Sebanyak 90 dokumen lahir dari KTT Ke-43 ASEAN. Dari diplomasi multilateral itu, ada capaian, sekaligus juga catatan, terkait keketuaan Indonesia tahun ini.
Oleh
REDAKSI
·1 menit baca
Butir-butir hasil konferensi tingkat tinggi (KTT), sebagai forum tertinggi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), itu bisa disimak dari 164 poin Pernyataan Ketua (Chairman’s Statement). Mengingat agenda KTT juga meliputi pertemuan-pertemuan puncak dengan para pemimpin negara mitra wicara, hasil konferensi tiga hari, 5-7 September, ini bisa dicermati dari dokumen-dokumen pertemuan tersebut.
Total ada 90 dokumen yang dihasilkan ASEAN di bawah keketuaan Indonesia. Sebagian dokumen itu dirilis dan dapat diakses publik pada laman resmi ASEAN.
Dari pertemuan para pemimpin ASEAN dengan koleganya dari negara-negara mitra diketahui bagaimana pola relasi ASEAN dengan pihak eksternal. Tujuh negara, termasuk negara-negara kekuatan besar yang memengaruhi dinamika geopolitik kawasan dan global, yakni Amerika Serikat, China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Kanada, masing-masing bertemu secara terpisah dengan para pemimpin ASEAN. Selain itu, mereka berkumpul dalam satu ruangan dalam forum KTT Asia Timur (East Asia Summit).
Begitulah ASEAN bekerja. Pertemuan-pertemuan ASEAN telah mengubah suasana emosional di antara kekuatan-kekuatan besar dan membantu mengurangi persaingan di antara mereka. Ini sudah diakui dari dulu hingga saat ini.
Hal itu dituturkan sendiri oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris saat merasakan langsung pertemuan ASEAN. ”Kenyataan begitu banyak pemimpin berkumpul di satu tempat pada waktu yang satu untuk membicarakan sebagian tantangan terbesar yang dihadapi dunia kita adalah tanda kekuatan dari komitmen semua negara itu untuk berkoalisi dan potensi untuk kolaborasi,” ujarnya dalam wawancara dengan Associated Press (AP) sebelum pulang ke AS, Kamis (7/9/2023).
Kepada para pemimpin negara mitra, selaku Ketua ASEAN, Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan perdamaian dan peringatan agar tidak menciptakan konflik dan ketegangan. Kepada koleganya sesama pemimpin ASEAN, ia mengibaratkan ASEAN seperti kapal besar di lautan penuh rivalitas, yang tak boleh terperangkap jadi proksi kekuatan-kekuatan dunia.
Semua itu, seperti dicatat dalam 90 dokumen ASEAN di bawah keketuaan Indonesia, merupakan upaya Jakarta menjaga ”kapal” ASEAN berlayar jalur yang tepat: menjaga perdamaian kawasan demi terwujud episentrum pertumbuhan.
Tentu, ada catatan dalam beberapa isu. Misalnya, seperti dilontarkan pengamat, dalam isu Laut China Selatan, ASEAN kurang tegas. Dalam isu Myanmar, tidak ada kemajuan dalam implementasi lima poin konsensus untuk menyelesaikan krisis negara itu. Skema troika, yang akan melibatkan tiga negara, termasuk Indonesia—setidaknya hingga 2024—tampak sebagai upaya Jakarta memperoleh waktu tambahan untuk melunasi ”utang” penyelesaian krisis Myanmar.