Di antara 303 penumpang terdapat seorang bayi dan 11 anak-anak. Kecuali bayi, seluruh anak itu terbang tanpa orangtua.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
Otoritas Perancis mulai menyidang dua orang yang diduga terlibat tindak pidana perdagangan orang. Persidangan mulai Senin (25/12/2023) itu kelanjutan penahanan pesawat sewaan yang menuju Nikaragua.
Para tersangka ada dalam Airbus A340 yang dioperasikan perusahaan Romania, Legend Airlines. Pesawat sewaan itu ditahan aparat Perancis kala sedang mengisi ulang bahan bakar di Bandara Vatry, Champagne.
Kota itu terletak 150 kilometer di timur Paris. Bandara Vatry dijadikan lokasi transit pesawat yang terbang dari Fujairah, Uni Emirat Arab, menuju Managua, Nikaragua, itu.
Pengacara Legend Airlines, Liliana Bakayoko, menyangkal pesawat itu menuju Nikaragua. Menurut dia, pesawat itu menuju Mumbai, India.
Sayangnya, keterangan itu tidak selaras dengan rute penerbangan. Jika menuju Mumbai, seharusnya pesawat mengarah ke tenggara Fujairah. Faktanya, pesawat malah menuju ke Champagne yang terletak di barat laut Fujairah.
Bakayoko juga menyangkal Legend Airlines dan 15 awak pesawat terlibat dalam sindikat TPPO. Maskapai itu hanya menyediakan pesawat dan awaknya. Soal tujuan penerbangan dan verifikasi para penumpang diserahkan ke penyewa. Penahanan oleh Perancis disebutnya mempermalukan maskapai.
Seluruh awak pesawat diperiksa di Bandara Vatry oleh otoritas setempat. Pemeriksaan mereka selesai pada Minggu. Karena itu, sejumlah orang menyebut pesawat sewaan itu bisa diizinkan meninggalkan Champagne.
Menurut Bakayoko, mayoritas penumpang akan kembali menaiki pesawat itu. Masalahnya, Bakayoko mengklaim pesawat menuju Mumbai, sementara sebagian penumpang berkeras meminta diterbangkan ke Nikaragua.
Petunjuk anonim
Penahanan pesawat diikuti penyelidikan itu bermula dari petunjuk sumber anonim ke aparat Perancis. Sumber itu menyebut, ada pesawat pengangkut korban TPPO yang akan singgah di Vatry. Karena itu, alih-alih mengizinkan pesawat melanjutkan penerbangan, aparat Perancis menahan lalu memeriksa penumpang serta awak pesawat.
Seluruh 303 penumpangnya warga India. Aparat menemukan seorang bayi dan 11 anak-anak di dalam pesawat. Kecuali bayi, seluruh anak itu terbang tanpa orangtua.
Pemeriksaan darurat dilakukan di Bandara Vatry. Selama pemeriksaan, sejumlah penumpang meminta suaka ke Perancis. Sebagian lagi berkeras diizinkan segera menuju Nikaragua.
Jaksa Annick Browne yang memimpin penyelidikan itu belum merinci lebih lanjut kasus tersebut. Sementara ini, dua orang diduga menjadi bagian sindikat TPPO yang menerbangkan orang-orang di pesawat itu. Browne menolak berkomentar apakah para penumpang pesawat itu hanya akan transit pula di Nikaragua.
Ada dugaan, tujuan akhir para penumpang adalah Amerika Serikat. Sepanjang 2023, AS mencatat lonjakan imigran ilegal dari India. Dari 18.308 orang di tahun sebelumnya, AS menangkap 42.000 imigran ilegal asal India sepanjang 2023.
Seperti imigran dari negara-negara lain, para imigran India itu masuk ke AS lewat Meksiko. Sebelum ke Meksiko, para imigran itu melewati sejumlah negara Amerika Latin, termasuk Nikaragua.
AS memasukkan Nikaragua sebagai salah satu negara yang diawasi. Sebab, Nikaragua dianggap gagal memenuhi standar minimum untuk menghapuskan perdagangan manusia.
Nikaragua kerap digunakan sebagai batu loncatan migrasi ke AS. Sebagian orang itu menaiki pesawat sewaan menuju Nikaragua.
Sidang kilat
Otoritas Perancis berusaha secepatnya menyelesaikan kasus itu. Caranya, antara lain, dengan menjadikan Bandara Vatry sebagai lokasi penampungan sementara bagi para penumpang.
Bandara itu juga menjadi lokasi pemeriksaan. Hukum Perancis memungkinkan otoritas lokal menahan orang asing hingga empat hari tanpa perintah pengadilan. Penahanan terhadap orang yang diduga terlibat kejahatan itu dapat dilakukan di lokasi transit.
Penahanan dapat diperpanjang hingga delapan hari lagi. Akan tetapi, penahanan lanjutan harus atas putusan hakim. Jika hakim memandang ada dasar kuat untuk penyelidikan lebih lanjut, maka penahanan diteruskan. Jika tidak ada dasar kuat, maka orang tersebut harus dibebaskan.
Dalam kasus itu, persidangan awal dihentikan. Ketua Asosiasi Pengacara Châlons-en-Champagne, Francois Procureur, memprotes prosedur pemeriksaan itu. Menurut Procureur, persidangan sejenis belum pernah dilakukan. Selain itu, para penumpang dinyatakan tidak diberitahu hak hukum mereka. (AP/AFP)