Kata ”juga” pada frasa ”hal yang sama juga...” dapat dihilangkan tanpa mengaburkan maknanya. Kurangi gejala kelewahan.
Oleh
KUSNADI
·2 menit baca
Ada yang menggelitik perasaan saat membaca tulisan-tulisan yang masuk ke basket penyelaras bahasa. Barangkali karena sudah terbiasa membaca tulisan-tulisan rekan reporter dari dulu, timbul kepekaan saya terhadap bahasa yang mereka gunakan.
Salah satu hal yang menggelitik itu adalah ketika membaca tulisan yang penggunaan katanya berlebihan. Kata almarhum Anton Moeliono, kata-katanya lewah. Berlebihan.
Saya kerap menemukan frasa (gabungan kata) yang digunakan dalam kalimat yang sesungguhnya berlebihan. Editor atau penyunting yang sering membaca laporan reporter, saya kira, pernah menemukan frasa hal yang sama juga... atau peristiwa yang sama juga... dalam struktur kalimat.
Contoh berikut menunjukkan hal itu.
1. Dalam menyambut bulan suci Ramadhan, banyak kegiatan dilakukan di masjid-masjid, misalnya berbagi takjil. Hal yang sama juga dilakukan beberapa organisasi kemasyarakatan, seperti yang terlihat di pinggir jalan menjelang berbuka puasa.
2. Longsor yang terjadi di Bandung Barat itu disebabkan oleh penebangan pohon-pohon secara serampangan. Peristiwa yang sama juga terjadi di beberapa belahan wilayah Indonesia.
Frasa hal yang sama juga dan peristiwa yang sama juga biasanya digunakan untuk menjelaskan bahwa peristiwa yang disebut pertama dalam kalimat juga terjadi dalam kalimat berikutnya. Posisinya bisa di awal paragraf, bisa juga di tengah paragraf.
Jika di awal paragraf, pernyataan sudah dituliskan reporter di paragraf sebelumnya. Jika di tengah paragraf, pernyataan dituliskan reporter di awal kalimat.
Frasa hal yang sama mengandung arti ’sesuatu yang tidak berbeda dengan sesuatu yang sebelumnya’. Demikian pula frasa peristiwa yang sama juga mengandung arti ’peristiwa yang tidak berbeda dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya’.
Kata ”juga” dapat dihilangkan tanpa mengaburkan arti kalimat yang tersusun dari frasa ”hal yang sama ...” atau ”peristiwa yang sama ...”.
Jika mencermati makna frasa tersebut, mestinya kata juga, yang berarti ’sama atau serupa halnya dengan yang lain atau yang tersebut dahulu’ (silakan cek di Kamus Besar Bahasa Indonesia), tidak perlu disebutkan lagi.
Dengan kata lain, kata juga dapat dihilangkan tanpa mengaburkan arti kalimat yang tersusun dari frasa hal yang sama... atau peristiwa yang sama.... Kita bisa menyederhanakan frasa tersebut dengan menghilangkan satu kata. Hal ini sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik, hemat kata.
Maka, perbaikan kalimat contoh di atas adalah sebagai berikut.
1. Dalam menyambut bulan suci Ramadhan, banyak kegiatan dilakukan di masjid-masjid, misalnya berbagi takjil. Hal yang sama dilakukan beberapa organisasi kemasyarakatan, seperti yang terlihat di pinggir jalan menjelang berbuka puasa.
2. Longsor yang terjadi di Bandung Barat itu disebabkan oleh penebangan pohon-pohon secara serampangan. Peristiwa yang sama terjadi di beberapa belahan wilayah Indonesia.
Tampak bahwa penghilangan kata juga tidak menyebabkan makna kalimat tersebut berbeda. Malah menghemat, walaupun satu kata, sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik.