Ledakan Pasien Covid-19, ”Buah” Pengabaian pada Masa Lebaran...
Akibat pengabaian larangan mudik Lebaran dari pemerintah, warga kini menanggung akibatnya. Puncak pandemi Covid-19 pun ditandai dengan fasilitas kesehatan berada di ambang keruntuhan. Pemulihan ekonomi jadi taruhan.
Sirine ambulans meraung-raung ketika Kepala Desa Sekarwangi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Dadang Ridwanuloh merekam kegentingan pandemi Covid-19 lewat video. Dalam gambar bergerak di dalam mobil tersebut terlihat seorang pasien terbaring di kursi bagian belakang.
Setelah menyambangi empat RS berbeda, warga desa yang positif Covid-19 itu tetap harus tabah terbaring di mobil karena tak kunjung ada kamar yang tersedia.
”Saya bersama Bu Nina bagian kesos (kesejahteraan sosial) membawa warga ke RS Soreang penuh, ke Santosa penuh, ketiga ke RS juga penuh. Keempat saya ke Hasan Sadikin, juga penuh. Penuh... penuh... penuh... sekarang penuh. Covid... covid... covid.. hati-hati kawan, sekali lagi jaga kesehatan kesehatan,” ujar Dadang diiringi raungan sirine ambulans.
Video Dadang mencari kamar RS ini menjadi salah satu kisah yang ditayangkan di Satu Meja The Forum bertajuk ”Darurat Covid, Presiden Jokowi Harus Apa?” yang ditayangkan Kompas TV pada Rabu (23/6/2021) malam.
Kisah lainnya, antara lain, tentang pendamping pasien Covid-19, Herri Sulam, yang butuh dua hari satu malam untuk mendapatkan kamar RS bagi seorang rekannya yang terpapar Covid-19 dengan gejala berat.
”Karena yang terjadi di lapangan, kami kerepotan mendapat ambulans. Ketika kamar dan ambulans ada, teman kami, Setyo, snggak bisa dibawa ke RS karena saturasinya dianggap rendah. Wisma Atlet mensyaratkan 95-99, sementara teman kami 88. Pada akhirnya teman kami tidak bisa dibawa ke sana. Kami harus habis-habisan mencari tempat buat pasien Covid,” kata Herri.
href="https://www.kompas.id/baca/lain-lain/2021/04/30/kebijakan-larangan-mudik-untuk-cegah-bencana-kesehatan/">Kebijakan Larangan Mudik untuk Cegah Bencana Kesehatan
Diskusi yang dipandu Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo itu menghadirkan Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi; epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman; inisiator LaporCovid19, Irma Hidayana; Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranow;, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawasna sebagai narasumber melalui telekonferensi.
Ledakan kasus Covid-19 di Indonesia terjadi sebagai buah dari pengabaian di masa Lebaran.
Di awal diskusi, Budiman menyebut bahwa ledakan kasus Covid-19 di Indonesia terjadi sebagai buah dari pengabaian pada masa Lebaran. ”Kini fasilitas kesehatan di ambang keruntuhan, pemulihan ekonomi jadi pertimbangan. Di saat langkah tegas diharapkan, tetapi program PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) mikro tetap jadi andalan. Apa yang kini harus dilakukan?” kata Budiman.
Opsi ”lockdown”
Meski pemerintah telah menerima banyak masukan, termasuk usulan untuk memberlakukan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan kuncitara (lockdown), Presiden Joko Widodo menyebut bahwa PPKM mikro masih menjadi kebijakan yang paling tepat untuk menghentikan laju penularan Covid-19 di Indonesia.
”Pemerintah telah mempelajari berbagai opsi penanganan Covid-19 dengan memperhitungkan kondisi sosial, ekonomi, politik Indonesia, dan juga pengalaman negara lain. Pemerintah telah memutuskan PPKM mikro hingga ke tingkat desa atau langsung ke akar masalah, yaitu komunitas,” ujar Presiden Jokowi dalam video keterangan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (23/6/2021), yang juga ditayangkan di Satu Meja The Forum.
Presiden Jokowi memandang bahwa kebijakan PPKM mikro masih menjadi kebijakan pengendalian Covid-19 yang paling tepat dalam situasi saat ini karena dinilai bisa mengendalikan Covid-19 tanpa mematikan ekonomi rakyat. Lebih lanjut, baik PPKM mikro maupun kuncitara, memiliki esensi yang sama, yaitu membatasi kegiatan masyarakat sehingga tidak perlu dipertentangkan.
Selain mempertontonkan gambar antrean masyarakat yang akan menjalani isolasi terpusat di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, dipaparkan grafik kasus harian Covid-19 yang telah mencapai puncak kasus harian tertinggi pada angka 15.308 positif Covid per Rabu (23/6/2021). Grafik menunjukkan kasus harian pada 2 November 2020 masih di angka 2.618 yang lantas meningkat menjadi 14.518 pada 30 januari 2021.
Meski sempat turun menjadi 2.385 kasus harian pada 15 Mei 2021, angka tersebut justru berbalik terus menunjukkan tren kenaikan. Dengan melihat pola pergerakan naik dan turunnya grafik kasus Covid-19, Nadia memperkirakan tren peningkatan kasus masih akan terus terjadi hingga pekan ke dua bulan Juli sebagai dampak dari tingginya mobilisasi masyarakat kala Lebaran.
Dalam enam hari terakhir, Irma mengaku, tim dari LaporCovid19 yang telah bekerja sama dengan dinas kesehatan masih kesulitan untuk mencarikan kamar di RS bagi warga. Ada hak atas layanan medis yang luput tidak bisa dipenuhi negara. Masalah yang sangat fundamental. ”Kami merujuk ke sinarap (sistem informasi rawat inap rumah sakit), masih tersedia bed, tapi kenyataannya tidak ada,” keluh Irma.
Penambahan jumlah tempat tidur bagi pasien Covid-19 sebenarnya masih dimungkinkan karena rata-rata baru 50-60 persen dari kamar RS yang didedikasikan bagi pasien Covid. Di DKI Jakarta, tingkat keterisian kamar RS untuk Covid tercatat sebesar 84 persen. Namun, ternyata masyarakat sudah kesulitan mencari tempat perawatan
Daerah memerah
Setelah DKI, wilayah Jawa Tengah merupakan provinsi di urutan kedua dengan lonjakan kasus Covid-19 tinggi. Terkait dengan lonjakan kasus setelah libur panjang, Ganjar sebenarnya sudah memprediksi. Namun, ia sempat merasa aneh ketika melihat peningkatan yang disebut sangat tajam dan cepat sekali. Dugaan varian baru muncul karena penularan lebih cepat dan penyebarannya sangat terasa ke area kabupaten/kota di sekitar Kudus yang langsung memerah dalam waktu dua pekan.
Ketika ditanya kenapa lonjakan terjadi justru di wilayah Kudus, Ganjar berseloroh, ”Virusnya waktu datang tidak permisi sehingga kita tidak tahu. Cuma tiba-tiba, kok, ya Kudus, dari pelabuhan juga jauh. Hanya beberapa indikator saja, waktu itu posisi tempat ziarah ramainya minta ampun beberapa hari setelah Lebaran.”
Saat ini, situasi pandemi di Kudus relatif bisa dikontrol. Namun, masih ada 13 kabupaten/kota lainnya di Jawa Tengah yang masuk kategori harus diwaspadai. Untuk bisa mengendalikan lonjakan kasus di tujuh kecamatan di Kudus yang masuk zona merah, Ganjar mengaku sering kali harus berbenturan dengan kepala daerah. ”Ini memburuk, jangan ngeyel,” ucapnya.
Ini memburuk, jangan ngeyel.
Ketika memutuskan untuk memindahkan semua pasien dari isolasi mandiri di rumah ke isolasi terpusat, seperti di Asrama Haji Boyolali, muncul kontroversi karena pasien diambil paksa. Ganjar menyebut beberapa kepala daerah juga khawatir memperbanyak pengetesan karena takut akan membuat rapor kinerja mereka merah.
Baca Juga: Masyarakat Abaikan Larangan Mudik
”Bahkan, dokter ada yang mengkritik saya, jangan dipaksa begitu dong. Karena, kalau isolasinya di rumah, enggak ada yang mengontrol, akan bahaya berikutnya. Mau enggak mau harus masuk isolasi terpusat. Isolasi terpusat penting agar disiplin yang selama ini kendur bisa diminimalisasi,” ucap Ganjar, yang juga memberlakukan penebalan PPKM mikro.
Untuk wilayah Bangkalan yang juga sempat mengalami lonjakan kasus Covid-19, Khofifah menambahkan bahwa penyekatan wilayah sudah dilonggarkan. Khofifah berharap vaksinasi bisa digenjot hingga 70 persen. Namun, percepatan vaksinasi masih terhambat karena pemerintah provinsi tak punya keleluasan dalam redistribusi vaksin. ”Hari ini Jatim defisit 572.000 vaksin,” ujar Khofifah, yang juga mengandalkan strategi penebalan PPKM Mikro.
Dicky menekankan tentang pentingnya penyampaian informasi yang apa adanya dari pemerintah daerah. ”Ini yang akan membangun kewaspadaan publik. Dari Januari sampai sekarang angka reproduksi kita meningkat dari 1,19 sekarang menjadi 1,36. Artinya, upaya PPKM selama lima bulan ini tidak terlalu efektif dalam menurunkan angka reproduksi. Artinya ada masalah, seperti kepatuhan masyarakat,” ujarnya.
Lebil lanjut Dicky meminta agar PPKM Mikro diikuti dengan perkuatan 3 T, yaitu pengetesan (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment). ”Makanya, angka growth rate kita meningkat, Januari 30 persen pertumbuhan per minggu. Sekarang sudah 54 persen. Ini yang membebani faskes,” ucapnya.
Negara-negara di dunia yang berhasil mengatasi situasi darurat pandemi Covid-19, menurut Dicky, adalah mereka yang berhasil memperkuat 3 T, mengggalakkan vaksinasi secara masif agresif dan memberlakukan lockdown. Lockdown yang dimaksud adalah menjadikan suatu kota mati tanpa aktivitas apa pun.
Pada masa darurat seperti saat ini, sense of crisis atau kepekan dari para pemimpin benar-benar dibutuhkan. Seperti kata Budiman ketika menutup diskusi, ”Di tengah kegentingan pandemi, orientasi politik kekuasaan hendaknya digeser menjadi politik kemanusiaan. Koalisi sosial berskala besar perlu dibangun. Agar bangsa ini bisa segera mengendalikan pandemi.” Akibat mengabaikan larangan mudik pada masa Lebaran, kini kita pun harus memetik buahnya....