Polri Antisipasi Berbagai Kemungkinan Terkait Bebasnya Ba’asyir
Polri tidak akan meremehkan dan telah menyiapkan langkah-langkah antisipatif terhadap segala kemungkinan terkait dengan bebasnya mantan pemimpin Jamaah Islamiyah, Abu Bakar Ba’asyir.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski dinilai tidak lagi berbahaya, Kepolisian Negara RI tetap akan mewaspadai bebasnya mantan pimpinan Jamaah Islamiyah, Abu Bakar Ba’asyir. Kepolisian akan tetap bersiaga mengantisipasi berbagai kemungkinan.
Hal itu disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Rusdi Hartono dalam jumpa pers, Selasa (5/1/2021). Rusdi mengatakan, Polri akan tetap siaga untuk menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk menjelang bebasnya Abu Bakar Ba\'asyir pada 8 Januari mendatang.
”Prinsip Polri adalah tidak boleh underestimate. Situasi apa pun akan dinilai dan diprediksi hal-hal yang mungkin akan muncul. Setelah muncul prediksi tersebut, dipersiapkan cara-cara bertindak yang tepat,” kata Rusdi.
Menurut Rusdi, Polri tidak akan meremehkan dan telah menyiapkan antisipasi terhadap segala kemungkinan secara matang. Terkait dengan kemungkinan Abu Bakar Ba’asyir mengikuti program deradikalisasi, Polri menghormati tugas dan kewenangan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan akan mendukung BNPT dalam menjalankan tugas itu.
Sebelumnya, Polri telah mengungkap beberapa hal terkait JI, yakni tertangkapnya pimpinan dan pentolan JI, antara lain Para Wijayanto, Zulkarnaen, Upik Lawanga, dan Joko Priyono alias Karso. Demikian pula Polri juga telah mengungkapkan sumber pendanaan dan aktivitas jaringan JI.
Meskipun para pemimpin JI telah ditangkap aparat keamanan, ideologi ataupun ide organisasi tersebut akan tetap ada.
Secara terpisah, pengamat terorisme Al Chaidar berpandangan, meskipun para pemimpin JI telah ditangkap aparat keamanan, ideologi ataupun ide organisasi tersebut akan tetap ada. Bahkan, tertangkapnya para pemimpin JI akan mendorong organisasi itu mengubah struktur kepemimpinannya.
”Bahkan, katanya, sudah diangkat pemimpin JI yang baru lagi karena ada beberapa anggota JI yang seangkatan dengan Para Wijayanto yang belum tertangkap. Mereka kabarnya terus mengembangkan organisasi, khususnya di wilayah Maluku,” kata Al Chaidar.
Menurut dia, selama ini organisasi JI di bawah Para Wijayanto cukup berkembang di wilayah Jawa Tengah dan Lampung. Selain itu, mereka juga membangun jaringan di Riau dan Jawa Timur. Sementara, untuk jaringan di wilayah Maluku, hingga saat ini baru sebagian yang telah diungkap aparat kepolisian. Dari jaringan itulah diperkirakan JI akan membangun struktur kepengurusan baru.
Namun, lanjut Al Chaidar, potensi JI untuk melakukan tindakan terorisme sudah mengecil atau tidak ada. Terbunuhnya Dulmatin pada 2010 mengakhiri hubungan atau afiliasi JI dengan organisasi Al Qaeda. Hubungan JI dengan Al Qaeda juga terputus ketika Abu Bakar Ba’asyir menyatakan dukungannya kepada Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang adalah musuh dari organisasi Al Qaeda.
Potensi JI untuk melakukan tindakan terorisme sudah mengecil atau tidak ada. Terbunuhnya Dulmatin pada 2010 mengakhiri hubungan atau afiliasi JI dengan organisasi Al Qaeda.
Sejak itu, menurut Al Chaidar, JI lebih merupakan korporasi jihad yang bergerak dengan membangun basis finansial melalui berbagai bisnis, seperti perkebunan dan pariwisata ataupun pengumpulan dana publik (crowdfunding). Terkait pengungkapan tempat pelatihan anggota JI di Kabupaten Semarang, lokasi itu memang menjadi tempat pelatihan, tetapi jauh sebelum JI terputus dari Al Qaeda.
”Jadi, JI kemudian menjadi gerakan mesianik bahwa suatu saat akan datang Imam Mahdi. Jadi, sebelum datang imam mahdi, mereka tidak akan beraksi,” kata Al Chaidar.