Siapkan Para Komandan TNI untuk Hadapi Perang Modern
Sekolah Staf dan Komando TNI AD, AL, dan AU berperan dalam menyiapkan komandan-komandan TNI yang bisa beradaptasi dengan perubahan ancaman pertahanan modern. Ketercukupan tenaga pengajar yang mumpuni amat krusial.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ancaman perang modern yang bertumpu pada teknologi digital, nuklir-biologi-kimia, dan teknologi jarak jauh membutuhkan komandan-komandan Tentara Nasional Indonesia yang inovatif, kreatif, dan berwawasan global. Untuk itu, sekolah staf dan komando atau sesko di tiga matra TNI, yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara dituntut terus memperkuat kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pengajarnya.
Sesko angkatan adalah sekolah tertinggi di setiap Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Sesko diperuntukan bagi perwira menengah berpangkat mayor dan letnan kolonel. Mereka mempelajari hal-hal terkait organisasi dan operasi di setiap angkatannya. Sesko angkatan menjadi persyaratan utama bagi seorang perwira untuk bisa meningkat ke jabatan komandan yang lebih tinggi untuk punya kans menjadi perwira tinggi.
Untuk melihat upaya yang dilakukan Sesko dalam menyiapkan komandan-komandan di TNI dalam menghadapi ancaman pertahanan keamanan yang berubah, Kompas mendatangi Sesko Angkatan Darat atau Seskoad di Bandung, Jawa Barat; Sesko Angkatan Laut (Seskoal) di Jakarta, dan Sesko Angkatan Udara (Seskoau) di Bandung Barat, akhir September 2021. Kompas berbincang dengan pimpinan dan pengajar sesko, serta melihat pembelajaran perwira siswa (pasis).
Di beberapa kelas, terlihat diskusi yang cukup terbuka di antara sesama pasis dan dengan pengajarnya. Di salah satu kelas di Seskoad, misalnya, saat membahas pengamanan perbatasan, selain berdiskusi berdasarkan kerangka teori, argumen juga disertai dengan pengalaman empiris saat bertugas di wilayah perbatasan.
Komandan Seskoad Mayor Jenderal Anton Nugroho mengatakan, ada tiga hal yang dipelajari pasis, yaitu lingkungan strategis, kepemimpinan militer dan pertahanan matra darat. Lulusan Seskoad diharapkan jadi perwira yang punya wawasan, inovatif dan kreatif. ”Dengan demikian, sebagai komandan dia bisa ambil keputusan terbaik,” kata Anton.
Dua tahun terakhir, materi dinamika internasional kian banyak dibahas. Tugas menganalisis dunia internasional kini ada lima essai, dari sebelumnya satu esai. Namun, tugas analisis masalah nasional masih lebih banyak, yaitu 34 kali.
Bertambahnya materi analisis lingkungan strategis ini juga disebabkan perkembangan situasi. Pola-pola pertempuran yang kian tak konvensional harus terus dipelajari.
Pengajar Seskoad, Kolonel Singgih Pambudi Arinto, mengatakan, salah satu perang yang kini dipelajari di Seskoad saat ini ialah perang Armenia–Azerbaijan. Perang di mana tank dihadapi drone itu merupakan materi menarik untuk studi terkait taktik hingga moral pasukan.
Komandan Seskoal Laksamana Muda Tunggul Suropati menuturkan, sesuai dengan karakteristik TNI AL, yakni senjata yang diawaki, penguasaan teknologi menjadi mutlak. Lulusan Seskoal disiapkan menguasai ilmu operasi laut.
Pengajar Bidang Strategi, di Seskoal, Kolonel Laut (P) Basri Mustari, menambahkan, pasis disiapkan untuk melaksanakan operasi gabungan sebagaimana karakteristik perang ke depan. Berbagai tugas di Seskoal mengakomodasi perang modern seperti perkembangan teknologi digital, nuklir-biologi-kimia dan teknologi jarak jauh.
Komandan Seskoau Marsekal Pertama Widyargo Ikoputra menyampaikan, materi pembelajaran di Seskoau mengikuti doktrin TNI AU dan disesuaikan dengan rencana strategi dan operasi. Selain itu, juga disesuaikan dengan aset, teknologi yang dimiliki. ”Misalnya, sekarang sudah ada pesawat nirawak yang mengubah cara berperang. Sehingga kami harus menyiapkannya dalam laboratorium simulasi perang,” katanya.
Pengajar Utama Seskoau Kolonel (Tek) Rachmadi Anggoro mengatakan, untuk menghadapi ancaman perang di masa depan, kurikulum yang dibuat di Seskoau juga disesuaikan. Porsi pembelajaran teknologi lebih banyak dibanding saat ia menjadi pasis tahun 2008.
Pengenalan operasi perang juga dilakukan dengan orientasi perang di masa depan. Kurikulum di Seskoau juga mencakup network centric warfare yang ditandai dengan interoperabilitas dan interkonektivitas alat utama sistem persenjataan.
Kendala SDM
Para komandan sesko mengakui, kendala terbesar ada di kualitas pengajar. Menurut Ikoputra, untuk dapat menyesuaikan kurikulum dengan tantangan masa depan, pendidik harus melek teknologi, bisa meningkatkan kemampuannya dengan perkembangan terkini. Mereka juga dituntut bisa berkolaborasi dengan mitra regional maupun global.
Tunggul mengatakan, 95 persen pengajar Seskoal adalah mantan siswa yang telah mengembangkan ilmu di tempat lain. Selain kursus, dosen juga diberi kesempatan sekolah S-2 dan S-3. Seskoal juga bekerja sama dengan universitas di luar negeri. Sementara itu, di Seskoad, perwira yang baru sekolah di luar negeri diminta memberikan masukan. Seskoad juga bekerja sama dengan beberapa kampus di Indonesia untuk mata kuliah nonmiliter.
Pengamat pertahanan Universitas Jenderal Achmad Yani, Yohanes Sulaiman, mengatakan, kerja sama antara TNI dan dunia luar dibutuhkan agar materi pembelajaran di sesko relevan dengan tantangan ke depan. Pengajar juga harus lebih terbuka untuk membentuk iklim akademis yang baik.