Ingatlah ”people needs people”. Setiap pribadi membutuhkan orang lain untuk mengatasi berbagai masalah dalam hidupnya.
Oleh
JEDIDIAH DONNIAR YAJNAVIDO
·4 menit baca
Pada periode Januari-Juni 2023, Polri mencatat 663 kasus bunuh diri di Indonesia. Angka ini meningkat sebanyak 36,4 persen dibandingkan dengan tahun 2021 (486 kasus). Kasus-kasus ini didominasi oleh penderita gangguan kesehatan mental, korban kekerasan dalam rumah tangga, perundungan, dan kekerasan seksual.
Diskoneksi, karya kolaborasi antara Into The Light Indonesia, Awi Chin, dan Yuu Sasih, berusaha mengangkat isu kesehatan mental dan percobaan bunuh diri melalui pendekatan yang tidak biasa. Buku ini mengeksplorasi pengalaman nyata penyintas percobaan bunuh diri melalui wawancara yang telah dilakukan tim Into The Light Indonesia via video call, kemudian merangkai kisah-kisah mereka dalam format novel. Sederhananya, buku ini merangkum kisah nyata yang dilengkapi dengan unsur-unsur fiksi untuk menambahkan dimensi naratif yang kuat. Harapannya, pembaca dapat lebih mudah meresapi pengalaman pribadi penyintas percobaan bunuh diri.
Tema utama yang diangkat buku ini tentang kesehatan mental, dengan pesan penting bahwa bunuh diri bukanlah isu yang sepele, dan perihal kesehatan mental harus ditanggapi serius. Melalui narasi yang menggugah, pembaca diajak untuk mendekati subyek ini dengan empati dan keprihatinan besar, sambil memberi ruang untuk menginterpretasikan kisah-kisah yang diceritakan dalam buku ini dengan preferensi pribadi.
Tema utama yang diangkat buku ini tentang kesehatan mental, dengan pesan penting bahwa bunuh diri bukanlah isu yang sepele, dan perihal kesehatan mental harus ditanggapi serius.
Diskoneksi diterbitkan untuk menjadi pengingat bahwa ”people needs people”. Setiap pribadi membutuhkan orang lain untuk mengatasi berbagai masalah dalam hidupnya. Pesan implisit ini disampaikan lewat tokoh utama buku ini, yaitu Atma, seorang mahasiswa teknik informatika semester delapan yang sedang menyusun skripsi, sekaligus part-timer penyiar radio di Zen FM.
Kisah berawal ketika Atma usai melakukan siaran malam, tiba-tiba telepon berdering. Ketika diangkat, terdengar tangis seorang wanita yang berkata ingin mengakhiri hidupnya dengan minum cairan pembersih ruangan. Belum sempat Atma bertanya tentang keadaan wanita tersebut, tiba-tiba telepon terputus, meninggalkan Atma dalam kondisi terkejut dan bingung.
Setelah kejadian itu, Atma dihantui telepon-telepon asing yang tidak diketahui identitasnya, menceritakan kesaksian mereka saat hampir bunuh diri. Anehnya, setiap Atma menerima telepon-telepon asing tersebut, waktu berhenti, tak ada satu pun orang lain mendengar dering telepon radio, seakan-akan Atma hanya sedang berhalusinasi.
Melalui kisah Atma via telepon mendengarkan berbagai cerita orang asing yang melakukan percobaan bunuh diri, buku ini mengibaratkan Atma sebagai perwujudan Line 505. Konon, ketika seseorang sedang mengalami masalah yang sampai membuatnya ingin mengakhiri hidupnya, ia akan mendapat telepon dari Line 505, yakni sosok yang bersedia hadir untuk mendengarkan keluh kesah semua orang tanpa ada intensi untuk menghakimi sedikit pun.
Selain bercerita tentang Atma menjadi Line 505, Diskoneksi juga menceritakan kehidupan pribadi Atma beserta dinamika di dalamnya. Cerita tentang kehidupan keluarga, studi, karier, dan asmara Atma memiliki benang merah satu sama lain, yang pada akhirnya membentuk beberapa plot twist yang cukup mengejutkan.
Sasaran utama buku ini adalah masyarakat umum, khususnya yang berusia di atas 18 tahun, yang secara mental sudah dapat mencerna secara bijaksana isi buku yang dalam beberapa bagian dikatakan cukup mengganggu.
Diskoneksi memiliki aspek fisik yang mencolok dengan sampul yang berwarna kuning dan merah, dengan ilustrasi radio dan tangan yang terlilit kabel sedang memegang gagang telepon, yang tentu akan lebih masuk akal ketika isi bukunya sudah dibaca tuntas. Dalam beberapa halaman juga terdapat ilustrasi berupa gambar hitam putih yang membantu pembaca untuk membayangkan lebih jelas cerita pengalaman dari sudut pandang penyintas.
Diskoneksi memiliki banyak keunggulan, salah satunya adalah pendekatan unik dalam menyajikan kesaksian nyata melalui fiksi. Pendekatan ini tidak hanya membantu pembaca lebih mudah meresapi isi cerita, tetapi juga melindungi identitas penyintas dari stigma yang mungkin diberikan kepada mereka.
Peringatan konten
Di bagian awal buku ini juga terdapat trigger warning atau peringatan konten bagi pembaca karena beratnya topik yang diangkat. Selain dari cerita utama, buku ini memiliki nilai tambah yang berharga. Di akhir setiap bab (dalam buku ini disebut ’bagian’), penulis menyisipkan pesan berupa e-mail spam dari help@505center.com (akun e-mail fiksi) berupa tips dan saran yang saling terhubung dengan cerita penyintas yang telah diceritakan di halaman sebelumnya.
Sebagai contoh, dalam bagian satu terdapat kisah seorang mahasiswi yang sedang mendapat tekanan dari orangtua, yang hampir tewas karena overdosis obat dan minum cairan pembersih ruangan. Pesan yang diberikan oleh penulis di akhir bagian berfokus pada bagaimana seharusnya seorang anak bersikap terhadap orangtua yang mungkin melakukan kekerasan verbal atau fisik terhadap anak-anak mereka.
Pendekatan ini tidak hanya membantu pembaca lebih mudah meresapi isi cerita, tetapi juga melindungi identitas penyintas dari stigma yang mungkin diberikan kepada mereka.
Namun, sama seperti buku lainnya, Diskoneksi juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satu perhatian utama adalah adanya beberapa penulisan narasi dan dialog yang tidak sesuai dengan PUEBI. Beberapa dari ini mungkin disengaja untuk menambah nuansa natural dalam percakapan dan menyesuaikan dengan gaya bicara generasi Z. Namun, pada akhirnya, ini lebih banyak membingungkan dan terkesan berantakan.
Selain itu, ending buku ini cenderung menggantung sehingga beberapa pertanyaan besar tentang bagaimana bisa Atma mendapatkan telepon asing, apakah telepon tersebut nyata atau hanya khayalan Atma, dan apa yang terjadi selanjutnya pada hidup Atma, keluarganya, serta hubungan asmaranya dengan Jessica, tetap tak terjawab dengan jelas.
Secara keseluruhan, Diskoneksi merupakan sebuah karya yang berhasil mengangkat isu kesehatan mental melalui narasi yang sarat pesan. Membawa pembaca masuk ke dalam kisah perjuangan para penyintas percobaan bunuh diri.
Meskipun memiliki beberapa kelemahan, Into The Light, Awi Chin, dan Yuu Sasih tetap berhasil memberi panduan berharga tentang pentingnya mendukung sesama yang sedang berjuang melawan keinginan bunuh diri, serta memberikan bantuan yang diperlukan dalam bentuk apa pun.