Rumah Ibadah Dapat Dijadikan Pusat Penanganan Pandemi
Menyambut 1 Muharam, takmir memakmurkan masjid dengan aktif mempromosikan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Pemerintah juga diminta melibatkan tempat ibadah untuk mengatasi pandemi.
Oleh
RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rumah ibadah diyakini dapat menjadi pusat penanganan pandemi Covid-19. Kolaborasi antara pemerintah dengan pemuka agama dan pengurus rumah ibadah dapat menguatkan semangat elemen masyarakat untuk bersama-sama menyelesaikan pandemi.
Wakil Sekretaris Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ali Sobirin dalam keterangannya, Senin (9/8/2021), menyampaikan, rumah ibadah, dalam hal ini masjid, memiliki peran sentral di tengah-tengah masyarakat. Tidak hanya dalam masalah eskatologis dan keakhiratan, tetapi juga masalah-masalah kemanusiaan. Di sini, pemerintah semestinya melakukan pemberdayaan agar simpul-simpul sosial budaya yang nyata ada di tengah-tengah masyarakat dapat berpartisipasi secara lebih produktif.
Oleh karena itu, dalam rangka partisipasi penanggulangan Covid-19 dan pemulihan ekonomi jemaah, peringatan Tahun Baru Islam 1443 Hijriah kali ini dimaknai berbeda oleh LTM PBNU. Secara kebetulan, peringatan 1 Muharam yang jatuh pada 10 Agustus tahun ini juga berdekatan waktunya dengan perayaan ke-76 Kemerdekaan RI.
”Kami mengajak kepada pengurus wilayah dan cabang LTM beserta pengurus-pengurus masjid di seluruh Indonesia untuk mewujudkan spirit hijrah dan kemerdekaan secara konkret dengan memakmurkan masjid, menjaga kesehatan, membangun ekonomi jemaah,” ucapnya.
Sudah 1,5 tahun lebih pandemi Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia, dan hingga kini belum ada tanda akan berakhir. Melihat fakta virus yang masih bermutasi, hubungan dengan luar negeri yang sangat terbuka, tingkat kedisiplinan masyarakat yang cenderung menurun, dan kegalauan pemerintah dalam menangani pandemi, menurut Ali, ancaman terjadinya gelombang lanjutan tidak mustahil terjadi.
Pandemi mengakibatkan dampak negatif yang begitu luar biasa. Selain menyerang kesehatan fisik, akibat pembatasan aktivitas masyarakat, pandemi berekses lebih jauh ke ranah mental masyarakat dan masalah ekonomi.
Namun, peringatan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dan perayaan HUT ke-76 RI mesti dimaknai sebagai momentum positif.
Takmir masjid dapat memfungsikan masjid sebagai ’crisis center’ menanggulangi pandemi. Takmir juga diminta memberikan keteladanan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas peribadatan dan aktivitas lainnya.
Dalam kaitannya dengan hal itu, pengurus LTM PBNU mengimbau kepada para takmir masjid untuk lebih giat memakmurkan masjid dalam bentuk nyata partisipasi menanggulangi pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi jemaah. Takmir masjid dapat memfungsikan masjid sebagai ”crisis center” menanggulangi pandemi. Takmir juga diminta memberikan keteladanan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas peribadatan dan aktivitas lainnya.
”Takmir diminta aktif mengampanyekan vaksinasi kepada segenap jemaah dan lingkungannya, merumuskan program pemulihan ekonomi bagi jemaahnya, kegiatan lain yang fokus pada menanggulangi pandemi dan pemulihan ekonomi jemaah,” tutur Ali.
Selain itu, LTM PBNU juga mendesak pemerintah untuk menghidupkan masjid sebagai salah satu simpul penanggulangan pandemi. Organisasi takmir masjid itu juga mendesak pemerintah senantiasa melakukan pemberdayaan terhadap para takmir masjid agar dapat berperan lebih dalam pembangunan dan penyelesaian persoalan nasional.
Secara terpisah, anggota Komisi IX DPR, Rahmad Handoyo, mengatakan, untuk keberhasilan program vaksinasi hendaknya pemerintah memperkuat kolaborasi dengan para pemuka agama dan pengurus rumah ibadah. Tujuannya, agar ke depannya, rumah-rumah ibadah, seperti masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng, bisa menjadi sentra pengendalian Covid-19.
”Pemuka agama dan pengurus rumah ibadah adalah pribadi-pribadi yang terhormat dan dipercaya umat. Karena itu, sudah semestinya mereka (pemuka agama) diajak dan digandeng dalam perang melawan Covid-19,” kata Rahmad, Senin di Jakarta.
Menurut Rahmad, saat ini masih banyak masyarakat yang enggan dan tidak mau mengikuti program vaksinasi karena alasan yang kurang masuk akal. Misalnya, ada yang menolak vaksin karena menganggap vaksin berbahaya. Ada yang mempermasalahkan kandungan vaksin. Bahkan, ada juga yang enggan divaksin karena alasan vaksin didatangkan dari negara tertentu.
”Banyak sekali isu menyesatkan seputar vaksin sehingga membuat sebagian masyarakat tidak mau divaksin. Nah, saya percaya, jika para pemuka agama yang mengatakan bahwa vaksin sangat bermanfaat serta membantu umat terhindar dari sakit parah akibat Covid19, maka masyarakat yang sebelumnya tidak bersedia divaksin akhirnya akan datang dengan sukarela,” tutur Rahmad.
Untuk keberhasilan program vaksinasi hendaknya pemerintah memperkuat kolaborasi dengan para pemuka agama dan pengurus rumah ibadah. Tujuannya, agar ke depannya, rumah-rumah ibadah, seperti masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng, bisa menjadi sentra pengendalian Covid-19.
Di sisi lain, Rahmad meyakini pemuka agama juga merasa prihatin terhadap bencana pandemi yang telah menelan banyak korban jiwa. Para pemuka agama pasti terketuk hatinya untuk ikut berpartisipasi memerangi Covid-19.
”Hati mereka (pemuka agama) pasti terketuk. Mereka pasti merasa terpanggil untuk ikut memerangi Covid-19. Mereka pasti bersedia jika rumah badah mereka dijadikan sebagai tempat vaksinasi. Saya melihat, sudah cukup banyak rumah ibadah yang menggelar vaksinasi. Namun, agar target vaksinasi tercapai, hendaknya lebih banyak lagi rumah ibadah dijadikan sentra pengendalian Covid-19,” katanya.
Agar pemuka agama dan rumah ibadah bisa berfungsi menjadi sentra pengendalian Covid-19, pemerintah didorong menyalurkan sebagian anggaran penanggulangan Covid-19 melalui rumah ibadah, seperti masjid dan gereja.
”Sejauh ini, kita hanya memiliki dua senjata dalam perang melawan Covid-19, yakni prokes ketat dan vaksinasi. Karena itu, pemuka agama dan pengurus rumah ibadah harus digandeng untuk keberhasilan program vaksinasi secara nasional,” katanya.