini. Kontribusi Wahdah Islamiyah dalam bidang pendidikan, sosial, dan kemanusiaan tidak diragukan lagi. Demikian juga dakwah wasathiyah yang sarat dengan nilai-nilai persatuan amat melekat dalam setiap kiprah Wahdah Islamiyah,” tambah Wapres.
Wahdah Islamiyah juga diharapkan dapat terus bersinergi bersama pemerintah dan masyarakat, terutama dalam membangun umat yang berilmu sekaligus beriman. ”Ilmu dan takwa tidak boleh kita pisahkan, ibarat dua sisi mata uang. Penguasaan ilmu pengetahuan yang benar justru akan semakin menuntun kita pada keimanan. Keduanya merupakan pegangan setiap insan dalam mengarungi kehidupan di tengah berbagai tantangan zaman,” kata Wapres.
Dalam sambutannya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD juga menekankan pentingnya meningkatkan jumlah cendekiawan Muslim di Indonesia. Namun, kemurnian ilmu yang diperoleh harus berasal dari sumber yang tepercaya. ”Jangan hanya belajar dari ustaz Google atau dari ustaz medsos, ilmu agama itu harus berasal dari yang sudah teruji,” ujarnya.
Menurut Mahfud, kehadiran Wahdah Islamiyah merupakan bentuk sumbangsih kepada NKRI. Mahfud juga mengajak umat Islam untuk membangun Indonesia dengan berpedoman ajaran Al Quran, tetapi jangan mempertentangkan antara ajaran Islam dan konstitusi negara. ”Artinya bahwa umat Islam harus maju, jangan kalah secara ekonomi, intelektual, dan sebagainya. Tetapi, yang terpenting adalah membentuk moral bangsa,” tambahnya.
Selain Wapres Amin dan Menko Polhukam, pembukaan Muktamar Ke-4 Wahdah Islamiyah juga dihadiri secara virtual oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno serta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Wapres Amin didampingi Pelaksana Tugas Kepala Sekretariat Wakil Presiden Ahmad Erani Yustika, Staf Khusus Wakil Presiden Bambang Widianto, dan Juru Bicara Wapres Masduki Baidlowi.