Zulkifli Hasan: Teguhkan Kembali Janji Kebangsaan Demi Indonesia Emas 2045
Melihat peluang dan tantangan menuju Indonesia 2045, PAN berkomitmen akan terus berjuang menjalankan fungsi politiknya. PAN akan terus memperjuangkan gagasan moderasi, tengah, dan moderat.
JAKARTA, KOMPAS — Partai Amanat Nasional mengajak seluruh pihak meneguhkan kembali janji kebangsaan untuk mewujudkan Indonesia emas 2045. PAN akan terus memperjuangkan gagasan moderasi, tengah, dan moderat untuk menjaga semangat Indonesia yang dibangun berdasarkan konsensus dan kesepakatan bersama untuk keadilan sosial.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan saat Pidato Kebangsaan Ketua Umum Partai Politik memperingati 50 tahun Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang diselenggarakan secara daring, Kamis (19/8/2021), mengingatkan, perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak ditempuh dengan cara yang mudah. Pengorbanan darah dan nyawa dilakukan para pahlawan agar Indonesia bisa merdeka.
Memori Dokumen Piagam Jakarta, misalnya, dihapuskannya tujuh kata dari rumusan Pancasila yang awal, hilangnya anak kalimat ’ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’ tidak dipahami sebagai kekalahan umat Islam, tetapi kerendahan hati para ulama terdahulu. (Zulkifli Hasan)
Bahkan, untuk merumuskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, para pendiri bangsa telah melewati proses dan pergulatan yang panjang. Pada mulanya ada keinginan dari pihak-pihak tertentu untuk menampilkan dirinya masing-masing sebagai wajah Indonesia. Akan tetapi, pada akhirnya semua sepakat untuk melakukan konsensus dan kesepakatan dengan penuh kerendahan hati. Semua bertemu di titik tengah untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bersama.
”Memori Dokumen Piagam Jakarta, misalnya, dihapuskannya tujuh kata dari rumusan Pancasila yang awal, hilangnya anak kalimat ’ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’ tidak dipahami sebagai kekalahan umat Islam, tetapi kerendahan hati para ulama terdahulu untuk melihat dan mewujudkan Indonesia sebagai rumah besar bagi semua,” katanya.
Acara itu turut dihadiri para pengurus CSIS, seperti Harry Tjan Silalahi selaku pendiri dan ketua board of trustees; Jusuf Wanandi sebagai pendiri dan wakil ketua board of trustees; Ketua Dewan Direksi CSIS Djisman Simanjuntak; peneliti senior CSIS, J Kristiadi; serta Direktur Eksekutif CSIS Philips J Vermonte.
Baca juga: Kebangsaan ”Sonder” Kebangsaan
Menurut Zulkifli, cita-cita kemerdekaan Indonesia bukanlah untuk satu golongan saja, melainkan untuk semua golongan. Hal ini sebagaimana dituliskan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ”Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
”Itu pulalah cita-cita PAN. Partai ini melanjutkan cita-cita para pendiri bangsa. PAN ingin mewujudkan Indonesia yang bersatu, berdaulat, berorientasi pada kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucap Zulkifli.
Oleh sebab itu, lanjutnya, PAN hadir sebagai partai terbuka, tengah, modern, dan moderat. PAN ingin merangkul semua pihak dan golongan dengan pikiran terbuka untuk memajukan Indonesia karena sejatinya PAN merupakan partai nasionalis-religius berdasarkan Pancasila.
”Jika PAN bicara Islam, nilai-nilai yang dipegang teguh oleh PAN adalah pemahaman dan pengamalan Islam sesuai karakter sejatinya yang tengahan, moderat, ummatan wasathan, rahmatan lil alamin,” katanya.
Zulkifli melanjutkan, dalam mendiskusikan gagasan Indonesia yang maju dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045, Indonesia harus kembali pada cita-cita awal pendirian republik ini. Jika konsisten dan berkomitmen memegang teguh gagasan Indonesia yang bersatu, berdaulat, berorientasi pada kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, impian Indonesia menjadi negara besar dengan prestasi gemilang akan terwujud.
Sayangnya, yang terjadi di Indonesia belakangan ini, perbedaan justru ditajamkan oleh satu sama lain. Pikiran politik diracuni oleh logika elektoral yang cenderung menghalalkan segala cara, termasuk dengan memecah belah bangsa dengan politik suku, agama, ras, dan antargolongan serta politik identitas.
Baca juga: Ketua MPR Apresiasi Langkah Kota Bogor Keluarkan IMB GKI Yasmin
Perbedaan keimanan kembali dipersoalkan, sukuisme diperkuat, wacana China melawan pribumi dimunculkan kembali, mayoritas dan minoritas dibenturkan, ”aku Pancasila” dikontraskan dengan ”kamu Khilafah”, ”cebong” versus ”kampret”, buzzer melawan ”kadrun”.
”Sedih sekali melihat apa yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Oleh karena itu, saya mengajak semua pihak untuk meneguhkan kembali janji kebangsaan kita,” tutur Zulkifli.
Di tengah pandemi Covid-19, ujarnya, negara-negara di seluruh dunia tengah mencari titik kesetimbangan baru. Semua negara berlomba-lomba menemukan formula terbaiknya untuk tetap relevan di tengah persaingan dunia di zaman ini. Mereka mengembangkan teknologi, riset, dan pengembangan untuk menguasai aras digital yang digerakkan oleh ekonomi digital. Mereka juga melakukan inovasi untuk memenangi dunia pascapandemi Covid-19.
Melihat peluang dan tantangan menuju Indonesia 2045 itu, kata Zulkifli, PAN berkomitmen akan terus berjuang menjalankan fungsi politiknya. PAN akan terus memperjuangkan gagasan moderasi.
Dengan melihat pertumbuhan ekonomi yang terus bergerak positif, banyak riset memprediksi Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia pada 2045 pada posisi enam besar dunia. Namun, tanpa visi yang jelas untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan keadilan sosial, masyarakat Indonesia nanti hanya akan bertarung dengan masalah-masalah baru seperti ketimpangan sosial, kemiskinan kota, ketidakpercayaan sosial, akses publik dan transportasi, krisis air bersih, serta lingkungan yang buruk.
Melihat peluang dan tantangan menuju Indonesia 2045 itu, kata Zulkifli, PAN berkomitmen akan terus berjuang menjalankan fungsi politiknya. PAN akan terus memperjuangkan gagasan moderasi, tengah, dan moderat untuk menjaga semangat Indonesia yang dibangun berdasarkan konsensus dan kesepakatan bersama untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
”Yang akan dilakukan PAN untuk memastikan Indonesia Emas 2045 adalah mendorong semua pihak untuk ikut memperbaiki sistem yang ada. Sistem politik, sistem ekonomi, sistem kebudayaan, dan lainnya sehingga sesuai dengan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia,” ujar Zulkifli.
Baca juga: Klaim Usang Pribumi dan Non-Pribumi
Menurut dia, untuk mencapai Indonesia Emas 2045, Indonesia tidak cukup hanya mengandalkan dan mengglorifikasi bonus demografi. Sekurangnya ada empat hal mendasar yang perlu dikawal bersama-sama.
Pertama, publik harus mengedepankan prinsip kedaulatan dan memperkuat identitas nasional sebagai bangsa. Kemudian kesadaran geopolitik dan keinginan untuk memenangi kompetisi global.
Ketiga, dalam melalui kompetisi global itu, semua pemangku kebijakan harus memiliki keberpihakan pada kepentingan bangsa dan negara.
Terakhir, untuk memenangi persaingan global yang makin ketat pascapandemi, persaingan di era digital, Indonesia harus terus mengembangkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, riset, dan inovasi.
”Inilah amanat terbesar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa itu. Jangan sampai bangsa kita hanya menjadi kelas pekerja saja yang terjebak dalam jebakan pendapatan kelas menengah. SDM Indonesia ke depan harus memiliki daya saing global dengan keterampilan abad ke-21 dan siap berkolaborasi dengan para pemain utama kelas dunia,” tutur Zulkifli.
Jusuf Wanandi mengatakan, sebagian masyarakat Indonesia masih minder sehingga akan sulit sukses dalam berkiprah di dunia internasional. Apalagi, ada target Indonesia akan menjadi salah satu negara ekonomi besar dunia. ”Kalau sifatnya terus begini akan sulit dicapai,” ujarnya.
Baca juga: Pengasuhan Berbasis Toleransi Menumbuhkan Anak yang Toleran
Menurut Djisman, ia merasa terkesan dengan komitmen moderasi dan jalan tengah yang diambil PAN. Sebab, di tengah keragaman Indonesia, hanya jalan tengah yang menjadi solusi terbaik. Indonesia patut bersyukur karena menjadi salah satu dari sedikit negara dengan keragaman yang kompleks.
J kristiadi menilai, pidato Zulkifli menegaskan bahwa kebangsaan bagi PAN tidak hanya retorika dan mantra, tetapi juga dilaksanakan. Semua orang boleh bilang kebangsaan, tetapi dalam pelaksanaan tidak mudah.
”Zulkifli sudah melampaui masa kritis untuk membwa PAN tetap konsisten pada awal pendirian. PAN sudah memberi contoh bagaimana merawat kebangsaan,” ujarnya.