Partai Golkar masih membutuhkan waktu untuk mencari sosok yang tepat guna mengisi posisi wakil ketua DPR. Kabar ditunjuknya Sekjen Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus masih bisa berubah.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kabar Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk Freidrich Paulus menggantikan Azis Syamsuddin sebagai wakil ketua DPR menguat. Namun, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto seusai rapat pleno DPP Golkar, Senin (27/9/2021) malam, menyampaikan, sosok pengganti Azis akan diumumkan pada Rabu (29/9/2021). Golkar disebutkan masih membutuhkan waktu untuk mencari sosok yang tak menuai resistensi di internal.
Airlangga tiba di kantor DPP Golkar untuk memimpin rapat pleno DPP Golkar, sekitar pukul 19.00, Senin. Seusai rapat yang berlangsung sekitar tiga jam itu, Airlangga mengatakan, masih ada proses yang harus ditempuh guna memutuskan pengganti Azis. ”Karena itu akan diumumkan Rabu, pukul 16.00,” ujarnya.
Azis pada Sabtu (25/9/2021) ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga menyuap bekas penyidik KPK, Stepanus Robin Pattuju, agar mengamankan kasus dugaan korupsi yang melibatkan Azis di Lampung. Setelah penahanan tersebut, DPP Golkar kemudian mengabarkan pengunduran diri Azis sebagai wakil ketua DPR.
Ditanyakan soal kabar Lodewijk telah ditunjuk sebagai pengganti Azis, Airlangga tak menjawab. Menurut dia, semua kader Golkar yang kini menjabat sebagai anggota DPR memiliki kapasitas menjadi wakil ketua DPR. ”Kadernya bagus semua,” ujar Airlangga.
Wakil Ketua Umum Golkar Nurul Arifin mengatakan, Golkar membutuhkan waktu untuk mencari pengganti Azis karena Golkar mencari pilihan yang tidak menuai resistensi di internal Golkar. ”Nyari yang terbaik, yang tidak ada resistensi, pokoknya putra terbaik Golkar,” ujarnya.
Adapun Ketua DPP Golkar Adies Kadir saat ditanyakan kabar Lodewijk yang dipilih menjadi pengganti Azis mengatakan, dalam politik, apa pun bisa terjadi. ”Kita tunggu surat resminya yang akan dibawa ketua umum ke pimpinan DPR,” katanya.
Diputuskan pekan lalu
Kabar Lodewijk hampir pasti dipilih Airlangga pertama kali disampaikan Wakil Ketua Umum Golkar Bambang Soesatyo, Kompas (27/9/2021). Ketua DPP Golkar Firman Soebagyo menguatkan hal itu. Ia bahkan mengatakan, keputusan mengganti Azis dengan Lodewijk sudah diputuskan dalam rapat terbatas pekan lalu.
”Ditetapkan ketua umum karena itu hak prerogatif ketua umum dan semua menyepakati itu, agar jangan sampai ada kekosongan kepemimpinan terlampau lama,” ujarnya.
Pilihan jatuh kepada Lodewijk salah satunya karena dianggap bisa mereduksi kemungkinan gejolak di internal partai. Sebab, di antara kader Golkar yang kini menjabat anggota DPR banyak yang memenuhi persyaratan untuk menjadi wakil ketua DPR. Gejolak di internal tidak diharapkan karena Golkar tengah fokus mempersiapkan pemilu. ”Persiapan pemilu jauh lebih penting,” katanya.
Pertimbangan lainnya, menurut Firman, karena kedekatan Lodewijk dengan Airlangga.
Menurut Firman, Lodewijk menerima keputusan Airlangga itu. Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Golkar ini pun meyakini pilihan pada Lodewijk tak akan menimbulkan gejolak di internal. ”Semua kader Golkar itu taat ketika pimpinan sudah ketok palu,” ujarnya.
Awal perkenalan Azis
Dari sidang lanjutan kasus dugaan suap dengan terdakwa bekas penyidik KPK, Stepanus Robin Pattuju, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (27/9/2021), Azis Syamsuddin disebut berupaya mencari penyidik KPK melalui Ajun Komisaris Agus Supriyadi, kenalan Azis.
Agus menyampaikan hal itu dalam sidang perkara dugaan suap dengan terdakwa Robin, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin (27/9/2021). Selain Agus, ada empat saksi lain yang dihadirkan jaksa pada KPK.
Perjumpaan Agus dan Azis terjadi di Papua saat Azis melaksanakan kunjungan kerja. Setelah itu, pada Februari 2020, mereka bertemu di rumah Azis. Dalam pertemuan, Azis mulai bertanya kepada Agus, apakah memiliki teman penyidik di KPK. Agus lantas mencoba menghubungi kedua teman seangkatannya di Akademi Kepolisian (Akpol) yang bertugas sebagai penyidik KPK. Namun, tak tembus. Agus lantas menghubungi yuniornya di Akpol, yakni Robin. Robin bersedia saat Agus mengajaknya bertemu Azis.
Jaksa pada KPK, Wahyu Dwi Oktafianto, mencoba mengonfirmasi kembali keterangan Agus yang tertuang di dalam berita acara pemeriksaan (BAP). Di BAP, Agus menyatakan, inisiatif pertemuan antara Azis dan Robin merupakan inisiatifnya sendiri. Dalam pemahaman Agus saat itu, alasan Azis bertanya mengenai temannya di KPK kemungkinan berkaitan dengan perkara yang ditangani KPK yang mungkin terkait dengan Azis. ”Benar, itu pemahaman saya,” ucap Agus mengonfirmasi BAP tersebut.
Setidaknya empat kali Agus, Robin, dan Azis bertemu, yakni sekitar Februari, April, dan Mei 2020. Pertemuan pertama di rumah dinas Azis di Jalan Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan. Pertemuan kedua dan ketiga di rumah pribadi Azis.
Pertemuan lain di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, saat Azis sedang melakukan kunjungan kerja. Agus, yang mengetahui kedatangan Azis, menghubungi Robin untuk menemaninya bertemu dengan Azis. Robin datang pukul 23.00. Namun, ia tidak mengetahui apakah saat itu Robin bertemu Azis. Yang ia ketahui, pertemuan baru terjadi saat sarapan pagi di hotel. Pertemuan tersebut hanya membahas seputar pekerjaan.
Mendengar keterangan Agus, hakim anggota, Jaini Bashir, mempertanyakan sikap Agus yang getol mengenalkan Azis kepada penyidik KPK. Padahal, sebagai polisi, Agus seharusnya paham bahwa seorang penegak hukum tidak diperbolehkan bertemu dengan pihak yang beperkara.
”Kenapa saudara mengenalkan padahal di profesi saudara, di polisi saja dilarang, kenapa? Mengenalkan seorang yang calon tersangka ke penyidik, seharusnya, kan, saudara punya pikiran, ini ada sesuatu dan tidak boleh. Seharusnya itu sudah terbaca?” ujar Jaini.