
Baru-baru ini saya membaca buku Kisah Seorang Jenderal Idealis: H.R. Dharsono, karya Rum Aly (Penerbit Buku Kompas, 2023). Dalam konteks menghadapi Pemilu 2024 saat ini, ada yang tampaknya relevan dikutip dari buku tersebut, yakni soal pentingnya mencermati kualitas calon pemimpin.
Disebutkan dalam buku tersebut, ”Sampai saat ini, kegagalan utama parpol Indonesia adalah kuatnya mereka menganut politik kepentingan pribadi dan golongan, melebihi kepentingan bangsa dan negara” (halaman 35).
Dari halaman yang sama pada buku tersebut, saya petik kutipan, ”Politik kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan di tubuh partai yang ada saat ini secara empiris terbukti selalu bergandengan dengan perilaku korup, baik korupsi untuk dana kegiatan politik partai maupun untuk memperkaya pribadi-pribadi pimpinan partai”.
Selanjutnya saya mencuplik kutipan dalam buku tersebut: ”Tak sedikit parpol, lama atau baru, yang tidak cermat dalam melakukan rekrutmen. Tokoh-tokoh yang pernah menjadi bintang pemberitaan dan dugaan korupsi di masa lampau diterima dengan senang hati ke dalam partai. Entah ia konglomerat dengan sejarah bisnis abu-abu, entah perorangan yang pernah mengeruk uang dalam jumlah besar melalui bisnis kolusi fasilitas yang pasti tak bersih, entah mantan menteri yang kaya secara menakjubkan, entah bintang premanisme, dan sebagainya” (halaman 36).
Tajuk Rencana Kompas (11/9/2023) yang berjudul ”Lebih Dini Mengenal Calon” mengingatkan pentingnya memeriksa bibit (garis keturunan), bebet (status sosial ekonomi), dan bobot (kepribadian dan pendidikan) ketika memilih pemimpin (tentu termasuk wakil rakyat). Rekam jejaknya harus menjadi pertimbangan. Untuk itu, pemilih memerlukan data yang memadai tentang calon-calon tersebut.
Ada kekhawatiran, dipercepatnya tahap pendaftaran calon presiden/calon wakil presiden (capres/cawapres) membuat parpol semakin pragmatis (”Parpol Bisa Menjadi Kian Pragmatis”, Kompas, 10/9/2023). Namun, ini membuka kesempatan lebih dini mengenal para calon.
Upaya sekelompok anak muda menginisiasi platform Bijak Memilih membesarkan hati. Platform daring ini bertujuan membantu pemilih muda yang jumlahnya lebih dari 50 persen dari total 204 juta pemilih pada Pemilu 2024 (”Agar Orang Muda Bijak Memilih”, Kompas, 12/9/2023).
Bijak Memilih menyajikan data dan informasi mengenai isu politik, kandidat, dan partai politik. Ini terutama ditujukan bagi kaum muda urban atau kalangan menengah yang memiliki akses internet agar mereka bisa menentukan pilihan berbasis data.
Hal ini penting mengingat pilihan para pemilih muda ini krusial bagi negeri kita ke depan, bukan hanya untuk lima tahun mendatang.
Eduard Lukman, Jl Warga, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta