Geliat industri pariwisata mulai bergeliat pascapembukaan yang berlaku di sejumlah pintu masuk negara. Namun, di tengah meningkatnya permintaan masyarakat untuk berwisata, kapasitas penerbangan masih terbatas.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, KOMPAS — Di tengah situasi pandemi Covid-19 di tingkat global yang mulai terkendali, sejumlah negara mulai melonggarkan pembatasan pada pintu masuk negaranya untuk wisatawan. Seiring dengan pembukaan tersebut, dunia pariwisata pun mulai kembali bangkit.
Geliat pariwisata ini setidaknya terlihat di Malaysia. Pintu masuk negeri jiran ini mulai dibuka untuk umum pada 1 April 2022. Sejumlah pembatasaan pun sudah dilonggarkan.
Deputy Director Tourism Malaysia Jakarta Haryanty Abu Bakar menyampaikan, wisatawan mancanegara yang akan masuk ke Malaysia kini hanya diminta untuk mengunduh aplikasi MySejahtera dan mengisi formulir keberangkatan. Karantina tidak lagi diperlukan bagi wisatawan yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap termasuk dosis penguat.
”Sejak pintu masuk mulai dibuka, antusiasme wisatawan mancanegara untuk masuk ke Malaysia cukup besar, termasuk wisatawan asal Indonesia. Sebelum pandemi, jumlah wisatawan asal Indonesia merupakan yang terbesar kedua setelah Singapura,” katanya di tengah kegiatan Fam Trip ke Malaysia, Jumat (3/6/2022), di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sejak pintu masuk mulai dibuka, antusiasme wisatawan mancanegara untuk masuk ke Malaysia cukup besar, termasuk wisatawan asal Indonesia.
Program Fam Trip ke Malaysia merupakan kerja sama antara Tourism Malaysia, Malaysia Airlines, dan BMC Travel Malaysia. Acara yang berlangsung lima hari pada 30 Mei-3 Juni 2022 ini diadakan untuk mengenalkan destinasi baru di Malaysia, seperti Cameron Highland dan Kota Ipoh di Perak.
Haryanty menuturkan, pandemi Covid-19 membuat industri pariwisata di Malaysia terpuruk. Pada 2021, Malaysia hanya menerima kunjungan dari Indonesia 711.723 orang. Padahal, pada 2019, jumlah kunjungan dari Indonesia mencapai 3,6 juta orang. Dari jumlah itu, sekitar 40 persen kunjungan untuk kepentingan berobat.
Karena itu, ia berharap, dengan mulai kembali dibukanya pintu masuk Malaysia bagi wisatawan asing, jumlah kunjungan untuk pariwisata pun bisa meningkat. Ini tentu seiring dengan pelonggaran yang juga dilakukan negara lain.
Head of Sales Malaysia Airlines Roslan Ismail menyampaikan, jumlah permintaan untuk penerbangan dengan Malaysia Airlines pun meningkat signifikan setelah pintu masuk sejumlah negara dibuka. Bahkan, jumlah permintaan saat ini melebihi kapasitas yang dibuka oleh maskapai penerbangan.
”Peningkatan dari permintaan penerbangan sudah meningkat hampir 300 persen dari masa saat pandemi. Jumlah ini jauh lebih besar dari kapasitas yang tersedia karena belum semua penerbangan beroperasi seperti sebelum pandemi,” katanya.
Roslan mencontohkan, penerbangan dari Kuala Lumpur ke Jakarta saat ini baru tersedia satu kali penerbangan per hari. Sementara pada 2019, jumlah penerbangan Malaysia Airlines dari Kuala Lumpur ke Jakarta sebanyak tujuh kali penerbangan.
Selain karena keterbatasan SDM dari dampak pandemi, jumlah penerbangan yang masih terbatas ini disebabkan belum adanya izin dari otoritas di Indonesia. ”Jumlah (penerbangan) yang masih sedikit ini juga yang membuat harga (tiket) menjadi mahal,” ucapnya.
Wisatawan Indonesia
Tour Executive Panorama JTB Tours Indonesia Umar Rizqullah menuturkan, jumlah permintaan pariwisata juga terjadi pada wisatawan asal Indonesia. Permintaan tersebut baik untuk pariwisata domestik maupun mancanegara. Untuk pariwisata dalam negeri, tujuan wisatawan terbanyak ke Bali dan Labuan Bajo. Sementara tujuan wisata mancanegara paling banyak menuju Turki dan Swiss.
”Kendala saat ini adalah masih terbatasnya jumlah penerbangan, padahal permintaan sudah sangat tinggi. Harga penerbangan juga cukup mahal karena pihak airlines hanya menyediakan kelas tertentu,” tuturnya.