“Sleeper Bus”, Raja Jalanan yang Tengah Naik Daun
Bus "sleeper" kini menjadi primadona, bahkan andalan para pelancong. Fasilitas ditawarkan lebih mumpuni dari moda lain.
Bus kini menjadi primadona masyarakat untuk perjalanan jauh. Popularitasnya yang naik daun seiring dengan beragam perbaikan dari perusahaan otobus (PO). Mereka berlomba-lomba memanjakan penumpang dengan aneka fasilitas yang mumpuni. Keselamatan juga jadi aspek yang dinomorsatukan.
Hutan beton perlahan berubah menjadi hamparan sawah hijau ketika bus keluar dari kawasan Jabodetabek. Pemandangan dapat dinikmati sepanjang perjalanan, tanpa terburu-buru. Sembari merebahkan badan dan mendengarkan musik, sejenak berhasil keluar dari kungkungan hiruk-pikuk kota.
Pengalaman ini barangkali hanya dapat dialami ketika bepergian jauh dengan sleeper bus. Salah satunya adalah PO Rosalia Indah pada kategori “First Class Double Decker” sebagai kelas terbaiknya.
Besar tarif tiketnya serupa dengan kereta api (KA). Waktu tempuhnya pun serupa, sekitar sembilan jam, termasuk singgah di tempat peristirahatan. Kelebihan memanfaatkan bus ialah penumpang dimanjakan dengan pelayanan khusus para petugas PO. Penumpang perlu merogoh Rp 661.500 rute Ciputat, Tangerang Selatan, Banten menuju Jombor, Yogyakarta. Ada pramugari yang siap memenuhi kebutuhan di jalan.
Ketika memasuki bus, pramugari menyambut dengan ramah. Tak lama setelah bus berangkat, penumpang diminta memilih beragam menu makanan berat khas Indonesia yang ditawarkan. Beberapa di antaranya ialah nasi goreng, rawon, dan ayam goreng. Makanan akan disajikan tepat ketika penumpang singgah di tempat peristirahatan.
“Harga tiket sudah termasuk dengan makanan. Berbeda dengan moda transportasi lain yang hanya dapat snack, bahkan kita harus beli sendiri makanannya,” ujar penumpang sleeper bus, Badi Bastian (28) dalam perjalanan dari Ciputat, Tangerang Selatan ke Semarang, Jawa Tengah, Senin (1/4/2024).
Sesampainya singgah di tempat peristirahatan, penumpang sleeper bus diarahkan menuju ruang khusus. Sebagai penumpang istimewa, menu yang telah dipesan dalam perjalanan akan segera dikeluarkan. Minuman pun disuguhkan dua macam, segelas air dan teh. Sajian masih dilengkapi dengan sepotong buah.
Selain pelayanan yang ramah, tiap bus selalu dikemudikan dua sopir secara bergantian. Sesuai dengan anjuran Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno. Idealnya, satu bus perlu dikendarai dua sopir bergiliran. Hal ini dapat mencegah kelelahan sopir. Para petugas, baik pramugari maupun sopir berseragam rapi yang terdiri dari busana berwarna kuning muda dan sepatu hitam.
Baca juga: Bus Eksekutif dan ”Sleeper” Diminati untuk Mudik, Tiket Masih Tersedia
“Tiket-tiket, termasuk kelas sleeper sudah hampir terjual habis. Kemungkinan puncaknya pada Jumat (5/4/2024) mendatang,” ujar sopir bus Rosalia Indah bernomor lambung 129, Slamet.
Kategori kelas bus khusus ini makin diminati penumpang. Ia mengatakan, PO bus yang menaunginya telah memiliki first class sejak pandemi Covid-19.
Pembagian bilik
Pelayanan saja tentu kurang menjual bagi penumpang. Fasilitas fisik serta interior yang diperbarui makin mengakomodasi mereka yang mencari kenyamanan serta pengalaman baru.
Sleeper bus sebagai kelas tertinggi kursi PO Rosalia Indah dibagi per bilik. Penumpang harus membungkukkan badannya menuju kursi masing-masing. Meski begitu, pembagian per bilik ini bak pisau bermata dua.
Pada satu sisi, penumpang yang mencari privasi bisa mendapatkannya dengan mudah. Sebab, bilik dapat ditutup dengan gorden, baik di bagian lorong maupun jendela. Pandangan pun dapat fokus melihat luasnya pemandangan serta kondisi jalan karena ukurannya setara dengan sekitar 4-6 baris kursi kelas eksekutif.
Sisi lainnya, bilik ini justru menyesakkan bagi para penderita klaustrofobia alias cemas berlebih terhadap ruang sempit dan tertutup. Selain bilik yang nyaris tertutup, lorong antar bilik pun sempit. Walhasil, kondisi ini berisiko memperparah kondisi penderita klaustrofobia.
Baca juga: Kiat Mudik dengan Bus ”Sleeper” yang Nyaman
Ada pula meja lipat yang tersimpan dalam dudukan lengan. Tersedia pula dua tombol untuk menaikkan serta menurunkan sandaran kursi secara otomatis, fasilitas yang tak ditemui pada KA kelas eksekutif dan pesawat kelas ekonomi.
Fasilitas yang memanjakan
Penumpang memang hanya bisa duduk membungkuk. Hal ini perlu dipertimbangkan bagi penumpang bertubuh jangkung yang barangkali makin “tersiksa” jika ingin meregangkan tubuh di area bilik sleeper
Di langit-langit bus, tersedia dua bagian pendingin ruangan, sehingga bisa dipastikan bersuhu rendah. Namun, suhu pun dapat diatur sesuai selera dengan menutup atau membuka katup pendingin.
Serupa dengan kursi pada kelas di bawahnya, sleeper bus Rosalia Indah memanfaatkan kulit sintetis. Hal ini memudahkan penumpang atau petugas membersihkan remah-remah makanan yang dikonsumsi menghabiskan waktu dalam perjalanan.
Jangan takut jenuh di jalan karena dalam bus tersedia LCD televisi yang bisa digunakan menonton video, melihat foto, serta bermain gim. Apabila mengantuk, tersedia pula bantal, guling, serta selimut untuk memastikan penumpang bisa tidur dengan nyenyak.
Di balik pelayanan dan interior yang memanjakan penumpang, ada sejumlah kekurangan yang perlu diperhatikan. Sesuai namanya, sleeper bus memang dimanfaatkan untuk tidur dalam perjalanan. Karena itu pula, penumpang tak dapat duduk tegak akibat pengaturan kursi yang rendah. Apabila hal ini dilakukan, kepala akan menyentuh langit-langit bilik atas.
Mau tak mau, penumpang memang hanya bisa duduk membungkuk. Hal ini perlu dipertimbangkan bagi penumpang bertubuh jangkung yang barangkali makin “tersiksa” jika ingin meregangkan tubuh di area bilik sleeper.
Baca juga: Bisnis "Sleeper Bus" Jorjoran Memanjakan Penumpang
Tersedia pula kamar mandi yang bersih dan wangi. Di dalamnya terdapat wastafel dan toilet duduk. Namun, ukuran kamar mandi yang sempit menyulitkan penggunaannya. Penumpang, apalagi yang berbadan besar dipastikan tak akan leluasa menggunakan kamar mandi itu.
Meski demikian, para penumpang mengacungi jempol terhadap upaya PO Rosalia meningkatkan pelayanan serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.
“Untuk pelayanan dan kebersihan, patut diakui Rosalia Indah lebih baik dibandingkan PO lain. Banyak sopir bus masih merokok ketika berkendara. Di sini (Rosalia Indah), untungnya enggak. Kamar mandi sampai restoran pun juga bersih,” puji Badi yang rutin bepergian di rute Depok (Jawa Barat)-Semarang.
Di antara beragam opsi moda transportasi umum, ia kerap menggunakan bus ketimbang KA dan pesawat. Sebab, bus dapat mengantarnya hampir pada tujuan terakhir. Dari segi waktu pun, tak berbeda jauh dengan KA yang mematok harga tiket serupa.
Badi melanjutkan, butuh persiapan ekstra jika harus pergi ke bandara atau stasiun. Rumitnya proses check-in membuatnya lebih menyukai bus dengan proses yang lebih sederhana. Cukup lapor petugas ketika datang. Bahkan, 20 menit sebelum keberangkatan pun, ia tak perlu tergesa-gesa memasukkan barang-barang ke bagasi. Hal ini tak bisa dilakukan ketika menggunakan KA ataupun pesawat.
Baca juga: Penyelenggara Mudik Gratis dan PO Bus Pastikan Kondisi Armada Lebaran dalam Kondisi Baik
Bukan tak mungkin, ketika jalanan lancar di luar masa libur panjang, durasi perjalanan bus bisa lebih singkat ketimbang KA. Dari segi durasi persiapan, baik KA maupun pesawat juga memakan lebih banyak waktu. Walhasil, waktu persiapan dan perjalanan digabung, lamanya serupa dengan perjalanan pelancong yang memanfaatkan bus.
Selain Rosalia Indah, beragam PO lain, seperti Unicorn Indorent, Juragan 99, 27 Trans, dan Pandawa 87 terus berinovasi memanjakan penumpangnya. Dengan fasilitas serupa, mereka berupaya memberi pelayanan terbaik yang berpengaruh kepada tingginya minat penumpang.
Maka, tak heran jika pamor bus kembali naik daun. Beragam pembenahan telah dilakukan, walau masih ada evaluasi lain yang perlu dipenuhi.
Kondisi itu dibuktikan pula dalam riset Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (BKT Kemenhub). Bus berada pada posisi kedua setelah KA dengan prediksi 37,5 juta orang pemudik akan memanfaatkannya. Jumlah ini setara dengan atau 19,4 persen dari total pemudik. Adapun KA antarkota yang dimanfaatkan 39,3 juta orang setara dengan 20,3 persen pemudik.
Baca juga: Lebih dari 227.000 Tiket Mudik Gratis Disediakan dengan Kapal, Kereta Api, dan Bus
Kepala BKT Kemenhub Robby Kurniawan mengemukakan, preferensi masyarakat terhadap KA memang besar. Namun, keterbatasan kursi memungkinkan terjadinya pergeseran ke moda transportasi lain, termasuk bus.
Para pengelola PO yang bersaing meningkatkan kualitas layanannya perlu diapresiasi. Sebab, bus kembali dilirik, bahkan menjadi andalan para pelancong. Masyarakat pasti akan memilih harga yang sesuai dengan kualitas yang diberikan, asal keselamatan pun tetap diprioritaskan.