Suatu Hari di Berlin
Hanya punya satu hari saja waktu luang di Berlin? Jangan khawatir, kota ini berlimpah dengan tempat menarik bagi turis yang terjangkau dengan jalan kaki dan naik angkutan umum. Yuk, jalan-jalan.
Menjelang akhir Mei lalu, kesempatan ke Berlin di Jerman datang lagi. Kunjungan kerja itu dijadwalkan tak sampai sepekan, jauh lebih singkat dibandingkan pengalaman pertama ke Berlin hampir 14 tahun lalu. Beruntung, waktu pendek bukan halangan untuk bernostalgia di kawasan urban yang sarat jejak sejarah dan beragam obyek wisata di pusat kotanya itu.
Kamis (25/5/2023), waktu luang di tengah jadwal ketat urusan utama di Berlin akhirnya tiba juga. Seusai merampungkan wawancara dengan narasumber pada pagi hari, misi menjelajah Berlin dimulai. Gerbang Brandenburg jadi sasaran awal karena ini penanda kota utama yang tidak boleh dilewatkan.
Dikisahkan, pada abad ke-19, ada 18 gerbang atau tor (bahasa Jerman) untuk masuk dan keluar Berlin. Saat ini, hanya tersisa satu gerbang saja, yaitu Brandenburg. Di bagian puncak Brandenburg Tor yang dibangun tahun 1764 ini ada Patung Quadriga. Patung perwujudan Eirene, dewi perdamaian Yunani, itu digambarkan mengemudikan kereta yang ditarik empat ekor kuda.
Baca Juga: Keberagaman 190 Bangsa di Kota ”Multikulti” Berlin
Pada awal abad ke-19, Patung Quadriga yang sempat diboyong ke Paris di Perancis dibawa pulang ke Berlin dan didesain ulang oleh Karl Friedrich Schinkel sebagai Victoria yang juga berarti dewi perdamaian.
Gerbang ini juga sempat dijadikan penanda kemenangan Adolf Hitler ketika meraih tampuk pimpinan tertinggi di Jerman pada 1933. Brandenburg kembali sebagai wujud kebaikan kala menjadi tempat perayaan publik seusai diruntuhkannya Tembok Berlin dan penanda berakhirnya kekuasaan komunis di sebagian Jerman.
Dari gerbang yang menjadi simbol penyatuan warga Berlin Barat dan Berlin Timur itu, napak tilas sejarah berlanjut ke Taman Peringatan Sinti dan Roma di Tiergarten.
Tinggal menyeberang saja dari Brandenburg Gate, Taman Sinti dan Roma untuk memperingati genosida terhadap ratusan ribu kaum Gipsi. Taman hening dan indah ini membuat setiap pengunjungnya tersekat lalu terdiam saat menyimak keterangan tentang kekejaman pembunuhan massal di masa kekuasaan Nazi di Jerman tersebut.
Masih terkait jejak hitam Nazi, Taman Peringatan Pembunuhan Orang Yahudi di Eropa hanya kurang dari 10 menit jalan kaki dari Brandenburg Gate. Taman ini diisi balok-balok laksana batu makam abu-abu hitam tanpa nama untuk mengenang kekejaman yang sampai sekarang tetap saja membuat bulu kuduk berdiri.
Pesan dari kedua taman ini adalah kekerasan hingga pembunuhan dengan alasan apa pun apalagi genosida tidak boleh dilakukan. Kejahatan kemanusiaan tersebut tidak pantas diulang. Pesan yang terasa kontras ketika menyadari perang masih saja terjadi sampai sekarang.
Satu tempat lagi yang tidak boleh dilewatkan adalah Check-point Charlie. Pos jaga di Friedricstrasse ini satu-satunya tempat keluar masuk ketika Berlin masih terbagi dua antara Jerman Timur yang pro-Uni Soviet dan Jerman Barat yang bersekutu dengan Amerika Serikat.
Baca Juga: Panen Madu dari Sarang Lebah di Pabrik Sepeda Motor
Tembok Berlin
Jejak dua tragedi kemanusiaan, yaitu terkait Hitler dengan Nazi-nya serta komunisme dengan ikon Tembok Berlin yang sempat memotong Jerman menjadi dua bagian pada 1961-1989, memang tinggalan masa-masa gelap yang kini menjadi daya tarik wisata Kota Berlin.
Untuk itu, Galeri East Side menjadi tempat wajib dikunjungi selanjutnya. Naik bus atau kereta komuter, sekitar 10 menit dari Alexanderplatz, galeri di ruang terbuka terbesar di dunia ini dulu bagian dari Tembok Berlin. Sederet tembok penyekat asli masih berdiri di sana.
Serpihan-serpihan dinding asli Tembok Berlin yang diruntuhkan menjadi suvenir yang dijual hampir di semua toko cendera mata.
Galeri ini tidak dapat dilepaskan dari peristiwa pada 28 September 1990. Kala itu, 118 seniman dari 21 negara melukis dinding Tembok Berlin sepanjang 1.216 meter dari Stasiun Ostbahnhof hingga Oberbaumbrucke. Sampai sekarang tradisi berekspresi dengan melukis di dinding tembok dimanfaatkan secara bergilir dan berkala oleh seniman-seniman dunia.
Mural paling ikonik di Tembok Berlin, ”The Kiss”, ada di Galeri East Side. Lukisan tembok karya Dmitri Wrubel ini menggambarkan ciuman persahabatan antara pemimpin Soviet dan Presiden Jerman Timur. Mural itu turut menjadi bagian penanda sejarah kelam Jerman kala sebagian negaranya dikuasai komunis.
Serpihan-serpihan dinding asli Tembok Berlin yang diruntuhkan menjadi suvenir yang dijual hampir di semua toko cendera mata. Harga bervariasi sesuai ukuran serpihan tembok.
Menyusuri Rheine
Mengenal Berlin dari sisi yang berbeda bisa dengan menyusuri Sungai Rheine dengan kapal wisata. Melaju pelan, saya dan para pelancong lain dibawa mengarungi ragam masa, mulai dari zaman pertengahan dengan melihat gedung-gedung kunonya sampai ultramodern, seperti kompleks universitas hingga stasiun terpadu Eropa Hauptbahnhof.
Di sepanjang perjalanan, terlihat warga Berlin bersemangat melewatkan waktu bersantai di bantaran Rheine. Ada yang duduk-duduk ke taman kota, rebahan sambil baca buku di rerumputan, bahkan menyetel musik keras-keras berbekal telepon pintar dan pengeras suara portable.
Suka ria mereka normal terjadi menjelang dan selama musim panas, ketika siang menjadi panjang. Warga setempat memanfaatkan sinar terang matahari hingga mendekati pukul 21.00 dengan selama mungkin di luar ruangan.
Bagi penyuka keramaian dan ingin melebur dengan keseharian warga Berlin, lanjutkan saja jalan-jalan ke seputar Alexanderplatz dan Postdamer Platz. Banyak pusat perbelanjaan modern dan tempat makan di kedua tempat tersebut.
Jika masih ada waktu lebih, sempatkan ke Pulau Museum Berlin. Pulau Museum Berlin adalah karya seni luar biasa terdiri dari lima bangunan museum terkenal di dunia dari masa Prusia kemudian dilengkapi Galeri James Simon modern. Kompleks istimewa yang saling terkoneksi antarbangunan ini dianugerahi status sebagai Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1999.
Baca Juga : Mengikis Kekerasan Seksual dengan Sepak Bola
Awas antrean
Telepon pintar mencatat sepanjang Kamis itu, saya berjalan kaki lebih dari 32.000 langkah atau sekitar 21 kilometer. Capek sudah pasti, tetapi puas dan target menambah memori asyik tentang Berlin setelah kunjungan pertama di 2009 lalu pun tercapai.
Bagi yang tertarik berlibur ke Berlin atau Jerman secara umum, disarankan mengurus visa jauh-jauh hari. Pengurusan visa Jerman memakan waktu dua pekan dengan catatan jika semua persyaratan terpenuhi sejak awal.
Lebih baik membuat rencana detail dan memesan atau membeli tiket transportasi, museum, dan tujuan wisata via daring lebih dulu. Hal tersebut karena antrean masuk ke beberapa obyek seperti Berliner Dom atau Katedral Berlin dan Gedung Reichstag cukup panjang.
Urusan makanan tidak perlu resah. Di sekitar stasiun, terutama stasiun utama banyak kedai makanan enak dan relatif ramah di kantong. Restoran cepat saji hingga tempat makan bagi yang berdompet tebal mudah ditemukan. Yang fanatik dengan masakan Indonesia, tinggal ketik di mesin pencari dan sederet nama rumah makan beserta alamatnya langsung muncul.
Terakhir, sebelum melanjutkan perjalanan ke luar Berlin dengan pesawat, pastikan tiba di Bandar Udara Berlin-Brandenburg 3-4 jam sebelum jadwal keberangkatan. Bandar udara yang beroperasi mulai 31 Oktober 2020 menggantikan Bandar Udara Tegel ini terkenal dengan antrean panjang saat pengecekan penumpang beserta bawaannya maupun di imigrasi.
Selamat bersenang-senang.
Baca Juga : Jonathan Hamilton, Kesetaraan dari Lapangan Bola