Masa remaja memang merupakan masa yang sulit. Pertumbuhan fisik terjadi secara nyata, tetapi kematangan jiwa sering kali terlambat. Remaja menjadi bingung menghadapi kenyataan hidup di sekitarnya.
Oleh
SAMSURDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Saya mempunyai dua anak remaja, yang pertama laki-laki usia 18 tahun dan yang kedua perempuan usia 15 tahun. Keduanya masih siswa SMU. Anak saya yang pertama cukup dekat dengan saya. Sebagai ibu, saya sering berkomunikasi dengan dia dan tampaknya dia juga bersedia menceritakan kesehariannya dengan saya.
Agak berbeda dengan anak saya yang perempuan. Dia lebih suka diam dan jarang bercerita tentang keadaan sekolah atau teman-temannya. Prestasi sekolah keduanya memadai. Belakangan ini anak saya yang perempuan pulang sekolah lebih banyak di kamarnya. Saya mencoba mendatangi dan mengajaknya berbicara, tetapi dia menyambutnya secara dingin dengan mengatakan semua baik-baik saja.
Suatu hari telepon genggam anak perempuan saya tertinggal di rumah ketika dia sekolah. Saya tergoda membuka teleponnya. Saya sungguh terkejut membaca isi Whatsapp-nya ke sahabatnya. Ternyata selama ini dia merasakan kehidupan yang amat tidak bahagia. Dia ditinggalkan oleh teman prianya dan merasa benar-benar tidak berharga. Dia juga mengungkapkan bahwa orang tuanya, terutama bapaknya, lebih menyayangi kakaknya. Guru-gurunya menyebalkan dan ingin berhenti saja sekolah. Saya sungguh tak menyangka anak perempuan yang saya sayangi dalam keadaan yang menderita.
Sewaktu kecil saya berusaha hidup lebih mandiri karena orangtua saya bukanlah orang berada. Pulang sekolah saya membantu ibu mengerjakan rumah tangga. Saya belajar malam hari dan berusaha mencapai prestasi yang baik di sekolah karena ingin masa depan saya lebih baik. Keadaan keuangan kami sekarang ini termasuk lumayan. Semua kebutuhan anak-anak biasanya dapat kami penuhi. Anak perempuan saya penggemar artis Korea. Dia senang membeli atribut-atribut yang berkaitan dengan artis tersebut. Saya berusaha memenuhinya, tetapi suami saya pernah menegurnya agar dia dapat hidup lebih hemat.
Sebagai ibu, saya merasa bingung. Rasanya kami sudah berusaha memberi yang terbaik untuk anak-anak. Namun, ternyata saya tak berhasil membahagiakan anak perempuan saya. Belakangan ini saya membaca banyak tindakan menyakiti diri di kalangan remaja. Bahkan, ada yang bunuh diri. Saya menjadi amat khawatir dan ingin sekali agar anak perempuan saya dapat keluar dari situasi sekarang, dapat hidup optimistis dan gembira. Apa yang harus saya lakukan? Apakah saya harus membawa anak perempuan saya ke psikiater? Saya amat khawatir anak tersebut akan nekat karena merasa beban hidup dunia ini terasa berat. Mohon saran dokter. Terima kasih.
S di S
Masalah kesehatan jiwa di kalangan remaja sekarang sedang mendapat perhatian para pakar. Di Indonesia, sekitar 20 persen remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa, baik ringan maupun berat. Kita sering lebih memperhatikan kesehatan fisik remaja, tetapi mungkin kurang peduli atau tidak mampu melihat suasana hati remaja kita.
Anda tak sendiri, banyak orangtua yang mengeluhkan perilaku anak mereka. Orangtua banyak yang tak mengerti mengapa anak mereka yang sewaktu kanak-kanak penurut dan pintar, saat remaja menjadi pembangkang dan kehilangan arah. Nasihat orangtua tidak didengar dan remaja lebih dekat dengan teman sebaya mereka.
Dukungan keluarga
Pertumbuhan jiwa remaja seperti juga pertumbuhan fisiknya, banyak dipengaruhi keadaan keluarga. Makanan yang cukup, tidur cukup, serta kesempatan sekolah merupakan kebutuhan remaja. Mereka juga ingin bermain, berkawan, dan mempunyai pengalaman baru. Lingkungan teman amat memengaruhi mereka. Remaja dengan lingkungan teman yang berpengaruh positif akan mendapat manfaat dari teman-temanya itu. Sebaliknya, tak sedikit remaja yang terjerumus karena lingkungan pergaulan yang kurang baik.
Orangtua harus pandai melatih anak untuk mempunyai teman yang baik. Orangtua juga perlu mengingatkan remaja bahwa dunia luar tak selalu sama dengan suasana keluarga. Keluarga menyayangi dan mendukung remaja, tetapi di dunia luar ada kalanya remaja terjebak ke dalam situasi yang menjerumuskannya. Penanaman nilai-nilai dan budaya dalam keluarga berpengaruh kuat dalam tumbuh kembang remaja.
Masa remaja memang merupakan masa yang sulit. Pertumbuhan fisik terjadi secara nyata, tetapi kematangan jiwa sering kali terlambat. Remaja menjadi bingung menghadapi kenyataan hidup di sekitarnya.
Orangtua sekarang banyak yang sibuk bekerja. Remaja membutuhkan teman untuk diajak bicara. Namun, mungkin karena kesibukan kerja, ayah ataupun ibu kurang tampak tulus menyediakan waktu untuk remaja mereka. Di banyak keluarga makan bersama sudah jarang terjadi.
Saya setuju anak Anda mungkin membutuhkan dukungan profesional psikolog atau psikiater. Namun, cobalah berusaha mendekati lagi. Kakaknya juga perlu diajak berkomunikasi dengan adiknya. Suami Anda harus menyediakan waktu dan memperlihatkan kepedulian kepada anak perempuannya. Anak perempuan Anda menyembunyikan masalahnya dari ayah dan ibunya. Mungkin saja dia malu atau mungkin merasa ayah dan ibunya tak akan dapat menyelesaikan masalahnya.
Masa remaja memang merupakan masa yang sulit. Pertumbuhan fisik terjadi secara nyata, tetapi kematangan jiwa sering kali terlambat. Remaja menjadi bingung menghadapi kenyataan hidup di sekitarnya. Remaja yang jarang mendapat tantangan atau kesulitan cenderung lebih mudah menyerah. Sewaktu kecil Anda merupakan remaja yang tangguh, sering menghadapi kesulitan dan tantangan, yang menjadikan Anda menjadi lebih tegar dan siap menghadapi masalah.
Lingkungan hidup remaja sekarang berbeda dengan lingkungan hidup Anda dulu. Dulu mungkin pengaruh media sosial belum banyak. Sekarang remaja amat terpengaruh media sosial, di samping teman sebaya mereka. Orangtua harus bersaing mendekati anak mereka agar dapat tetap berkomunikasi dengan baik. Jika terlambat, remaja akan direbut oleh teman sebaya, bahkan juga oleh media sosial.
Setiap keluarga perlu memperhatikan remaja agar dapat memberikan dukungan. Masih banyak orangtua yang mengharapkan anak mereka patuh dan rajin belajar seperti mereka dulu. Padahal, situasi remaja sekarang jauh berbeda dengan dulu.
Orangtua perlu memahami kesulitan remaja sekarang, bukan hanya kesulitan keuangan, kesulitan dalam belajar, banyak remaja yang kurang memahami diri mereka. Mereka tak tahu akan menjadi apa kelak. Mereka kurang keras berjuang untuk mencapai cita-citanya. Remaja sekarang mencoba mencari jalan pintas. Kalau perlu tak sekolah tinggi, tetapi cepat jadi miliuner. Memang ada remaja yang berhasil begitu, tetapi jumlahnya amat sedikit. Umumnya remaja harus tetap mendaki setapak demi setapak untuk mencapai cita-cita mereka. Kesulitan terbesar yang dihadapi oleh orangtua sekarang adalah bagaimana menjadi sahabat bagi remaja mereka. Semoga Anda berhasil mendukung remaja putri Anda dalam menghadapi kehidupannya.
Samsuridjal Djauzi, Dokter di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta