Peralihan dari industri berbasis tenaga manusia ke tenaga robot secara khusus juga perlu dipikirkan secara mendalam.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Penggunaan robot di dalam industri tak terelakkan lagi. Di negara maju, robot digunakan untuk menutup kekurangan tenaga kerja. Di negara berkembang untuk menghindari masalah perburuhan.
Pelaku usaha di sejumlah negara terus menggantikan manusia dengan robot. Sebagian pekerja mendukung peralihan itu sebab semakin sulit mencari karyawan untuk jenis pekerjaan tertentu. Separuh perusahaan Jerman kesulitan mencari pekerja. Pada Juni 2023 saja, 1,7 juta lowongan kerja di Jerman tidak terisi. Badan Ketenagakerjaan Jerman menyebut, pelibatan perempuan dan migran tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja Jerman. Pada 2035, Jerman akan kekurangan hingga 7 juta pekerja. Akibatnya, mereka menggunakan robot untuk mengisi kekurangan tenaga kerja (Kompas, 28/10/2023).
Isu robot sebenarnya bukanlah isu baru. Akan tetapi, dengan kemajuan di bidang teknologi digital dan secara khusus teknologi seluler, secara khusus teknologi 5G, maka operasi robot makin mudah dan biaya bisa ditekan. Teknologi 5G memungkinkan pengiriman data sangat cepat sehingga risiko keterlambatan pengiriman data atau informasi sangat kecil. Dampaknya, perintah atau instruksi pada mesin bisa dilakukan secara cepat tanpa ada penundaan.
Tidak mengherankan bila kita mudah mendapatkan layanan robot di restoran, di rumah sakit, dan di tempat perbelanjaan di sejumlah negara. Robot makin dekat dengan keseharian kita. Layanan pengantaran makanan di beberapa tempat sudah menggunakan robot. Rumah makan mungkin tinggal dijaga oleh satu atau dua orang saja.
Akan tetapi, penggunaan robot di negara berkembang masih menjadi perdebatan. Meski, beberapa industri sudah menggunakannya untuk menggantikan peran tenaga manusia. Alasannya, beberapa pengusaha mengatakan, mereka tidak mau lagi terbebani dengan masalah perburuhan sehingga mereka memilih robot untuk mengerjakan sejumlah pekerjaan di industri.
Di sisi lain jutaan orang menganggur masih mencari lowongan pekerjaan. Mereka tidak tertampung di sektor formal karena lowongan memang terbatas. Ekonomi yang lesu menyebabkan peluang tenaga kerja juga menurun dan bahkan menyebabkan pemutusan hubungan kerja bagi mereka yang sudah berada di dunia kerja.
Kompleksitas ini memunculkan dilema yang tidak ringan. Penggunaan robot secara tidak terkendali akan memunculkan masalah sosial karena pengangguran masih menjadi masalah. Akan tetapi, penggunaan robot yang merupakan anak kandung dari disrupsi tak terelakkan lagi.
Otoritas harus mencermati fenomena ini dan membuat langkah strategis. Penggunaan robot di beberapa industri sepertinya perlu didorong karena, semisal, memiliki risiko tinggi, penanganan medis, dan juga membutuhkan ketelitian tinggi. Di sisi lain, penggunaan robot di industri padat karya perlu dikendalikan.
Sebaliknya, inovasi dan pengembangan penggunaan robot harus terus dikembangkan dan dilakukan. Bila perlu, pemerintah malah memberi insentif karena pengembangan robot bakal menjadi isu masa depan. Peralihan dari industri berbasis tenaga manusia ke tenaga robot secara khusus juga perlu dipikirkan secara mendalam.