logo Kompas.id
OpiniBapak Pulang dalam “Rwa...
Iklan

Bapak Pulang dalam “Rwa Bhineda”

Surga atau neraka, tidak perlu selalu diartikan sebagai semesta “akhirat” semata. Surga dan neraka mewujud dalam kehidupan sehari-hari

Oleh
PUTU FAJAR ARCANA
· 8 menit baca
Putu Fajar Arcana, wartawan harian Kompas 1994-2022
KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Putu Fajar Arcana, wartawan harian Kompas 1994-2022

Aku genggam tangan Bapak. Dingin dan kisut. Ruangan jadi sesepi kuburan. Entahlah. Padahal baru lima menit Bapak dipindahkan dari ICU (intensive care unit). Katanya, selama di ICU Bapak memang sudah tidak sadarkan diri. Tetapi ketika aku tiba, Bapak sempat mengucapkan serangkaian kalimat dengan terbata-bata,”Putu, Bapak mau pulang…”

Meski patah-patah, jelas sekali aku menangkap maksud kata-kata Bapak. Setelah dirawat selama hampir sebulan, Bapak sudah tidak sanggup lagi “menahan” nyawanya. Ia sudah meminta tempo beberapa kali agar Sang Hyang Yamadipati, malaikat pencabut nyawa, mengizinkannya hidup beberapa saat lagi. Bapak ingin menungguku pulang dari Jakarta. Pekerjaan yang menumpuk dan jadwal cuti kantor yang harus diatur cermat, membuatku sedikit terlambat pulang ke Bali. Setelah Bapak benar-benar sekarat di ruangan rumah sakit yang sumpek oleh aroma obat itu, barulah aku mendapat izin pulang.

Editor:
SARIE FEBRIANE
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000