Forum dialog Islam dan Khonghucu digelar dalam rangka HUT ke-98 Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia. Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebut kegiatan itu sebagai bentuk nyata upaya merawat serta memperkuat kerukunan.
Oleh
FX LAKSANA AS
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengapresiasi dialog Islam-Konghucu. Ikhtiar untuk memperkuat kerukunan umat beragama tersebut digelar dalam rangkaian hari lahir ke-98 Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia atau Matakin.
”Saya mengapresiasi forum dialog Islam dan Khonghucu sebagai bentuk nyata upaya merawat serta memperkuat kerukunan, khususnya antara umat Islam dan umat Khonghucu,” kata Wapres Amin dalam sambutan virtual peringatan hari lahir ke-98 Matakin dari rumah dinasnya di Jakarta, Sabtu (10/4/2021).
Upaya tersebut, lanjut Wapres, sejalan dengan arah dan tujuan didirikannya Matakin pada 1923. Tujuan yang dimaksud adalah bahwa lembaga tersebut ditujukan untuk mengembangkan umat Khonghucu agar dapat mengamalkan ajaran agamanya dengan baik sehingga mampu memperbarui diri dan berpartisipasi aktif bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
”Selamat hari lahir Matakin yang ke-98. Semoga Matakin semakin maju dan dapat terus memberi manfaat serta kemaslahatan bagi umat, bangsa, dan negara,” kata Amin.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Matakin Budi S Tanuwibowo menyatakan, umat beragama di Indonesia perlu mengetahui perbedaan-perbedaan antara satu agama dan agama lainnya. Hal ini semata untuk mengembangkan sikap saling menghormati. Sementara persamaan-persamaan yang ada dapat menjadi landasan untuk memperkuat kerukunan umat di Indonesia.
”Jangan lagi bangsa Indonesia dipecah-pecah atau sengaja diretakkan oleh perbedaan-perbedaan, terutama oleh perbedaan agama dan keyakinan. Mudah-mudahan kita semua semakin sadar bahwa agama untuk manusia, untuk kemanusiaan,” kata Budi.
Hadir sebagai narasumber dalam dialog tersebut, tokoh-tokoh dari kedua agama. Mereka adalah Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Marsudi Syuhud, anggota Dewan Rohaniwan Matakin Pusat, Chandra Setiawan; dan Ketua Umum Generasi Muda Khonghucu Indonesia (Gemaku) Kris Tan.