Presiden: Prioritaskan Vaksinasi di Tempat dengan Mobilitas dan Interaksi Tinggi
Pemerintah terus memperluas sasaran vaksinasi Covid-19. Tempat-tempat dengan tingkat mobilitas dan interaksi masyarakat tinggi menjadi prioritas.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vaksinasi di tempat-tempat dengan interaksi dan mobilitas masyarakat tinggi menjadi prioritas. Tak hanya melindungi warga, vaksinasi juga menjadi upaya menekan penyebaran Covid-19. Kecepatan dan percepatan vaksinasi dibutuhkan untuk mencapai kekebalan komunal.
Pemerintah mulai gencar menggelar vaksinasi massal di tempat-tempat dengan mobilitas dan interaksi masyarakat tinggi, seperti terminal, pelabuhan, dan stasiun. Kamis (17/6/2021) pagi, giliran pengguna jasa commuter line di Stasiun Bogor, Jawa Barat, mendapatkan suntikan vaksin Covid-19.
Presiden Joko Widodo didampingi, antara lain, oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Wali Kota Bogor Bima Arya, dan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo menyaksikan langsung pelaksanaan vaksinasi massal di Stasiun Bogor.
Bogor merupakan wilayah aglomerasi penyangga ibu kota Jakarta sehingga interaksi dan mobilitas masyarakat tinggi. ”Oleh sebab itu, kita ingin memberikan prioritas baik bagi penumpang KRL, penumpang kereta api, maupun pekerja yang ada di stasiun untuk melindungi mereka dari Covid-19,” kata Presiden.
Presiden menginginkan ada percepatan-percepatan vaksinasi di tempat-tempat yang memiliki interaksi dan mobilitas tinggi; baik itu stasiun kereta, terminal bus, bandara, maupun pelabuhan. Apabila vaksinasi di simpul-simpul transportasi tersebut tidak disegerakan, akan terjadi penyebaran Covid-19. ”Kita harapkan, pagi ini, dengan dimulainya vaksinasi di stasiun dan lingkungannya, semuanya bisa terlindungi dari Covid-19,” katanya.
Selanjutnya, didampingi Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Bupati Bogor Ade Yasin, Presiden Jokowi meninjau vaksinasi Covid-19 di Stadion Pakansari, Bogor. ”Sebanyak 10.000 (orang yang divaksinasi) hari ini, baik yang berada di Stadion Pakansari dan beberapa rumah sakit serta puskesmas di Kabupaten Bogor,” ujarnya.
Pada peninjauan di Stadion Pakansari itu Presiden Jokowi, melalui telekonferensi, meminta informasi pelaksanaan vaksinasi dari beberapa rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Bogor. Tanya jawab terkait pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Rumah Sakit Jonggol, Puskesmas Cimandala, Rumah Sakit EMC Sentul, Puskesmas Citeureup, Puskesmas Karadenan, dan Rumah Sakit Bina Husada pun berlangsung secara daring dalam kesempatan tersebut.
Kita membutuhkan percepatan, kecepatan, vaksinasi ini dalam rangka mencapai kekebalan komunal, herd immunity, dan kita harapkan penyebaran Covid-19 bisa kita hambat dan kita hilangkan dari negara kita.
”Terima kasih. Terus dilanjutkan karena kita membutuhkan percepatan, kecepatan, vaksinasi ini dalam rangka mencapai kekebalan komunal, herd immunity, dan kita harapkan penyebaran Covid-19 bisa kita hambat dan kita hilangkan dari negara kita,” kata Presiden Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta semua pihak bekerja keras mempercepat program vaksinasi. ”Secepat-cepatnya, target kita paling tidak di Kabupaten Bogor ini bulan Agustus sudah tercapai kekebalan komunal,” ujarnya.
Kontribusi di masa pandemi
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah Reisa Broto Asmoro saat menyampaikan keterangan pers di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/6/2021) petang, menuturkan, salah satu peran warga untuk berkontribusi menekan laju penularan Covid-19 adalah dengan berpartisipasi menyukseskan vaksinasi. ”Daftarkan, antar, dan temani para lansia, orangtua, guru, para penyandang disabilitas, dan orang-orang yang belum mendapatkan vaksinasi,” katanya.
Khusus untuk DKI Jakarta dan Kota Surabaya, warga sudah dapat berpartisipasi karena sudah disediakan vaksinasi kepada warga yang berusia 18 tahun ke atas. Sampai dengan Selasa, 15 Juni 2021, pukul 18.00, sekitar 32,7 juta dosis vaksin telah diberikan kepada masyarakat. Sekitar 20,9 juta tenaga kesehatan, petugas publik, dan warga lansia sudah menerima dosis pertama. Dan, sudah lebih dari 11,7 juta orang di antaranya sudah mendapatkan dosis kedua.
”Berita gembiranya, Indonesia telah menerima lebih dari 90 juta dosis vaksin Covid-19 dalam bentuk jadi dan bahan baku dari Sinovac, Sinopharm, dan AstraZeneca. Ingat, ketiga vaksin tersebut sudah mendapatkan izin pemakaian atau EUL (emergency use listing/daftar penggunaan darurat) dari WHO. Maka, kita tidak perlu ragu lagi dengan vaksin yang ada,” ujar Reisa.
Reisa menuturkan, vaksin yang terbaik adalah vaksin yang tersedia. Pemerintah menjamin vaksin yang diberikan kepada masyarakat adalah vaksin yang aman, bermutu, dan berkhasiat. Studi terkini menunjukkan Sinovac dan AstraZeneca efektif mengurangi angka kegawatdaruratan akibat Covid-19 dan mengurangi risiko untuk dirawat di ruang ICU dan mengurangi fatalitas.
Terkait peran lainnya, kata Reisa, warga yang sudah divaksinasi mesti tetap melindungi orang lain. ”Sayangnya, sampai saat ini, ada orang-orang yang belum bisa divaksin Covid-19, seperti ibu hamil dan anak-anak. Vaksin melindungi kita dari kemungkinan komplikasi Covid-19 apabila kita sampai terinfeksi. Namun, tidak membuat kita bebas dari virus yang menempel ke tubuh kita dan lalu menulari orang lain, terutama mereka yang tidak bisa divaksin,” katanya.
Menurut Reisa, tidak ada cara lain melindungi orang yang belum atau tidak bisa divaksin kecuali dengan tetap mempraktikkan protokol kesehatan dengan disiplin dan menjadikannya budaya sehari-hari. Tidak ada cara mengakhiri pandemi ini kecuali dengan memutus penularan Covid-19 bersama-sama.
”Tetap 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak) dan patuh protokol kesehatan. Dukung dan bekerja sama menyukseskan 3T (tes, telusur, dan tindak lanjut serta terapinya. Atau, dikenal juga dengan tes, lacak, dan isolasi). Dan, siap divaksin saat giliran tiba. Kita harus bisa lewati kondisi ini bersama-sama. Kita harus bisa akhiri pandemi ini,” kata Reisa.