India menyelidiki dugaan perdagangan orang di balik pesawat misterius pengangkut 303 warganya. Kejahatan transnasional kini makin kompleks dan canggih.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Mungkin kebetulan saja, terbongkarnya pesawat carteran pengangkut warga India itu hampir bersamaan waktu dirilisnya film India bertema serupa, Dunki, yang dibintangi Shah Rukh Khan. Film drama komedi ini bercerita tentang modus imigrasi ilegal, yang kerap diistilahkan ”penerbangan keledai”(donkey flight) atau ”rute keledai”(donkey route).
Pada Kamis (21/12/2023), hari dirilisnya film itu, aparat Perancis menahan pesawat misterius—tak ada tanda apa pun di badan pesawat—saat mengisi bahan bakar di Bandara Vatri, timur Paris. Pesawat ini mengangkut 303 orang India, termasuk 11 anak-anak tanpa didampingi orangtua dan seorang bayi, dari Fujairah, Uni Emirat Arab, menuju Nikaragua.
Seperti diberitakan, dari pemeriksaan empat hari di Bandara Vatri, aparat tak menemukan bukti dugaan perdagangan orang, seperti informasi awal. Pesawat misterius itu pun dilepas. Sebanyak 276 penumpang terbang bersama pesawat itu, mendarat di Mumbai, India, Selasa (26/12/2023). Sementara 25 penumpang lain, lima di antaranya ialah anak-anak, meminta suaka di Perancis. Dua orang lain dalam status antara saksi dan terdakwa (assisted witness) kasus penyelundupan orang.
Hingga sepekan setelah dibongkar, kasus pesawat misterius itu masih diselimuti kabut teka-teki. Siapa dan apa latar belakang 303 orang menumpang pesawat itu, mengapa ada anak-anak tanpa didampingi orangtua, apakah mereka terbang atas kehendak sendiri—seperti pengakuan dalam pemeriksaan di Perancis—ataukah mereka korban perdagangan orang. Begitu pula, siapa sebenarnya penyewa pesawat carteran itu.
Pejabat Departemen Investigasi Kejahatan Gujarat, India, kepada The Indian Express (27/12/2023), mengungkapkan, dari pemeriksaan 21 orang di antara mereka asal Gujarat, diketahui mereka dijanjikan masuk AS lewat ”rute keledai” via Meksiko setelah mendarat di Nikaragua. Ada bukti awal dugaan imigrasi ilegal, yang mengarah kasus penyelundupan orang.
Namun, keberadaan 11 anak-anak tanpa didampingi orangtua—lima di antaranya termasuk yang meminta suaka di Perancis—mencurigakan. India sedang menyelidiki pula, apakah ada janji-janji yang diingkari agen pengirim mereka. Hal ini bisa jadi indikasi awal soal dugaan perdagangan orang.
Kemiskinan, persekusi, hingga bencana alam akibat perubahan iklim memicu maraknya kasus itu. Dari India, menurut data badan imigrasi AS, jumlah orang India yang masuk AS secara ilegal melonjak tiga kali lipat, tiga tahun terakhir: 96.917 orang ditangkap, Oktober 2022-September 2023, melonjak dari tiga tahun sebelumnya 30.662 orang.
Sambil menanti titik terang penyelidikan aparat India dan Perancis, kasus itu mesti jadi alarm bagi kita. Betapa kini pintu kejahatan transnasional makin kompleks dan canggih, termasuk dengan modus mencarter satu pesawat, tidak hanya lewat pelayaran seperti yang selama ini kerap terungkap.