Harmoko, Menteri Penerangan di Era Orde Baru, Berpulang
Menteri Penerangan era Orde Baru, Harmoko, berpulang saat dalam perawatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Minggu (4/7/2021) malam.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harmoko bin Asmoprawiro (82) berpulang pada Minggu (4/7/2021) malam. Sosok yang dikenal luas sebagai Menteri Penerangan tersebut meninggal pada pukul 20.22 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta.
Informasi berpulangnya Harmoko dikabarkan oleh sejumlah kader Partai Golkar, salah satunya Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo. ”Partai Golkar kehilangan kembali putra terbaiknya, Bapak Harmoko bin Asmoprawiro. Semoga husnul khotimah,” kata Bambang yang juga menjabat Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Bambang menyebutkan, Harmoko sakit sejak beberapa tahun lalu dan meninggal saat mendapat perawatan di RSPAD Gatot Soebroto. Meski sakit, Harmoko masih beraktivitas, bahkan kerap menghadiri acara-cara besar yang digelar Partai Golkar.
Harmoko lahir di Patianrowo, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, pada 7 Februari 1939. Semasa hidupnya, almarhum pernah menjadi Ketua Umum Golongan Karya (Golkar) pada 1993 hingga 1998. Almarhum juga pernah menjabat Ketua DPR/MPR tahun 1997-1999 pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dan BJ Habibie.
Namun, yang paling melekat dalam ingatan publik adalah Harmoko sebagai Menteri Penerangan yang menjabat sejak 1983 hingga 1997. Dari keterangan Harmoko, rakyat pada masa Orde Baru memperoleh informasi tentang program dan kebijakan pemerintah. Ia juga mencetuskan kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, dan pirsawan) yang digunakan sebagai media sosialisasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat luas. Melalui acara ini pula, Presiden Soeharto menyapa rakyat hingga ke pelosok pedesaan.
Tak hanya itu, Harmoko pula yang mengumumkan harga kebutuhan pokok di televisi nasional. ”Setiap hari almarhum selalu muncul di televisi mengumumkan harga kebutuhan pokok rakyat, seperti harga cabai keriting dan lain-lain, untuk mencegah para spekulan bermain. Di era beliaulah, harga kebutuhan pokok rakyat terkendali karena kerap diumumkan,” kenang Bambang.
Pendiri harian Pos Kota itu juga dikenang sebagai politikus senior, guru, sekaligus panutan bagi banyak kader Partai Golkar. Kepiawaiannya dalam politik membuatnya tetap ”selamat” saat terjadi peralihan kekuasaan pada 1998.
Harmoko mengenalkan istilah ”safari Ramadhan” untuk berkeliling daerah, menyapa rakyat ataupun konstituen. Ia juga yang mencetuskan istilah ”temu kader” saat menjabat Ketua Umum Golkar.
Hal itulah yang membuat kader Golkar merasa kehilangan, tak terkecuali Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurul Arifin. Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat itu mengenang Harmoko sebagai pribadi yang rendah hati dan berwawasan luas karena latar belakang kewartawanannya. Selain itu, almarhum juga dikenang sebagai sosok yang sangat memegang teguh budaya Jawa.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Golkar Dave Laksono memandang almarhum sebagai salah satu tokoh yang mendorong reformasi dalam sistem politik di Indonesia. Demikian pula jasa-jasa almarhum dalam pembangunan bangsa dan negara juga cukup banyak.
Menurut rencana, jenazah Harmoko akan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Senin (5/7/2021). Jenazah akan diberangkatkan dari RSPAD Gatot Soebroto ke TMP Kalibata.