JAKARTA, KOMPAS — Bergabungnya Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang ke Partai Golkar diyakini bisa meningkatkan suara Joko Widodo-Ma’ruf Amin saat Pemilu 2019. Ketokohan mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu diharapkan bisa menjadi penarik suara bagi Jokowi di daerah yang dikenal sebagai basis Prabowo Subianto itu.
Tidak sekadar bergabung menjadi anggota Partai Golkar, TGB juga akan menduduki dua jabatan kepengurusan di Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, yaitu Ketua Koordinator Bidang Keumatan serta Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden.
Wakil Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Sumatera Ahmad Doli Kurnia saat dihubungi di Jakarta, Kamis (20/12/2018), mengatakan, sosok dan ketokohan TGB yang kuat di NTB diharapkan dapat menambah elektabilitas Jokowi. Posisi Golkar di NTB selama ini sudah kuat. Saat Pemilihan Legislatif 2014, Golkar menduduki peringkat pertama di NTB dengan perolehan 333.282 suara.
Namun, perolehan suara Jokowi di Pemilihan Presiden 2014 kalah dari Prabowo. Jokowi hanya mendapat 27,54 persen, sementara Prabowo 72,45 persen. NTB merupakan salah satu provinsi yang fokus digarap Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma\'ruf karena basis pemilih Jokowi masih relatif rendah.
”Di sana TGB pernah menjadi gubernur dua periode, juga semacam tokoh masyarakat dan umat. Jadi, kami berharap banyak itu bisa memengaruhi elektabilitas Jokowi,” kata Doli.
Berdasarkan catatan PARA Syndicate yang dirilis Jumat lalu, tren elektabilitas Jokowi-Ma’ruf cenderung menurun selama periode Agustus-November 2018. Kesimpulan itu didapat dari analisis terhadap hasil survei 12 lembaga, antara lain Lingkaran Survei Indonesia Denny JA, Litbang Kompas, Indikator, Saiful Mujani Research and Consulting, Populi Center, Median, Alvara, dan Y-Publica.
Partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf pun diminta kerja lebih keras untuk meningkatkan elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 01 itu. Khususnya, Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan, yang pada saat Pemilu 2014 mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Jika basis pemilih semua partai pendukung utuh mendukung Jokowi, elektabiltasnya diyakini akan mencapai di atas 60 persen.
Berdasarkan survei internal Golkar dan pemantauan di lapangan, dukungan dari kader dan basis pemilih Partai Golkar kini mencapai 75 persen dari 19 juta basis pemilih Golkar. Angka itu, menurut Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, sudah meningkat signifikan dari dukungan basis Partai Golkar ke Jokowi sebelumnya pada Januari 2018, yakni hanya 15 persen.
Kendati demikian, menurut Doli, pihaknya belum melakukan pemetaan apakah mayoritas basis pemilih Partai Golkar di NTB sudah memutuskan mendukung Jokowi-Ma’ruf atau tidak di Pemilu 2019. ”Dalam waktu dekat, Januari 2019, setidaknya kami akan lakukan survei lagi untuk mengetahui pemetaan dukungan basis partai di semua provinsi. Sejauh ini, informasi baru didapat dari laporan resmi setiap pengurus daerah,” katanya.
Belakangan intens
Adapun keputusan TGB bergabung dengan Partai Golkar sudah diumumkan Airlangga dalam rapat pleno dan pembekalan calon anggota legislatif, Rabu (19/12/2018). Kemarin, TGB juga hadir dalam acara Silaturahmi Akhir Tahun 2018 yang diikuti pengurus harian, dewan pembina, dewan pakar, dan pengurus daerah Partai Golkar se-Indonesia di Jakarta. Ia diperkenalkan resmi oleh Airlangga di hadapan seluruh elite sebagai kader baru Partai Golkar.
TGB sebelumnya dikabarkan akan masuk ke Partai Nasdem, tetapi kabar itu langsung ditampik oleh TGB. Selama tiga bulan terakhir, ia sudah menjalin komunikasi intensif dengan Golkar. Doli mengatakan, dalam dua bulan ini, TGB diketahui sudah dua kali berkunjung ke kediaman Airlangga. Namun, menurut Doli, Golkar tidak aktif mengajak-ajak tokoh ormas terbesar di NTB, Nahdlatul Wathan, itu untuk bergabung.
Hal senada juga diucapkan oleh Sekretaris Jenderal Golkar Lodewijk F Paulus. Ia mengatakan, komunikasi intensif dilakukan TGB langsung dengan Airlangga. Jajaran pengurus Partai Golkar baru mengetahui TGB bergabung saat Airlangga mengumumkan di rapat pleno, Rabu lalu.
”Kami ini tidak pernah kekurangan kader. Kami tidak punya tradisi mengajak-ajak orang bergabung. Namun, kalau orang itu mau mengabdi bersama Golkar, kami menyambut baik,” ujarnya.