Dataran Tinggi Cameron bisa menjadi salah satu alternatif destinasi ketika bertandang ke negeri jiran, Malaysia. Di dataran tinggi ini pengunjung bisa melihat berbagai buah eksotis yang dibudidayakan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·6 menit baca
Jika warga Jabodetabek punya Puncak Bogor, orang Malaysia punya Dataran Tinggi Cameron. Uniknya, ada beberapa buah eksotis yang dibudidayakan di dataran tinggi yang terletak di daerah Pahang, Malaysia, ini. Ada yang bentuknya seperti lampion, ada pula yang buahnya seperti kelereng dengan selimut kulit tipis. Buah apa itu?
”Jom!” teriak Deputy Director Tourism Malaysia Jakarta Haryanty Abu Bakar kepada peserta program familiarization trip atau perjalanan pengenalan ke Malaysia ketika tiba di kebun buah gac di Dataran Tinggi Cameron, Pahang, Malaysia, pada awal Juni 2022. Jom merupakan bahasa Melayu yang artinya ”Ayo!”.
Saat masuk ke kebun buah tersebut, rasa heran dan kagum pertama kali menyeruak di hati. Banyak buah seperti bola voli tetapi sedikit lonjong bergelantung berwarna-warni. Hijau, kuning, merah, dan oranye warnanya. Agaknya, seperti melihat lampion menyala di siang hari.
Di Indonesia, buah ini dulu banyak tumbuh liar di sekitar sawah atau kebun. Biasanya dikenal juga dengan nama buah ciplukan.
Buah itu dikenal dengan nama buah gac yang diambil dari bahasa Vietnam. Dalam bahasa Latin bernama Momordica cochinchinensis. Di Indonesia, buah ini disebut buah tepurang atau pupia. Saat ini sudah jarang orang yang membudidayakannya sehingga sulit untuk ditemukan.
Kee (36), salah satu petani budidaya gac, mengatakan, tidak banyak petani yang menanam buah ini karena bukan merupakan buah yang umum dicari masyarakat. Buah ini pun tidak bisa dikonsumsi secara langsung karena jika daging buah ini termakan justru bisa menjadi racun.
Meski begitu, buah gac dipercaya bermanfaat untuk kesehatan tubuh, seperti meningkatkan daya tahan tubuh bagi pasien dengan penyakit jantung serta baik untuk kesehatan mata dan kulit. Untuk mengonsumsinya, buah gac perlu diolah menjadi minuman seperti jus.
”Buah gac yang matang direbus terlebih dahulu kemudian dicampur dengan lemon dan apel serta gula. Barulah bisa dikonsumsi,” kata Kee sambil menawarkan botol berisi jus gac berwarna merah yang sudah dicampur dengan ekstrak lemon dan apel itu. Rasanya segar sedikit asam seperti jus apel karena pada dasarnya rasa buah gac hanya tawar.
Menantang
Setelah puas melihat-lihat kebun buah gac serta mendengar penjelasan singkat dari petani kebun tersebut, perjalanan di Dataran Tinggi Cameron berlanjut. Wisatawan yang ingin mengelilingi perkebunan di Dataran Tinggi Cameron bisa menggunakan mobil berpenggerak empat roda alias mobil 4WD. Satu mobil bisa ditumpangi oleh 10 orang.
Medan yang dilalui cukup terjal dan berliku. Bahkan, ada jalanan dengan kemiringan sekitar 45 derajat yang harus dilalui. Itu pun hanya bisa dilewati dengan satu mobil saja. Bersiaplah untuk menahan napas panjang dan menantang adrenalin ketika berkeliling ke kebun di daerah ini. Pengalaman yang mengasyikkan sekaligus menantang.
Di sepanjang jalan, mata akan disuguhi dengan hamparan perkebunan yang hijau. Namun, berbeda dengan perkebunan di wilayah di Indonesia, sebagian besar perkebunan di Dataran Tinggi Cameron menggunakan sistem greenhouse. Karena itu, selain hamparan perkebunan hijau, pemandangan rumah-rumah panjang berwarna putih yang merupakan greenhouse juga banyak dijumpai.
Mobil kemudian berhenti di kebun milik pasangan suami istri, A Meng (72) dan Ging Tiang (64). Bahasa Inggris mereka tidak terlalu lancar, tetapi mereka tetap menyambut pengunjung dengan senyuman yang sangat ramah.
Sudah lebih dari dua dekade A Meng dan Ging Tiang menjadi petani kebun di Dataran Tinggi Cameron. Biasanya, buah dan sayur yang dihasilkan dijual ke kota. Ada berbagai macam buah dan sayur yang ditanam. Namun, ada satu buah yang cukup unik yang bisa ditemui di kebun milik mereka, yakni buah fig.
Buah fig atau yang juga dikenal sebagai buah tin atau buah ara juga bisa dijumpai di Indonesia. Namun, belum banyak petani yang mengembangbiakannya. Pohon buah fig tidak terlalu tinggi. Untuk mengambil buahnya tidak perlu bersusah payah.
Buah fig yang matang berwarna ungu kehitaman. Buah ini sebesar kepalan tangan orang dewasa. Kulitnya cukup halus. Jika dibuka, bagian dalam buah yang matang berwarna merah. Daging dari buah fig seperti berisi banyak biji kecil. Namun, biji-biji tersebut bisa dimakan dan teksturnya lembut. Rasanya pun sangat manis.
Wisatawan juga bisa memetik buah ini langsung dari pohonnya. Selain buah fig, ada pula buah tomat yang bisa dipetik. Apabila berminat membeli, A Meng sudah menyiapkan beberapa hasil panen dalam bentuk kemasan yang siap untuk dibawa pulang.
Perjalanan belum berakhir. Mobil kembali membawa rombongan ke kebun Cozy Leisure. Meski sinar matahari cukup menyengat, udara masih terasa sejuk.
Di kebun Cozy Leisure tumbuh berbagai macam buah dan sayur yang tidak kalah unik. Ketika masuk, wangi dari daun dill menyambut. Berjejer tanaman herbal tersebut tumbuh di bagian depan kebun.
Di belakang kebun, ada pula pohon golden berry yang buahnya sudah masak. Dua pekerja tampak sedang memanen. Pengunjung pun bisa turut serta memanen buah tersebut. Ingin mencicipi langsung setelah dipetik? Boleh juga.
Buah golden berry sangat unik. Buahnya yang berwarna kuning keemasan dengan bentuk seperti kelereng ini diselimuti dengan kulit tipis berwarna hijau muda. Di Indonesia, buah ini dulu banyak tumbuh liar di sekitar sawah atau kebun. Biasanya dikenal juga dengan nama buah ciplukan. Akan tetapi, buah golden berry yang dibudidayakan bentuknya lebih besar dan terasa lebih manis.
Memetik dan mencicip langsung buah dari pohonnya menjadi pengalaman yang menarik. Waktu yang berjalan pun tidak terasa. Ah, tapi apa maknanya waktu di kala sedang menikmati suasana seperti ini. Meski sudah siang, angin tetap terasa sejuk. Minuman dingin ekstrak buah turut menemani.
Kebun teh
Namun, perjalanan belum usai. Berjalan-jalan ke Dataran Tinggi Cameron belum lengkap jika tidak berkunjung ke Kebun Teh Cameron Valley Tea. Untuk datang ke sini tidak perlu menggunakan mobil 4WD karena pintu masuk kebun ini berada di pinggir jalan. Jika lelah tidak ingin berjalan-jalan ke kebun teh, pengunjung bisa sekadar duduk beristirahat sambil bersantap siang di tempat ini.
Warna hijau beludru terbentang di sepanjang mata memandang. Teh yang dihasilkan di kawasan Dataran Tinggi Cameron ini termasuk teh unggulan dari Malaysia. Sejumlah produknya pun sudah diekspor.
Penjelajah Inggris
Dari sejarahnya, penamaan Dataran Tinggi Cameron terjadi setelah penjelajah dari Inggris, William Cameron, pada tahun 1885 datang ke kawasan tersebut untuk melakukan pemetaan wilayah. Sejak saat itu, pada periode kolonial Inggris, dataran tinggi itu dikembangkan. Itu sebabnya, masih banyak bangunan kuno Inggris yang ditemukan di Dataran Tinggi Cameron.
Selain kebun buah, sayur, dan teh, berbagai obyek wisata lain juga sayang jika dilewatkan. Jika senang menyusuri hutan, hutan lumut Mossy Forest sangat menarik untuk dijelajahi. Ada juga taman kupu-kupu Cameron yang bisa dikunjungi.
Berlibur ke Malaysia nyatanya tidak hanya melulu berbelanja atau wisata kuliner. Dataran Tinggi Cameron bisa menjadi alternatif lain ketika bertandang ke negeri jiran. Jika senang menikmati udara yang dingin, datangnya antara Desember dan Februari. Suhu di Dataran Tinggi Cameron bisa kurang dari 10 derajat celsius. Jadi, jangan lupa bawa baju hangat!