Tak cukup dengan dampak El Nino, Indonesia kini juga dibayangi ancaman lonjakan kembali harga pangan dunia akibat mundurnya Rusia dari Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Seperti dilaporkan Kompas (25/7/2023), setelah beberapa kali diperpanjang, Rusia pada 17 Juli lalu menarik diri dari kesepakatan yang membolehkan pengiriman komoditas pangan komersial dan pupuk dari Ukraina melalui Pelabuhan Laut Hitam (Black Sea Grain Initiative/BSGI) tersebut.
Langkah Rusia berpotensi menaikkan harga pangan dunia, seperti gandum dan jagung. Ukraina serta Rusia menyumbang 30 persen suplai gandum dunia. PBB bahkan mulai bicara kemungkinan bencana kemanusiaan akibat penggunaan pangan sebagai senjata oleh Rusia pada perang Rusia-Ukraina yang melibatkan NATO, yang belum mereda hingga sekarang.
Antisipasi terhadap potensi lonjakan harga pangan di dalam negeri harus segera kita lakukan. Ukraina selama ini menyumbang 20 persen pasokan gandum ke Indonesia. Sebagian besar suplai produksi pupuk Indonesia juga dari Belarus dan Rusia. Semua itu dilakukan melalui Laut Hitam.
Potensi lonjakan harga pangan dunia ini membuat ketahanan pangan kita kembali dipertaruhkan, terutama di tengah fenomena El Nino yang mengancam pangan global. El Nino yang diperkirakan mencapai puncaknya pada Agustus hingga September ini mengakibatkan musim kemarau lebih panjang dan ekstrem sehingga mengancam produksi pangan kita serta meningkatkan kebutuhan untuk impor pangan.
Ketergantungan yang besar pada impor pangan selama ini sudah membuat kondisi kita rentan. Selain gandum dan kedelai yang 100 persen serta lebih dari 90 persen masih harus diimpor, kita juga mengimpor enam dari sembilan bahan pokok, yakni beras, susu, bawang, garam, daging, dan gula.
Kenaikan harga pangan yang memunculkan tekanan inflasi pangan akan langsung memukul kesejahteraan masyarakat bawah, dengan separuh lebih pengeluaran rumah tangga masih didominasi pengeluaran untuk makanan.
Tekanan Indonesia bertambah karena banyak negara eksportir pangan kini menghadapi ancaman gagal panen atau penurunan produksi akibat El Nino. Beberapa negara, seperti India dan Vietnam, bahkan sudah melarang ekspor atau membatasi ekspor pangan mereka di tengah cuaca ekstrem. Ini menyebabkan kian menipisnya pasokan di pasar, yang pada gilirannya akan semakin mengerek harga ke atas.
Untuk mengantisipasi dampak El Nino, pemerintah menempuh berbagai langkah, antara lain dengan memperkuat stok pangan, termasuk menugasi Bulog mengimpor beras sebanyak 2 juta ton hingga Desember 2023.
Ancaman krisis baru pangan ini menjadi momentum bagi kita untuk lebih keras dan serius lagi membenahi ketahanan pangan di dalam negeri, khususnya produksi dan produktivitas. Ketergantungan yang semakin besar pada impor tidak hanya akan menaikkan harga pangan domestik, tetapi juga mengancam stabilitas sosial dan ekonomi nasional.