Pembangunan Nasional Perlu Bertumpu pada Kebudayaan
Pembangunan di Indonesia selama ini lebih banyak bertumpu pada orientasi ekonomi dan pembangunan fisik. Sudah saatnya Indonesia memiliki rencana aksi nyata jalan kebudayaan seperti yang dicita-citakan pendiri bangsa.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Arah pembangunan nasional diingatkan lagi agar menempatkan kebudayaan Indonesia sebagai jalannya. Indonesia memiliki kekayaan kebudayaan yang bisa dijadikan sebagai peta jalan menuju tujuan nasional sesuai konstitusi.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid dalam diskusi ”Jalan Kebudayaan Indonesia: Makna Berkepribadian dalam Kebudayaan untuk Indonesia Maju” yang diadakan DPP PDI Perjuangan, Rabu (7/4/2021), mengatakan, jalan kebudayaan adalah menempatkan kebudayaan Indonesia di hulu pembangunan nasional. Menurut dia, mengembalikan arah pembangunan nasional pada kebudayaan Indonesia dinilai relevan dalam situasi kondisi sekarang.
Mengembalikan arah pembangunan nasional pada kebudayaan Indonesia dinilai relevan dalam situasi kondisi sekarang.
Pembangunan di Indonesia selama ini lebih banyak bertumpu pada orientasi ekonomi dan pembangunan fisik atau infrastruktur. Di sisi lain, permasalahan yang dihadapi bangsa semakin kompleks, ditambah lagi dengan situasi pandemi dunia yang memukul seluruh sendi kehidupan. Gagasan mengenai kebudayaan untuk mencapai tujuan nasional menjadi sangat penting dan relevan.
”Jalan kebudayaan adalah arah pembangunan yang bersandar pada kebudayaan untuk mencapai tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Sumber-sumber kebudayaan bangsa bisa digunakan untuk membangun keadilan sosial dan ketertiban nasional,” kata Hilmar menjelaskan.
Hilmar mengatakan, jalan kebudayaan pun sebenarnya sudah memiliki landasan hukum solid, yaitu UU Pemajuan Kebudayaan. Menurut dia, sekarang ini sudah saatnya Indonesia memiliki rencana aksi nyata jalan kebudayaan. Ini agar apa yang dicita-citakan oleh founding father Soekarno, yaitu berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, tidak dipisah-pisahkan. Berkepribadian dalam kebudayaan dinilai memiliki arti yang luas, bukan hanya sesuatu yang tampak, melainkan juga sikap para pemimpin dalam mengambil kebijakan.
”Saya dalam kesempatan ini ingin mengajak semua pihak bahwa sudah waktunya bergerak menggunakan sumber kebudayaan sebagai sumber daya kemakmuran. Sudah ada payung hukumnya, sekarang tinggal menentukan rencana aksi ke depan,” tegas Hilmar.
Sudah saatnya Indonesia memiliki rencana aksi nyata jalan kebudayaan. Ini agar apa yang dicita-citakan oleh founding father Soekarno, yaitu berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, tidak dipisah-pisahkan.
Hilmar menambahkan, secara konkret, hasil kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki tak kurang dari 3 juta jenis tanaman lokal pangan dan obat yang bernilai ekonomi. Jika dikembangkan dengan serius di bidang kesehatan, misalnya, asetnya diperkirakan bisa mencapai 4,5 triliun dollar Amerika Serikat.
Selain itu, Indonesia juga memiliki kekayaan budaya, baik alat musik, peninggalan sejarah, keanekaragaman hayati, maupun obyek wisata alam, yang luar biasa. Selama ini, aset itu sudah dikembangkan, tetapi belum optimal.
Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Tri Agung Kristanto menyampaikan, Presiden pertama Indonesia Soekarno adalah sosok yang berharap kebudayaan bisa menjadi karakter bangsa. Bung Karno adalah sosok yang sangat mencintai seni dan budaya. Misalnya, selama menjabat presiden, Bung Karno memiliki 2.300 lukisan dari para seniman di Indonesia. Selain itu, dalam membangun ibu kota negara, Bung Karno juga memberikan sentuhan seni dan budaya. Ada berbagai monumen dan patung yang dibangun dari idenya. Bung Karno tidak hanya memiliki visi yang besar pada pembangunan ibu kota, tetapi juga menambahkan simbol-simbol kebudayaan Indonesia melalui karya seni, seperti semangat gotong royong dan toleransi.
”Ini adalah gambaran ketika Bung Karno membuat rancangan landmark ibu kota dengan sentuhan patung, monumen, maupun lukisan. Ada interaksi sosial yang dapat menyentuh kejiwaan warga dan memudahkan kembali agar kita mengingat jati diri atau kepribadian bangsa,” kata Tri Agung.
Selain dalam bentuk fisik, Bung Karno juga mencintai seni dan kebudayaan lainnya, misalnya wayang. Di dalam seni pewayangan terdapat fisolofi yang merupakan gambaran dari bayangan hidup manusia. Wayang berdimensi hitam dan putih karena menggambarkan watak manusia yang baik dan jahat. Menurut Bung Karno, melalui pertunjukan wayang, dia tidak hanya mencari hiburan yang menyenangkan, tetapi juga menenangkan perasaan. Di dalam cerita pewayangan, juga selalu ada pesan moral bahwa yang baik akan selalu menang atas yang jahat.
Selain itu, di dalam dunia pewayangan, juga terdapat nasihat baik yang bisa diterapkan oleh pemimpin. Misalnya, pemimpin harus bisa mengayomi semua orang, menjadi penengah, ataupun tegas dalam membuat keputusan.
”Kebudayaan Indonesia juga mengandung banyak pesan dan nasihat baik yang bisa diterapkan oleh pemimpin sebagai teladan menjalankan kepemimpinannya. Ini yang terkadang banyak dilupakan orang pada praktiknya,” kata Tri Agung.
Selama ini arah pembangunan Indonesia lebih banyak bertumpu pada aspek politik dan ekonomi. Para pemimpin sedikit melupakan dan tertatih-tatih dalam menjadikan kebudayaan sebagai arah pembangunan.
Dilupakan
Politikus PDI-P, Sonny Keraf, mengatakan, selama ini arah pembangunan Indonesia lebih banyak bertumpu pada aspek politik dan ekonomi. Para pemimpin sedikit melupakan dan tertatih-tatih dalam menjadikan kebudayaan sebagai arah pembangunan. Padahal, pemikiran founding father sudah jelas bahwa Indonesia harus berkepribadian dalam kebudayaan. Bung Karno menekankan bahwa Indonesia perlu dibangun dengan membangun karakter dan bangsa, bukan hanya pembangunan ekonomi semata.
”Bung Karno selalu bicara tentang kepribadian kita, jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Pembangunan dalam bidang apa pun harus dijangkarkan pada jati diri sebuah bangsa,” kata Sonny.
Sonny menegaskan, segala pemikiran dan rencana aksi harus dipikirkan agar pembangunan nasional tidak hanyut dalam aspek ekonomi dan politik. Indonesia harus memiliki kebudayaan yang kuat sehingga tidak terombang-ambing dalam interaksi global. Indonesia harus kuat dalam pergaulan dunia, tetapi juga memiliki jati diri yang baik. Oleh karena itu, arah pembangunan harus dikembalikan pada jalan kebudayaan Indonesia.