Dipicu masifnya edukasi dan transformasi digital, gen Z jadi kekuatan potensial dan mendominasi demografi investor individu di bursa saham kita, beberapa tahun terakhir.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Sebanyak 57,04 persen dari total 11,54 juta investor di pasar modal adalah generasi (gen) Z, dengan aset Rp 50,51 triliun per Agustus 2023 (Kompas, 6/10/2023). Porsi penguasaan aset gen Z masih sangat kecil dibandingkan dengan investor berusia 60 tahun ke atas yang, meskipun jumlahnya hanya 2,88 persen, menguasai Rp 896,44 triliun aset di pasar modal.
Namun, tren dominasi gen Z ini menggembirakan karena kehadiran mereka menunjukkan ada kesadaran tentang pentingnya berinvestasi sejak dini. Jika terus berlanjut, ini juga akan menjadi penopang penting pertumbuhan dan stabilitas pasar modal dan perekonomian nasional ke depan.
Gen Z adalah generasi terbesar di Indonesia, menurut Sensus Penduduk 2020, yakni 74,93 juta atau 27,94 persen dari total penduduk. Generasi kelahiran 1996-2012 ini telah atau segera memasuki usia produktif, dengan potensi pendapatan yang juga terus meningkat beberapa tahun ke depan.
Jumlah dan potensi mereka yang besar membuat gen Z jadi salah satu sasaran utama program perluasan basis investor domestik dan pendalaman pasar finansial di dalam negeri. Karakteristik gen Z yang sangat digitally savvy dan unik juga membuat kebutuhan investasi mereka berbeda dari generasi sebelumnya, dan ini yang harus bisa dibaca pihak otoritas.
Dari sisi demand, penguatan basis investor domestik dan pendalaman pasar selama ini dilakukan dengan meningkatkan jumlah investor baru, terutama investor ritel. Dari sisi supply, dengan menambah jumlah perusahaan atau emiten yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) di pasar modal.
Karakteristik gen Z yang sangat digitally savvy dan unik juga membuat kebutuhan investasi mereka berbeda dari generasi sebelumnya, dan ini yang harus bisa dibaca pihak otoritas.
Jumlah investor pasar modal sendiri, menurut PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, meningkat 36 kali dalam 10 tahun terakhir. Hal menggembirakan lainnya, pertambahan investor ini terjadi di banyak wilayah meski masih dominan di Jawa.
Dalam beberapa tahun terakhir, bursa saham kita menunjukkan kinerja relatif impresif di tengah turbulensi ekonomi global. Aktivitas perdagangan, sebagaimana tecermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), bergerak stabil, cenderung meningkat, dan mencatat rekor baru.
Demikian pula frekuensi transaksi harian, volume transaksi, kapitalisasi pasar, jumlah investor ritel, ataupun jumlah emiten baru dan aktivitas penawaran umum. Namun, harus diakui, kapitalisasi pasar kita tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara berkembang lain. Rasio kapitalisasi pasar terhadap produk domestik bruto kita per Juli 2023 hanya 49 persen, sementara China 58 persen, Malaysia 87 persen, Singapura 88 persen, Thailand 106 persen, dan India 106 persen.
Ini menunjukkan masih besarnya potensi investor yang belum digali di Indonesia. Edukasi dan penyediaan instrumen yang mempermudah masyarakat melakukan investasi dapat lebih menggairahkan bursa dan menggelontorkan likuiditas segar bagi perekonomian nasional. Dari sisi emiten juga harus diperluas karena selama ini masih didominasi perbankan.
Editor:
PAULUS TRI AGUNG KRISTANTO, ANTONIUS TOMY TRINUGROHO