Sebanyak 34.000 Hektar Kawasan Mangrove Direhabilitasi Tahun Ini
Saat kunjungan kerja, Presiden Jokowi menanam pohon mangrove bersama masyarakat di Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Cilacap. Pemerintah menargetkan rehabilitasi kawasan mangrove sampai 34.000 hektar tahun 2021.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Pemerintah menargetkan rehabilitasi kawasan mangrove bisa mencapai luasan 34.000 hektar pada tahun 2021 ini. Penanganan mangrove diharapkan mampu mengantisipasi dampak perubahan iklim sekaligus memperbaiki lingkungan pesisir Indonesia.
Sebagai penanda komitmen pemerintah tersebut, Presiden Joko Widodo menanam pohon mangrove bersama masyarakat di Desa Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Cilacap. Acara ini mengawali kunjungan kerja Presiden ke Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (23/9/2021).
Presiden juga menyaksikan penanaman pohon mangrove secara serentak dari sembilan daerah lainnya melalui konferensi video. Kesembilan daerah tersebut adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Papua Barat, dan Papua.
Kegiatan itu juga dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Hartono Prawiraatmaja, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji.
Dalam kunjungan kerja ke Cilacap ini, Presiden Jokowi juga sempat melepas tukik di Pantai Kemiren, Desa Griya Tegalsari, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap. Sebagai penanda, pelepasan tukik dilakukan bersama anak-anak setempat.
Memang, rehabilitasi mangrove harus kita lakukan untuk memulihkan, untuk melestarikan kawasan hutan mangrove ini, dan juga untuk mengantisipasi perubahan iklim yang sedang terjadi sekarang ini di dunia, untuk memitigasi perubahan iklim yang ada.
Dalam keterangannya, Presiden Jokowi mengatakan, rehabilitasi mangrove harus terus dilakukan untuk mengantisipasi perubahan iklim yang sedang terjadi di dunia. Pemulihan kawasan pesisir juga diperlukan sembari memitigasi dampak perubahan iklim.
”Memang, rehabilitasi mangrove harus kita lakukan untuk memulihkan, untuk melestarikan kawasan hutan mangrove ini, dan juga untuk mengantisipasi perubahan iklim yang sedang terjadi sekarang ini di dunia, untuk memitigasi perubahan iklim yang ada,” kata Presiden.
Tak hanya itu, hutan mangrove yang terbentuk dari penanaman ini diharapkan mampu mengurangi energi gelombang, melindungi pantai dari abrasi, menghambat intrusi air, serta memperbaiki habitat di daerah pantai. Perbaikan lingkungan pesisir ini bahkan bisa meningkatkan produksi ikan dan produksi hasil laut lainnya, terutama kepiting.
Presiden pun membeli dua kepiting setelah menanam mangrove dan menyapa warga dengan ikut naik rakit nelayan. Kedua kepiting itu sempat ditunjukkan dalam rekaman video Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden.
”Tadi ini kita dapat kepiting dua sehingga nantinya kita harapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di pesisir pantai ini,” ujar Presiden.
Rehabilitasi mangrove, lanjut Presiden, akan terus dilakukan, baik oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove maupun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tahun 2021 ini saja, ditargetkan rehabilitasi kawasan mangrove bisa mencapai 34.000 hektar di seluruh wilayah Indonesia.
Selama ini kawasan mangrove rusak karena alih fungsi ke permukiman, seperti reklamasi di perumahan mewah di Jakarta atau perluasan kawasan tambak dan pelabuhan. Padahal, semestinya sabuk mangrove selalu dijaga.
Dalam peta jalan Rehabilitasi Mangrove Tahun 2021-2024, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove menargetkan rehabilitasi mangrove pada rentang waktu tersebut dapat mencapai 600.000 hektar.
Secara terpisah, Manajer Riset dan Pengembangan Program Lembaga Kajian dan Konservasi Lahan Basah (Ecological Observation and Wetlands Conservation/Ecoton) Daru Setyorini mengingatkan, selama ini kawasan mangrove rusak karena alih fungsi ke permukiman, seperti reklamasi di perumahan mewah di Jakarta atau perluasan kawasan tambak dan pelabuhan. Padahal, semestinya sabuk mangrove selalu dijaga.
Selain itu, Daru mengingatkan, rehabilitasi kawasan mangrove tak bisa melupakan kondisi lahan yang kini semakin banyak tercemari sampah plastik. Di kawasan mangrove Wonorejo, Rungkut, Surabaya, misalnya, sampah plastik sudah menutupi pesisir sehingga banyak tanaman mangrove yang sudah dewasa akhirnya mati karena tak bisa bernapas. Tunas-tunas mangrove juga gagal tumbuh akibat sampah plastik ini.