Hanya saja, kita perlu mewaspadai ekspresi politik mereka.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Kelas menengah di Indonesiatengah mengalami perubahan. Semua pihak perlu mencermati ekspresi mereka dan dampak perubahan tersebut.
Kelas menengah di Indonesia sulit menjadi orang kaya. Ada kesenjangan sisa gaji per bulan antara kelas menengah dan kelas kaya usia produktif (15-64 tahun) di tahun 2021. Sisa gaji warga kelas atas Rp 1,59 juta per orang per bulan, yang nilainya setara dengan 3,64 kali lebih besar dari warga kelas menengah. Rata-rata sisa gaji kelas menengah dalam satu tahun 2021 senilai Rp 435.888 tidak banyak uang yang bisa ditabung dan diinvestasikan. Kondisi ini menyulitkan kelas menengah yang jumlahnya 38,5 juta jiwa (20,7 persen dari penduduk Indonesia) sulit naik kelas menjadi orang kaya (Kompas, 26/2/2024).
Kita dengan mudah bisa membayangkan apa yang tengah terjadi dengan mereka. Perbincangan tentang gaji yang tidak cukup sering kali terdengar ketika bertemu mereka. Tekanan kesulitan membeli properti karena harga properti telah sangat mahal dan tekanan karena harus menanggung generasi sebelumnya juga menjadi masalah bagi mereka.
Kita perlu mencermati ekspresi mereka ketika merespons tekanan dan perubahan tersebut. Mereka tentu akan mencari jalan keluar untuk membuat mereka setidaknya bertahan di tengah tekanan ekonomi tersebut. Kita beruntung sejauh ini ekspresi mereka ke arah yang positif. Mereka telah beralih dari kebiasaan menabung ke investasi. Mereka berbeda dengan generasi sebelumnya yang gemar menabung menjadi gemar berinvestasi. Mereka paham bahwa imbal hasil investasi lebih baik dibandingkan mendiamkan uang di tabungan.
Mereka telah mengubah aktivitas ekonomi dari ekonomi berbasis kepemilikan barang menjadi ekonomi berbasis pengalaman (experience). Kelas menengah ini gemar datang ke acara konser, menonton film, mendatangi acara olahraga, dan lain-lain. Mereka mau mengeluarkan uang untuk keperluan itu. Tidak sedikit generasi sebelumnya mencela aktivitas ini dengan menyebut sebagai pemborosan. Padahal, di negara lain aktivitas ini sudah digolongkan sebagai ekonomi baru. Kini sebenarnya aktivitas tersebut bergantung pada pemerintah untuk menjadi penggerak ekonomi masa depan.
Hanya saja, kita perlu mewaspadai ekspresi politik mereka. Mereka mungkin saja kecewa dengan generasi sebelumnya karena menilai beban saat ini akibat perilaku generasi sebelumnya. Hasil pemilihan umum yang lalu apabila diteliti mendalam mungkin saja mengonfirmasi ekspresi-ekspresi mereka.
Jalan keluar yang bisa ditempuh adalah membuka lapangan kerja bagi mereka yang masih menganggur. Lapangan kerja yang membesar akan mengurangi tekanan masalah secara umum. Pemerintah juga perlu menggerakkan ekonomi baru yang bisa mengembangkan kelompok menengah. Ekonomi lama mulai menunjukkan tidak bisa lagi memenuhi keinginan dan juga kebutuhan mereka. Semua ini membutuhkan kreativitas, baik pemerintah maupun pengusaha.