Per Agustus 2023, investor individu berusia 30 tahun atau lebih muda mencapai 57,04 persen dari total 11,54 juta investor.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Generasi Z atau masyarakat kelompok usia di bawah 30 tahun mendominasi investor individu di pasar modal Indonesia. Fenomena ini tidak lepas dari masifnya edukasi dan transformasi digital institusi pendukung bursa.
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) melaporkan, per Agustus 2023, investor individu berusia 30 tahun atau lebih muda mencapai 57,04 persen dari total 11,54 juta investor dengan total aset Rp 50,51 triliun. Angka ini menurun dari jumlah mereka yang mencapai 59,22 persen pada 2022. Dominasi investor muda ini hadir di produk pasar modal, baik saham maupun reksa dana.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan, investor muda ini masih mendominasi meski penguasaan asetnya tidak sebesar investor dari kategori usia yang lebih matang. Sampai Agustus 2023, penguasaan aset terbesar dimiliki 2,88 persen investor berusia 60 tahun ke atas dengan besaran mencapai Rp 896,44 triliun.
”Investor muda dengan nilai investasi kecil tentu sangat kami hargai. Anak muda yang peduli pada masa depan dengan mulai berinvestasi di pasar modal sejak dini tentu sangat baik,” ujarnya saat dihubungi Kompas di Jakarta, Kamis (5/10/2023).
Jeffrey mengatakan, ramainya investor muda tidak lepas dari upaya BEI dan institusi lain pendukung pasar modal dalam memperkenalkan investasi dan produk-produknya. ”Dengan adanya 29 Kantor Perwakilan BEI, 800 Galeri Investasi di Perguruan Tinggi, sekolah dan institusi lain yang tersebar di Indonesia membuat akses semakin mudah,” katanya.
Selain itu, dukungan anggota bursa dan aplikator yang menghadirkan pembukaan rekening investasi secara online atau daring juga turut memainkan peran. ”Kemudahan investasi awal dengan modal ringan juga membuat pasar modal semakin inklusif,” katanya.
Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia Samsul Hidayat, dalam diskusi panel Editor in Chief Gathering di Jakarta, Rabu (4/10/2023), melaporkan, jumlah investor pasar modal yang meningkat 36 kali dalam 10 tahun terakhir juga sudah menyebar di banyak wilayah di Indonesia meskipun Jawa masih mendominasi.
Sampai September 2023, 5 persen investor tersebar di Kalimantan, 4 persen di Sulawesi, 3,54 persen di Balinusra, serta 1,13 persen di Maluku dan Papua.
”Semua kepulauan Indonesia sudah tumbuh investornya dan saya kira itu juga berkat kerja keras dan kerja sama sangat erat SRO (self-regulatory organization) pasar modal dan OJK. Mudah-mudahan dari hari ke hari makin proporsional ke depannya, terutama mungkin nantinya ketika IKN sudah di Kalimantan, saya kira angkanya lebih menyebar,” kata Samsul.
Pemanfaatan produk pasar modal memang masih kecil dibanding produk keuangan, seperti perbankan, asuransi, dan lembaga pembiayaan. Namun, perkembangannya tumbuh pesat. Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022, tingkat pemanfaatan produk atau inklusi pasar modal 5,19 persen. Angka itu melesat naik dari hanya 1,55 persen pada 2021. Adapun tingkat literasi atau pemahaman pasar modal 4,11 persen di 2022.
Pakar hukum investasi dan sustainability, Rio Christiawan, berpendapat, minat generasi Z untuk berinvestasi di pasar modal didukung dengan kemajuan dan kemudahan teknologi yang dekat dengan mereka. Karakter mereka dalam memenuhi hasrat dan kebutuhan finansial juga sesuai dengan model investasi di bursa yang dinamis.
”Ciri khas dari gen Z adalah tingkat keterikatan yang rendah pada pekerjaan yang sifatnya tetap dan hanya mengandalkan gaji bulanan. Di sisi lain, ada kecenderungan untuk memenuhi gaya hidup yang memerlukan biaya,” ujarnya.
Baca juga:
Oleh karena itu, ia tidak heran jika generasi muda ini memandang investasi melalui bursa yang sifatnya berisiko dan berimbal hasil tinggi tersebut ideal dan efektif untuk mencapai tujuan finansial yang diharapkan ketimbang gaji tetap.
”Di sisi lain, bonus demografi yang dimiliki Indonesia saat ini dengan dominasi gen Z pada sebaran penduduk menunjukkan adanya peluang perdagangan yang lebih optimal pada bursa mengingat gen Z lebih tertarik pada investasi tidak langsung dibanding investasi langsung, seperti tanah atau properti, yang sulit mereka jangkau,” pungkasnya.