Pemerintah Targetkan Testing 400.000, Vaksinasi Juga Dipercepat
Dalam sepekan terakhir terjadi penurunan laju penambahan kasus di wilayah Jawa. Namun, pemerintah tetap mewaspadai peningkatan kasus di luar Jawa sehingga testing pun akan digenjot hingga 400.000 secara bertahap.
Oleh
Nina Susilo
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah bersyukur atas penurunan laju penambahan kasus yang terjadi sepekan terakhir. Namun, pemerintah juga tetap mewaspadai peningkatan kasus di luar Jawa sehingga peningkatan tes dan percepatan vaksinasi akan dilakukan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin seusai mengikuti rapat terbatas penanganan Covid-19, Senin (2/8/2021), menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo menekankan kewaspadaan harus ada meskipun tetap bersyukur dengan penurunan laju penambahan kasus. Sebab, virus Covid-19 sulit diduga penyebarannya.
Peningkatan tes ini dinilai penting supaya kondisi penularan Covid-19 bisa betul diketahui. Pasien juga bisa segera ditangani, baik melalui tempat isolasi yang disiapkan maupun di rumah sakit.
”Arahan Bapak Presiden dan Pak Menko (Menteri Koordinator), testing terus ditingkatkan, kalau perlu sampai 300.000-400.000 secara bertahap,” kata Budi Gunadi melalui konferensi daring.
Peningkatan tes ini dinilai penting supaya kondisi penularan Covid-19 bisa betul diketahui. Pasien juga bisa segera ditangani, baik melalui tempat isolasi yang disiapkan maupun di rumah sakit.
Namun, sejauh ini, jumlah tes harian meningkat signifikan sebulan terakhir. ”Kita naik dari 50.000 (tes per hari) ke 200.000 (tes per hari) sebulan terakhir ini,” ujarnya
Budi Gunadi juga menyampaikan apresiasi kepada jajaran puskesmas dan petugas laboratorium di daerah yang sudah melakukan tes dengan metode polimerase rantai ganda (PCR) dan antigen tersebut.
”Genome sequencing”
Tak hanya itu, Budi Gunadi juga mengakui tes genome sequencing yang dilakukan sepanjang Maret sampai Desember 2020 hanya 140 sampel. Namun, sepanjang Januari-Juli 2021, sampel yang dites hampir 4.000 spesimen.
Peningkatan ini dinilai perlu untuk mengidentifikasi kemunculan varian-varian baru. ”Benar masih kurang, tetapi peningkatannya luar biasa. Jadi, saya terima kasih kepada jajaran di daerah,” tambahnya.
Selain itu, kendati tekanan pada rumah-rumah sakit di Jawa Barat dan DKI mulai menurun, kasus di luar Jawa mulai naik. Untuk itu, pengalaman penanganan di Jawa akan direplikasikan di luar Jawa.
Replikasi ini mencakup percepatan tes, persiapan tempat isolasi supaya tidak terjadi penularan kepada anggota keluarga, dan mengonversi kamar-kamar rumah sakit untuk menangani pasien Covid-19. Satgas oksigen juga dibentuk untuk memantau rumah sakit yang kekurangan oksigen dan memastikan penyalurannya.
Obat-obatan juga diklaim sudah lebih siap. Kendati demikian, tidak dijelaskan bagaimana mengatasi kondisi layanan kesehatan yang lebih tidak memadai di wilayah pelosok dalam menghadapi peningkatan kasus Covid-19.
Contohnya saja, untuk mendapatkan perawatan, Bupati Kepulauan Anambas Abdul Haris yang dinyatakan positif Covid-19, Senin ini, harus dievakuasi dengan kapal laut untuk dibawa ke Rumah Sakit Awal Bros di Batam. Bersama Abdul Haris, dievakuasi pula dua pasien Covid-19 lain dan enam perawat. Perjalanan dari Kepulauan Anambas ke Batam diperkirakan 10-12 jam.
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman pun mengingatkan risiko kematian karena Covid-19 di Indonesia akan terus meningkat seiring peningkatan kasus di luar Jawa.
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman pun mengingatkan risiko kematian karena Covid-19 di Indonesia akan terus meningkat seiring peningkatan kasus di luar Jawa. Sebab, fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan sangat terbatas.
Selain itu, banyak kematian yang tidak terdata sebagai kasus Covid-19. ”Ada indikasi peningkatan kematian di desa-desa, yang walaupun belum dites Covid-19, punya gejala Covid-19. Ini akan terus menularkan dan meningkatkan risiko kematian,” tuturnya (Kompas, 2 Agustus 2021).
Percepatan vaksinasi juga akan dilakukan. Agustus ini, Presiden Joko Widodo meminta target dinaikkan menjadi 2 juta penyuntikan per hari. Budi Gunadi meyakini hal ini bisa dilakukan karena sepanjang Agustus akan datang lebih dari 70 juta dosis vaksin.
Diakui di minggu ketiga Juli, stok sempat menipis karena vaksinasi yang dilaksanakan TNI/Polri sangat cepat. Namun, pekan lalu, sudah didistribusikan kembali 13 juta dosis vaksin.
Adapun vaksin bantuan Pemerintah Amerika Serikat sebanyak 4 juta dosis vaksin Moderna akan digunakan untuk penguat (booster) vaksin ketiga untuk tenaga kesehatan. Sebanyak 1,5 juta dosis sudah didistribusikan ke semua provinsi.
Budi Gunadi meminta para tenaga kesehatan dan dinas kesehatan segera melakukan penyuntikan dosis ketiga untuk tenaga kesehatan. ”Saya mohon dengan sangat, (vaksin Moderna) jangan dialihkan ke non-nakes. Kita harus prioritaskan nakes karena mereka yang bertempur sehari-hari,” tuturnya.
Kenyataannya, masih banyak tenaga kesehatan yang terinfeksi dan meninggal sepanjang lonjakan kasus Covid-19 Juni-Juli ini. Budi Gunadi pun menyampaikan duka citanya.
Secara terpisah, Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia Yusril Ihza Mahendra meminta kepada pemerintah supaya vaksinasi ketiga untuk tenaga kesehatan dipercepat. Hal ini disampaikan dalam seminar daring yang diselenggarakan Ikatan Dokter Indonesia, 31 Juli lalu.
Keterlambatan pemberian vaksin ketiga bagi nakes dinilai sebagai masalah serius. Apalagi, vaksin Moderna sudah tiba sejak 11 Juni dengan jumlah memadai untuk nakes di seluruh Indonesia.
Dalam catatan Satgas Penanganan Covid-19, baru 47,478 juta warga yang mendapatkan dosis pertama. Adapun yang sudah mendapatkan dosis kedua atau lengkap 20,673 juta. Jumlah ini masih sangat sedikit ketimbang jumlah sasaran yang mencapai 208,265 juta.
Selain nakes, lanjutnya, penguat dosis ketiga vaksin tidak diberikan. Sebab, katanya, masih sangat banyak warga Indonesia yang belum mendapatkan vaksin, bahkan dosis yang pertama.
Dalam catatan Satgas Penanganan Covid-19, baru 47,478 juta warga yang mendapatkan dosis pertama. Adapun yang sudah mendapatkan dosis kedua atau lengkap 20,673 juta. Jumlah ini masih sangat sedikit ketimbang jumlah sasaran yang mencapai 208,265 juta.
Daerah-daerah dengan penambahan kasus terkonfirmasi tinggi dan tingkat kematian tinggi juga mendapatkan prioritas vaksinasi. ”Itulah kenapa beberapa kabupaten/kota mendapat vaksin lebih banyak karena kasus dan kematiannya paling tinggi,” ujarnya.
Budi Gunadi pun mengajak para kepala daerah dan pimpinan TNI/Polri untuk terus mempercepat vaksinasi. Masyarakat juga diminta bersama-sama mengatasi pandemi dengan memperketat protokol kesehatan, mengikuti vaksinasi, mengurangi rasa curiga, dan merajut kekuatan sosial.