Jenderal Andika Membangun Citra, dari Kesehatan hingga Korupsi Prajurit
Semenjak Jenderal (TNI) Andika Perkasa dilantik sebagai Kepala Staf TNI AD pada November 2018 hingga saat ini, tercatat lebih dari 1.000 konten video diunggah pada akun Youtube TNI Angkatan Darat.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·5 menit baca
Akun Youtube TNI Angkatan Darat berdenyut lebih cepat sejak Jenderal (TNI) Andika Perkasa dilantik sebagai Kepala Staf TNI AD pada November 2018. Hingga November 2021, tercatat ada lebih dari 1.000 video yang diunggah, melesat jauh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tidak hanya menampilkan aktivitas prajurit TNI AD, akun tersebut juga gencar menunjukkan karakter dan kepribadian Andika, yang saat ini diusulkan Presiden Joko Widodo sebagai calon tunggal Panglima TNI.
Salah satu yang paling banyak ditonton warganet adalah video berjudul ”Kasad: Pangdam Cari Dandim Gembrot!!!”. Video yang diunggah pada 29 Juni 2021 itu merekam apel Komandan Korem dan Komandan Kodim terpusat pada Desember 2020 yang diselenggarakan di Markas Besar Angkatan Darat, Jakarta. Pada kesempatan tersebut, Andika tiba-tiba memanggil dua perwira, yakni Kepala Pusat Hubungan Angkatan Darat Mayor Jenderal Wahyu Agung dan Pangdam IX/Udayana Mayor Jenderal Kurnia Dewantara. Di hadapan seluruh pesereta apel, Andika mengapresiasi kedua perwira yang meski sudah berusia di atas 55 tahun, masih berbadan bugar.
”Coba, siapa yang gembrot. Para pangdam, ada dandim yang gembrot enggak di sini. Tunjuk suruh ke sini,” kata Andika memberi perintah.
Tak lama, 11 dandim dari sejumlah wilayah di Indonesia yang berperawakan tambun pun berbaris di sebelah Andika. ”Saya sudah gemuk sejak lulus SMA, Bapak KSAD,” kata salah seorang dandim. ”Sebenarnya kami kurus, Bapak KSAD, tetapi karena tidak jaga makan sehingga badan kami naik seperti ini,” tutur Dandim lainnya sambil tersipu-sipu.
Andika mendengarkan penjelasan sejumlah dandim itu satu per satu sambil tertawa tergelak-gelak. Di sela-sela penjelasan para dandim, ia meledek bahwa mereka hanya beralasan. Setelah semua mendapatkan giliran menjelaskan, setiap dandim diminta untuk berfoto di tengah Mayjen Wahyu Agung dan Mayjen Kurnia Dewantara. ”Nanti kirim ke saya foto update, satu tahun dari sekarang ya,” tukasnya.
Perhatian Andika pada bentuk tubuh prajurit bukan hanya muncul pada kesempatan itu. Hal serupa juga terlihat saat melakukan kunjungan kerja (kunker) bersama istrinya, Hetty Andika Perkasa. Misalnya, saat ke Kodam Iskandar Muda, Aceh, pada Agustus 2019; Kodam XVII/Cendrawasih, Papua, September 2019; Kodim Kebumen, Jawa Tengah, Januari 2020; serta Pusat Penerbangan Angkatan Darat, Juni 2020. Pada setiap tempat yang ia kunjungi, Andika dan Hetty menggali penyebab para prajurit dan keluarganya memiliki berat badan yang berlebih.
”Saya tidak peduli penampilan. Tetapi yang saya sangat pedulikan adalah kalau kita terus ’enggak ada’,” ungkap Andika menjelaskan motifnya sangat memperhatikan bentuk tubuh prajurit. Menurut dia, bentuk tubuh merepresentasikan kondisi kesehatan.
Sepanjang 2020, ia mendapatkan laporan ada 539 prajurit dan pegawai negeri sipil (PNS) TNI AD meninggal karena sakit. Dari total tersebut, 58 orang di antaranya juga terserang Covid-19. Artinya, ada ratusan orang yang mengidap penyakit berat. ”Ada yang diabetes, gagal ginjal, jantung, stroke. Itu semua sebenarnya kita bisa jaga,” tegas Andika.
Transparansi
Kompilasi video akun Youtube TNI AD juga kerap menampilkan rekaman rapat KSAD dengan para staf. Dalam rapat pada awal Agustus 2021, Asisten Intelijen KSAD Mayjen Bambang Ismawan menguak temuan tim pengawasan dan evaluasi terkait kejanggalan penggunaan anggaran pada Pendidikan Kejuruan Bintara Infanteri (Dikjurbaif) dan Pendidikan Kejuruan Tamtama Infanteri (Dikjurtaif) Gelombang II Tahun Anggaran 2020.
Seluruh prajurit yang terlibat dalam penyalahgunaan anggaran pendidikan itu akan mendapatkan hukuman sesuai peraturan, yakni hukuman disiplin militer, paling rendah berbentuk teguran dan pemindahan tugas.
Temuan yang dimaksud adalah pemotongan gaji siswa, anggaran makan, dan penambahan anggaran yang sengaja dilakukan untuk kepentingan pribadi salah satu personel. Praktik tersebut terjadi di seluruh Depo Pendidikan dan Latihan dan Pertempuran (Dodiklatpur) di seluruh Resimen Induk Kodam (Rindam) seluruh Indonesia.
”Uang itu harus dikembalikan dan setelah dikembalikan harus ada bukti secara transfer, saya tidak mau cash,” kata Andika.
Ia menambahkan, seluruh prajurit yang terlibat dalam penyalahgunaan anggaran pendidikan itu akan mendapatkan hukuman sesuai peraturan, yakni hukuman disiplin militer, paling rendah berbentuk teguran dan pemindahan tugas. Jika ada pihak yang menolak mengembalikan uang siswa, akan dipidana. Selain itu, para komandan juga dianggap mengetahui penyalahgunaan sehingga turut diberikan peringatan.
Rapat lain yang juga menyita perhatian publik adalah ketika membahas pembangunan ruang isolasi Covid-19 lapangan di seluruh rumah sakit TNI AD. Rapat yang diunggah melalui video berjudul ”Detik-detik Jenderal Bintang Dua disuruh Keluar”, 4 April 2020, itu ditonton hingga lebih dari 9 juta kali.
Saat itu, Andika meminta Mayjen Tugas Ratmono, Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat; dan Mayjen Jani Iswanto, Asisten Logistik KSAD, keluar dari ruang rapat untuk segera menuntaskan perekrutan personel dan pemesanan peralatan untuk melengkapi kebutuhan seluruh rumah sakit TNI AD.
Selain transparansi dan ketegasan dalam bertugas, akun Youtube TNI AD juga gencar memublikasikan kegiatan sosial Andika dan Hetty. Keduanya kerap mengunjungi prajurit dan keluarganya yang sakit, memberikan bantuan pendidikan, hingga mengunjungi para veteran. Pada setiap keluarga yang dikunjungi, Hetty selalu menitipkan boneka beruang berseragam tentara lengkap dengan nama Andika.
Penjaga kedaulatan
Pengamat komunikasi dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, penggunaan media sosial berperan signifikan untuk meningkatkan popularitas seseorang. Tidak heran jika Andika yang aktif dipromosikan di media sosial saat ini memang lebih dikenal publik. Langkah ini juga baik bagi TNI untuk menjadi institusi yang transparan.
Oleh karena itu, kata Hendri, upaya yang sudah dibangun oleh Andika sejak 2018 masih perlu diteruskan ketika sudah menjadi Panglima TNI. ”Publik memang harus tahu kegiatan panglima itu seperti apa, dari situ juga bisa terlihat apakah ada perubahan-perubahan signifikan yang diharapkan masyarakat dari kerja TNI,” ujarnya.
Namun, Hendri mengingatkan, Panglima TNI ke depan tidak hanya bertugas membangun transparansi dan citra sebagai sosok yang humanis. Lebih dari itu, Panglima bertanggung jawab besar menjaga kedaulatan negara. Dalam persoalan di Laut Natuna Utara, salah satunya. ”Sosok panglima yang saat ini dibutuhkan Indonesia tidak sekadar humanis, tetapi juga yang bisa membuat kita menjadi negara berdaulat dan ditakuti atau tidak bisa diganggu oleh negara lain,” katanya.