Terdapat dua bentuk afiksasi ”me-” pada kata kerja dasar suku tunggal dengan konsonan rangkap. Dalam kasus ini, aturan pengekalan dapat dipakai agar tidak terjadi ketidakkonsistenan seperti terdapat dalam KBBI.
Oleh
YANWARDI
·2 menit baca
Dalam data pemakaian bahasa, melalui pencarian di Google dan survei terbatas, ditemukan kata mengeklik dan mengklik, dari bentuk dasar klik yang mendapat imbuhan me-. Kamus Besar Bahasa Indonesia alias KBBI memilih mengeklik sebagai bentuk yang baku. Namun, untuk gejala yang sama, KBBI memilih menskors, bukan mengeskors.
Tulisan ini akan membahas secara khusus gejala kebahasaan yang terjadi dalam pengimbuhan (afiksasi) di antara awalan me- dan kata dasar bersuku tunggal yang berawal kluster (konsonan rangkap). Kata dasar jenis ini umumnya berasal dari bahasa asing dan tidak banyak jumlahnya, misalnya klik, klaim, blok, drop, plot, skor, skors, dan smes.
Dari data kebahasaan di Google dan survei terbatas serta KBBI sebagai pelengkap, ditemukan kata turunan mengeklik-mengklik; mengeklaim-mengklaim; mengeblok-memblok; mengedrop-mendrop; memplot; menskor; menskors; dan mensmes. Khusus untuk data mensmes, hanya muncul dalam KBBI.
Tampak ada perbedaan gejala (morfofonemik) untuk kata dasar klik, klaim, blok, dan drop yang memunculkan dua jenis morfofonemik, yakni menge- vs meng- , menge- vs mem-, dan menge- vs men-. Sebagai catatan, KBBI kini menyatakan bentuk yang baku adalah yang memakai menge-: mengeklik, mengeklaim, mengeblok, dan mengedrop, meskipun data yang lebih banyak muncul dalam pemakaian di masyarakat adalah mengklik, mengklaim, memblok, dan mendrop.
Pengekalan
Untuk kata dasar lainnya, plot, skor, skors, dan smes, sistem morfofonemiknya adalah pengekalan atau tidak luluh, seperti dalam afiksasi me- + kata dasar bersuku kata lebih dari satu yang berawal kluster (mengkritik, mempraktikkan, menstabilkan). Dari data Google dan hasil survei, morfofonemik semua kata dasar bersuku tunggal yang diawali dengan kluster ini selalu mengambil aturan pengekalan.
Simpulan ini lebih komprehensif, tidak parsial, dan mewakili daripada ”aturan” yang menyatakan sistem morfofonemik me- + kata dasar bersuku tunggal berawal kluster adalah menge-.
Bahkan, dalam kasus yang memunculkan dua jenis morfofonemik tersebut, jumlah atau frekuensinya lebih banyak yang jenis pengekalan daripada morfofonemik yang memunculkan menge-. Yang terakhir ini terjadi bukan dalam pengimbuhan di antara me- + kata dasar, melainkan hasil simulfiksasi dahulu, seperti sate-nyate dan kopi-ngopi, baru pengimbuhan.
Sebab itu, dengan berangkat dari fakta dan kecenderungan data yang hidup, untuk menyimpulkan sistem morfofonemik afiksasi me- + kata dasar bersuku tunggal berawal kluster, saya menganalisis ”hanya” data mengklik; memblok; mendrop; memplot; menskor; menskors; dan mensmes.
Dari data itu, tampak bahwa sistem morfofonemiknya adalah pengekalan bunyi (fonem) awal kata dasar atau tidak luluh bunyi awalnya. Sementara itu, bunyi nasal (sengau) yang muncul sesuai (homorgan) dengan fonem atau bunyi awal kata dasarnya.
Simpulan ini lebih komprehensif, tidak parsial, dan mewakili daripada ”aturan” yang menyatakan sistem morfofonemik me- + kata dasar bersuku tunggal berawal kluster adalah menge-. Terbukti, KBBI pun tidak dapat menerapkannya, misalnya pada skor dan skors. Bahkan, KBBI merekam kedua bentuk tersebut menjadi menskor dan menskors, yang justru memperkuat ”aturan” pengekalan. Jadi, tampak bahwa KBBI tidak konsisten.
Aturan morfofonemik pengekalan sebagaimana dikemukakan pada paragraf sebelumnya akan lebih relevan jika sesuai dengan data. Pada gilirannya, ”aturan” ini lebih komprehensif menjangkau gejala morfofonemik pengimbuhan di antara awalan me- + kata dasar bersuku tunggal berawal kluster, tidak hanya klik, klaim, blok, dan drop. Tidak ada pula ketidakajekan, seperti yang tampak pada KBBI: mengeklik dan menskors.