Rehabilitasi Mangrove Sekaligus Mengatasi Emisi Karbon
Perbaikan kawasan mangrove diperlukan untuk melawan perubahan iklim. Sebab, hutan mangrove bisa menyimpan karbon empat sampai lima kali lipat ketimbang hutan tropis daratan.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
BENGKALIS, KOMPAS — Pemerintah berkomitmen merehabilitasi kawasan mangrove yang kritis. Untuk itu, penanaman mangrove akan dilanjutkan dengan harapan emisi karbon terkurangi, abrasi teratasi, dan manfaat ekonomi diperoleh.
Dua agenda penanaman mangrove bersama masyarakat menjadi kegiatan kunjungan kerja sehari Presiden Joko Widodo di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, Selasa (28/9/2021). Penanaman mangrove pertama dilakukan di Pantai Wisata Raja Kecil di Desa Muntai Barat, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Sorenya, penanaman mangrove juga dilaksanakan di Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Seusai penanaman di Pantai Wisata Raja Kecik, Presiden Joko Widodo menegaskan, rehabilitasi kawasan mangrove akan dilakukan terus dan tidak hanya di Kabupaten Bengkalis, tetapi juga di seluruh Tanah Air.
Dalam acara ini, hadir, antara lain, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dan Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Hartono.
Seusai penanaman di Pantai Wisata Raja Kecik, Presiden Joko Widodo menegaskan, rehabilitasi kawasan mangrove akan dilakukan terus dan tidak hanya di Kabupaten Bengkalis, tetapi juga di seluruh Tanah Air. ”Kita harap setelah direhabilitasi, (sabuk mangrove) bisa mengendalikan abrasi, mendukung ekowisata-pariwisata daerah, dan mendukung ekonomi masyarakat sekitar,” tuturnya.
Perbaikan kawasan mangrove memang diperlukan untuk melawan perubahan iklim. Sebab, hutan mangrove bisa menyimpan karbon empat sampai lima kali lipat ketimbang hutan tropis daratan. Emisi karbon pun bisa diserap.
”Ini sekaligus meneguhkan komitmen kita terhadap Paris Agreement terhadap perubahan iklim dunia,” tambah Presiden.
Kegiatan rehabilitasi mangrove di Kabupaten Bengkalis dilakukan pada lahan seluas 1.292 hektar. Luasan ini terbagi atas 319 hektar yang dikerjakan tahun 2020 dan 973 hektar tahun 2021. Rehabilitasi mangrove dilakukan bersama masyarakat setempat.
Penanaman mangrove oleh Presiden Jokowi bersama masyarakat di Pantai Wisata Raja Kecik, Kabupaten Bengkalis, ini dilakukan pada lahan seluas kurang lebih 7 hektar dari total luas 100 hektar.
Ancaman mangrove
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan bahwa permasalahan dan ancaman terhadap ekosistem mangrove, antara lain, akibat alih fungsi kawasan menjadi lahan pertanian, perkebunan, pemukiman, perikanan (tambak), dan infrastruktur lain. Selain itu, terdapat juga pembalakan liar, pencemaran limbah, dan abrasi pantai akibat gelombang laut.
”Kerusakan mangrove tercatat kurang lebih seluas 600.000 hektar dan ditargetkan upaya pemulihan dan rehabilitasi sampai dengan tahun 2024 melalui komitmen para pihak baik pemerintah maupun non-pemerintah,” katanya.
Ekosistem mangrove di Indonesia seluas 3,31 juta hektar atau 24 persen dari total mangrove dunia. Namun, Badan Restorasi Gambut (BRG) mencatat 637.000 hektar mangrove di Indonesia dalam kategori kritis.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 120 Tahun 2020 tentang Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, BRG juga diamanatkan mempercepat rehabilitasi kawasan mangrove di sembilan provinsi prioritas, yakni Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua, dan Papua Barat.
Untuk itu, 637.000 hektar kawasan mangrove yang kritis akan direhabilitasi sampai 2024. Karenanya, tahun 2021 ini BRG menargetkan rehabilitasi 43.000-83.000 hektar.
Meski demikian, Presiden Jokowi mengatakan, tahun 2021 ini rehabilitasi mangrove ditargetkan di wilayah seluas 34.000 hektar.
Tidak hanya menjadi pelindung kawasan pesisir dari abrasi air laut dan tsunami serta mengikat sedimen, mangrove juga bisa menjadi sumber ekonomi dan sosial bagi masyarakat.
Dalam Peringatan Hari Mangrove Sedunia 26 Juli lalu, Kepala BRG Hartono mengatakan, kunci keberhasilan rehabilitasi mangrove ini ada pada keterlibatan masyarakat. Sebab, masyarakat di sekitar kawasan mangrove berinteraksi langsung dengan hutan mangrove.
Tidak hanya menjadi pelindung kawasan pesisir dari abrasi air laut dan tsunami serta mengikat sedimen, mangrove juga bisa menjadi sumber ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Kawasan mangrove juga tempat pemijahan aneka biota laut. Beberapa jenis mangrove juga menghasilkan buah yang bisa dimanfaatkan menjadi sirup, dodol, maupun pembersih alami.