Mutasi Perwira Tinggi, Kapolri Tetap Jaga Soliditas
Komjen Agus Andrianto ditunjuk Kapolri sebagai Kepala Bareskrim. Mutasi perdana perwira tinggi oleh Kapolri dinilai dilakukan secara cermat dengan tetap menjaga soliditas internal.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar/Nikolaus Harbowo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo memutasi sejumlah perwira tinggi dan perwira menengah Polri, termasuk dua perwira tinggi yang sebelumnya termasuk calon Kapolri. Mutasi ini dinilai dilakukan secara hati-hati dan cermat dengan memperhitungkan kompetensi serta soliditas internal Polri.
Komisaris Jenderal (Komjen) Agus Andrianto yang menjabat Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri diangkat menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Jabatan Kepala Bareskrim kosong setelah Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo menjadi Kapolri. Sementara itu, Komjen Arief Sulistyanto yang sebelumnya menjabat Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri kini diangkat menjadi Kepala Baharkam Polri.
Penunjukan itu tertuang dalam Surat Telegram Kapolri Nomor ST/318/II/KEP/2021 tertanggal 18 Februari 2021. Surat telegram itu ditandatangani Asisten Sumber Daya Manusia Polri Irjen Sutrisno Yudi Hermawan atas nama Kapolri.
Adapun Agus dan Arief termasuk dalam lima nama yang diajukan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) sebagai calon Kapolri kepada Presiden Joko Widodo. Nama lain yang diajukan adalah Listyo, Wakil Kapolri Komjen Gatot Eddy Pramono, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komjen Boy Rafli Amar.
Ketika dihubungi untuk konfirmasi terkait mutasi tersebut, Komjen Agus menjawab singkat, ”Mohon doa restunya.”
Dalam telegram itu, beberapa lainnya yang dimutasi adalah Komjen Rycko Amelza Dahniel yang sebelumnya menjabat Kepala Badan Intelijen Keamanan Polri kini diangkat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri. Posisi Rycko kemudian dijabat oleh Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw yang sebelumnya Kepala Kepolisian Daerah Papua.
Sementara itu, Kapolda Papua kini dijabat Brigadir Jenderal (Pol) Mathius D Fakhiri yang sebelumnya adalah Wakapolda Papua. Selain itu, Irjen RZ Panca Putra diangkat menjadi Kapolda Sumatera Utara. Sementara Irjen Nana Sujana diangkat sebagai Kapolda Sulawesi Utara.
Anggota Kompolnas, Poengky Indarti, berpandangan, mutasi tersebut adalah bagian dari penyegaran institusi Polri. Beberapa pejabat tersebut dinilai sesuai dengan bidangnya. Dia mencontohkan, Agus yang lama bertugas di bidang reserse, Rycko pernah menjabat Gubernur Akademi Kepolisian, Paulus pernah menjabat Wakabaintelkam, serta Arief dengan beragam pengalaman yang akan mendukung tugasnya sebagai Kabaharkam.
Menurut Poengky, para pejabat yang dimutasi tersebut memang memiliki kompetensi dan berprestasi. Bahwa beberapa dari mereka adalah termasuk nama yang diajukan Kompolnas sebagai calon Kapolri serta merupakan senior dari Kapolri saat ini, hal itu merupakan kebetulan.
Guru Besar Bidang Ilmu Keamanan Dalam Negeri, Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi saat dihubungi mengatakan, pergeseran sejumlah perwira tinggi ini sebenarnya menyangkut perbaikan sistem sirkulasi atau kaderisasi personel di Polri.
”Kalau mungkin setahun yang lalu, kan, banyak yang kemudian agak jalan di tempat. Misal, beberapa posisi yang cukup lama diduduki beberapa petinggi, kemudian sekarang mulai bergerak lagi,” ujarnya.
Soliditas dijaga
Menurut Muradi, Listyo sangat hati-hati dan cermat dalam proses mutasi kali ini. Listyo tidak asal mengangkat perwira tinggi menjadi bintang tiga dan menduduki jabatan strategis di Polri. Namun, sejumlah perwira tinggi yang merupakan seniornya hanya digeser dan tetap diberi jabatan strategis lain.
Listyo merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1991. Sementara Kapolri terdahulu, Jenderal Pol (Purn) Idham Azis, lulusan Akpol angkatan 1988A.
”Jadi, memang ini sudah betul logika tahapannya. Membuka ruang buat teman-teman senior, sambil kemudian smooth (halus) tidak dinonjobkan, tetapi diberikan ruang yang sama. Sekarang yang terpenting menjalankan dulu, lebih kepada membuka ruang bagi teman-teman senior yang setahun kemarin, saya harus akui tidak terlalu cukup berjalan rodanya,” ucap Muradi.
Meskipun mengakomodasi para senior, Muradi berpandangan, hal itu tidak akan mengganggu soliditas internal Polri, terutama para yunior di atas angkatan 1990. Sebab, jabatan Listyo sebagai Kapolri diperkirakan masih akan panjang, sampai akhir tahun 2024, bahkan awal tahun 2025. Dengan begitu, menurut dia, masih ada waktu bagi Akpol angkatan 1991 dan 1990 untuk berkiprah.
Sementara itu, anggota Komisi III DPR, Taufik Basari, berpandangan, mutasi ini merupakan jawaban dari janji Kapolri baru yang akan menjaga soliditas Polri. Listyo, menurut dia, membuktikan bahwa tak ada riak-riak di internal Polri.
”Persoalan senioritas, kan, kemarin sempat muncul jadi pertanyaan. Dan sudah diyakinkan, persoalan senioritas ini tidak akan menjadi masalah. Inilah bagian dari konsolidasi internal itu,” katanya.
Taufik berharap, para pemegang jabatan strategis di Polri ini dapat mengimplementasikan program Kapolri soal Polri yang presisi. Selain itu, ia pun berharap agar mereka dapat memulihkan kepercayaan masyarakat kepada institusi Polri yang tentu ditunjukkan melalui kinerja dan prestasi.