Apa pun hasil tim ”Garuda”, kita tetap harus mengoptimalkan kompetisi sebagai sendi utama prestasi.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Hasil laga kedua tim nasional Indonesia menerbitkan asa untuk mewujudkan target lolos ke 16 besar Piala Asia 2023. Kemenangan tipis 1-0 atas rival sesama Asia Tenggara, Vietnam, berbuah tiga poin yang sungguh penting bagi tim ”Merah Putih”. Harapan spontan melambung selepas laga pertama melawan Irak yang berakhir dengan kekalahan 1-3.
Bagi Indonesia, kemenangan atas Vietnam bermakna ganda dari sisi optimisme dan kepercayaan diri. Pertama, ini mengakhiri rekor buruk head to head Indonesia dengan Vietnam, yang tak pernah menang pada empat duel sebelumnya. Dari keempat laga itu, Indonesia kalah dua kali dan seri dua kali.
Kedua, kemenangan atas Vietnam menghapus catatan negatif laga kedua di Piala Asia, yang selalu berujung kekalahan. Hasil positif ini mengakhiri sindrom partai kedua sekaligus mempertahankan performa positif tim Merah Putih di fase grup, yang selalu meraih satu kemenangan (Kompas.id, 20/1/2024).
Namun, perjuangan dan kerja keras belum berakhir. Dari waktu ke waktu, seiring dengan popularitas sepak bola di tengah masyarakat kita, dan sejalan dengan tuntutan prestasi yang tak pernah mengendur, tim asuhan Shin Tae-yong perlu terus mengukir prestasi di kancah internasional.
Laga versus Jepang pada Rabu (24/1/2024) menjadi ajang efektif untuk mengukir prestasi baru. Andai kita menahan seri Jepang, untuk kali pertama Indonesia mengemas empat poin di fase grup sejak penampilan di Piala Asia Uni Emirat Arab 1996. Akan makin bersejarah jika menang atas Jepang, Indonesia mengemas enam poin.
Mungkinkah kita mengimbangi atau mengalahkan Jepang? Semua masih bisa terjadi. Pada laga kedua, Jepang sebagai salah satu favorit juara, seiring ranking dunia di tangga ke-17 atau yang tertinggi di Asia, kalah 1-2 dari Irak. Pada laga pertama, walau akhirnya menang 4-2, Jepang sempat tertinggal 1-2 dari Vietnam hingga ujung babak perdana.
Selain Jepang, Korea Selatan yang juga unggulan pun menjalani laga tak mudah melawan Jordania, Jumat (20/1). Meski mengakhiri pertandingan dengan skor 2-2, Korsel yang ditangani Pelatih Juergen Klinsmann (Jerman) tertinggal 1-2 dari Jordania hingga injury time babak kedua.
Artinya, tim elite Asia juga tak bisa bermain serba santai. Setiap saat, tim kuda hitam, seperti Jordania, terbukti bisa menyulitkan Korsel. Indonesia, yang jelas bukan unggulan, juga berpeluang menyulitkan tim ”Samurai Biru”. Tersedia waktu 2 x 45 menit untuk membuktikan bahwa Indonesia bukan kesebelasan kacangan di Asia.
Selamat berjuang, Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan. Dua laga perdana Piala Asia 2023 telah membuktikan bahwa tim Merah Putih mempersembahkan yang terbaik. Bagi PSSI sebagai federasi, tugas pasca-Piala Asia sudah jelas: wujudkan kompetisi profesional berjenjang demi prestasi.