Keputusan Mengejutkan ”Moncong Putih”
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membuat kejutan dengan mengumumkan pemberian rekomendasi kepada Eri Cahyadi – Armuji untuk bertarung di Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya, Rabu (2/9/2020).
SURABAYA, KOMPAS — Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membuat kejutan dengan mengumumkan pemberian rekomendasi kepada Eri Cahyadi-Armuji untuk bertarung di Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya, Rabu (2/9/2020).
Keputusan itu dibacakan oleh Ketua Bidang Politik PDI-P Puan Maharani di Jakarta dan disiarkan lewat akun media sosial Youtube. Di Jatim, pengumuman pemberian rekomendasi diikuti oleh para kader dengan saksama, antara lain, di kantor PDI-P Jatim, Surabaya.
Pengumuman pemberian rekomendasi itu agak mengejutkan. Hanya Eri-Armuji, pasangan yang tidak hadir saat PDIP membacakan keputusan pemberian rekomendasi. Keputusan dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu diberikan kepada Eri-Armuji di Taman Harmoni sekitar pukul 16.00 WIB atau satu-dua jam dari pengumuman.
Pembangunan Surabaya yang berkelanjutan tidak cukup hanya 10 tahun. Saya akan meneruskan dan membuat program-program demi kemajuan Surabaya (Eri Cahyadi)
Selasa itu, PDIP mengumumkan pemberian rekomendasi terhadap 2 provinsi (Bengkulu dan Sumatera Barat) serta 19 kabupaten/kota. Inilah pengumuman gelombang kelima atau terakhir yang berarti dua hari dari waktu pendaftaran pasangan calon ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) provinsi atau kabupaten/kota. Pengumuman rekomendasi untuk empat kabupaten/kota di Jatim diberikan di bagian terakhir dimana Surabaya menjadi “genta” atau yang paling ditunggu.
Baca juga: PDI-P Masih Butuh Konsolidasi untuk Pilkada Surabaya
Saat pengumuman rekomendasi dibacakan, di kantor PDIP Jatim terlihat hadir penerima rekomendasi untuk kontestasi di Jember yakni Abdus Salam – Ifan Ariadna Wijaya, untuk Situbondo yakni Karna Suswandi – Khoirani (diwakili oleh Ketua PDIP Situbondo).
Untuk Sidoarjo yakni Kelana Aprilianto – Dwi Astutik. Eri – Armuji tidak hadir tetapi yang ada adalah Puti Guntur Soekarno (Anggota DPR dari Daerah Pemilihan Surabaya- Sidoarjo) dan Whisnu Sakti Buana (Wakil Wali Kota Surabaya).
Kalangan publik sempat meyakini bahwa yang akan menerima rekomendasi untuk maju ke kontestasi di Surabaya adalah Puti – Whisnu. Ini dilihat dari kehadiran mereka di kantor PDIP Jatim. Ketika nama Eri dan Armuji dibacakan, suasana di PDIP Jatim sempat senyap. Ini memperlihatkan bahwa seluruh kader yang hadir keliru menebak jatuhnya rekomendasi itu.
Eri baru hari ini mengajukan pengunduran diri dari jabatan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya. Sedangkan Armuji adalah Anggota DPRD Jatim dari Daerah Pemilihan Surabaya yang dalam Pemilihan Umum 2019 meraih dukungan 136.308 suara atau tertinggi di antara seluruh kader PDIP di DPRD Jatim.
Sebelum memasuki parlemen provinsi, Armuji matang di DPRD Kota Surabaya sebagai kader “Banteng Moncong Putih”, julukan PDIP, dan pernah menjabat sebagai ketua pada 2003-2004 (menggantikan Basuki yang tersangkut kasus korupsi) dan periode 2014-2019.
Kontestasi akan sengit karena hampir pasti calonnya dua pasang dan situasi saat ini publik masih direpotkan dengan keberadaan wabah Covid-19 (Muchtar)
Eri-Armuji akan menjadi lawan serius bagi pasangan Machfud Arifin – Mujiaman Sutrisno yang sudah terlebih dahulu mengumumkan diri. Machfud adalah mantan Kepala Polda Jatim sekaligus bekas Ketua Tim Kampanye Joko Widodo – Ma’ruf Amin Daerah Jatim. Mujiaman belum ada tiga pekan mundur dari jabatan Direktur Utama PDAM Surya Sembada Kota Surabaya karena digandeng Machfud.
Baca juga: Pilkada Surabaya dalam Bayang-bayang Rendahnya Partisipasi Masyarakat
Jika tidak ada perubahan mendadak sebelum pendaftaran ke KPU, kekuatan dukungan politik bagi Eri-Armuji berasal dari PDIP dan Partai Solidaritas Indonesia yang menguasai parlemen Surabaya dengan 19 kursi dari 50 kursi.
Pengusung Machfud-Mujiaman berasal dari koalisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Golongan Karya (Golkar), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan kepemilikan 31 kursi di parlemen.
Mengajukan surat
Eri menuturkan, dirinya baru mendapatkan telepon yang mengabarkan bahwa dirinya mendapatkan rekomendasi pada hari ini. Usai menerima kabar, pria berusia 43 tahun itu langsung mengajukan surat pengunduran diri dari posisinya sebagai aparatur sipil negara di Pemkot Surabaya.
“Tadi saya masih rapat membahas wisata sejarah di Surabaya tiba-tiba mendapat telepon dari partai,” kata Eri yang mendaftar melalui Dewan Pimpinan Pusat PDIP.
Menurut Eri, dirinya siap memenangkan kontestasi yang akan berlangsung pada 9 Desember 2020 mendatang. Sebagai calon dari PDIP, dia dan Armuji akan meneruskan program-program yang telah dibuat Risma.
“Pembangunan Surabaya yang berkelanjutan tidak cukup hanya 10 tahun. Saya akan meneruskan dan membuat program-program demi kemajuan Surabaya,” ujar Eri.
Baca juga: Surabaya Tak Akan Lagi Sama
Risma menuturkan, calon yang diusung PDIP memiliki visi pembangunan untuk Surabaya. Eri-Armuji diyakini mampu meneruskan program-program yang sudah berjalan, seperti kota cerdas. Arah pembangunan dari pasangan calon itu pun tidak akan melenceng dari prinsip yang sudah dilaksanakan selama 10 tahun terakhir.
“Saya siap menjadi juru kampanye bagi pasangan Eri-Armuji,” kata Risma yang juga menjadi jurkam bagi putra Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Hanindhito Himawan Pramana, yang maju dalam pilkada Kediri.
Direktur Surabaya Survey Center Muhtar Utomo mengatakan, nama Eri-Armuji sesungguhnya tidak terlalu mengejutkan. Nama pasangan ini memang muncul di antara nama-nama potensial lainnya. Puti, cucu mendiang Presiden ke-1 Soekarno adalah mantan calon Wakil Gubernur Jatim yang berpasangan dengan Saifullah Yusuf.
Namanya terus muncul dan menguat tetapi Puti berkali-kali menegaskan tidak bersedia kontestasi di Surabaya yang merupakan daerah pemilihan baru baginya karena ingin fokus terlebih dahulu sebagai anggota DPR. Nama Whisnu juga menguat tetapi pada akhirnya rekomendasi tidak jatuh untuk putra dari mendiang politikus senior yang sempat menjabat Sekretaris Jenderal PDIP Soetjipto Soedjono itu.
“Munculnya Eri berarti memperlihatkan kekuatan politik Ibu Risma di dalam PDIP,” ujar Muchtar. Tri Rismaharini adalah Wali Kota Surabaya yang akan mengakhiri dua periode kepemimpinannya pada 21 Februari 2021. Saat ini, Risma juga menjabat Ketua Bidang Kebudayaan PDIP.
Baca juga: Risma Perlu Waktu 4 Menit untuk Mencoblos Lima Surat Suara
Penerus Risma
Menurut Muchtar, ada beberapa spanduk yang memunculkan gambar dan nama Eri-Armuji sesungguhnya bisa menjadi petunjuk bahwa pasangan ini punya potensi untuk dilirik oleh PDIP. Eri dianggap sebagai penerus Risma yang sebelum menjabat Wali Kota Surabaya adalah Kepala Bappeko. Armuji adalah kader sejati sehingga selaras dengan pernyataan petinggi partai selama ini bahwa rekomendasi pasti jatuh ke orang dalam atau kader.
“Kontestasi akan sengit karena hampir pasti calonnya dua pasang dan situasi saat ini publik masih direpotkan dengan keberadaan wabah Covid-19,” kata Muchtar.
Untuk diketahui, pada kontestasi 2010, Risma – Bambang Dwi Hartono (Wali Kota Surabaya ketika itu) menang atas empat pasangan lainnya. Lima tahun lalu, Risma-Wisnu menang atas pasangan Rasiyo-Lucy Kurniasari.
Pada kontestasi 2010, partisipasi warga dalam mengantar Risma-Bambang cuma 43,46 persen atau terendah di antara 19 kabupaten/kota di Jatim yang menyelenggarakan pemilihan kepala daerah saat itu. Lima tahun kemudian partisipasi warga Surabaya mengantar Risma-Whisnu membaik menjadi 52,17 persen meskipun terendah kedua se-Jatim.
Baca juga: Modal Politik Machfud Arifin
Anggota KPU Jatim Gogot Cahyo Baskoro berharap dalam kontestasi tahun ini partisipasi warga Surabaya untuk memilih pasangan pemimpin daerah lebih baik lagi. Pengalaman sedasawarsa terakhir memperlihatkan kenyataan kurang mengenakkan bahwa warga Surabaya lebih terlibat dalam Pemilu dan Pilgub Jatim.
Gogot memaparkan, partisipasi warga Surabaya dalam Pemilu 2014 mencapai 63,24 persen. Saat itu, keterlibatan masyarakat ibu kota Jatim ini terendah di antara 38 kabupaten/kota. Lima tahun kemudian atau 2019, partisipasi warga “Bumi Pahlawan”, julukan Surabaya membaik menjadi 76,12 persen. Surabaya berada di urutan keempat partisipasi terendah dalam Pemilu 2019 di Jatim.
“Dalam waktu yang singkat karena pemungutan suara pada 9 Desember dan di tengah situasi wabah, perlu dorongan kuat bagi warga Surabaya untuk memikirkan masa depan kotanya dengan lebih berpartisipasi melalui pemberian hak pilih,” ujar Gogot.