Hingga saat ini belum ada yang bisa meramalkan nasib Threads ke depan. Muaknya orang terhadap Twitter memang muncul di mana-mana. Mereka menunggu platform baru yang lebih ramah pengguna dan pengiklan.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Kabar rencana ”adu jotos” antara CEO Meta Mark Zuckerberg dan CEO Tesla yang juga eksekutif Twitter, Elon Musk, benar adanya. Hari ini mereka ”berkelahi” di bisnis platform percakapan mikroblog. Meta meluncurkan platform media sosial mikroblog sebagai pesaing Twiiter pada Kamis (6/7/2023) atau hari ini. Nama untuk platform ini adalah Threads. Akankah Threads bisa bersaing dan bertahan?
Awal pekan ini sejumlah media melaporkan bahwa pemilik Facebook Meta meluncurkan aplikasi barunya untuk menyaingi Twitter. Mereka mengatakan, Threads akan ditayangkan pada hari Kamis. Aplikasi yang disebut Threads itu bakal tersedia untuk prapesan di Apple App Store. Aplikasi ini akan ditautkan di Instagram. Cuplikan layar dari Threads disebutkan menampilkan dasbor yang terlihat mirip dengan Twitter. Meta menggambarkan aplikasi baru itu sebagai aplikasi percakapan berbasis teks.
Langkah tersebut merupakan yang terbaru dalam persaingan antara bos Meta, Mark Zuckerberg, dan pemilik Twitter, Elon Musk. Soal rencana ”adu jotos” rupanya memiliki alasan-alasan yang kuat di dalam bisnis. Peluncuran Threads mungkin saja bagian dari semangat persaingan yang mewujud. Mereka bisa saja kelak akan terus bersaing. Kita menunggu pembalasan dari Elon karena skor sementara 1:0 untuk Mark.
Meta berani meluncurkan Threads karena kondisi Twitter yang terus goyah. Kebijakan Elon telah membuat sejumlah karyawan keluar. Para pengiklan pun angkat kaki dari Twitter. Mereka ogah berada di platform yang terus-menerus mengalami berbagai perubahan kebijakan yang tak menguntungkan mereka. Media juga tidak nyaman berada di platform tersebut dengan berbagai kebijakan pembatasan dan pelabelan. Para pengguna banyak yang melakukan migrasi ke platform lain.
Threads diluncurkan pada saat orang menunggu platform baru yang lebih ramah dengan pengguna. Kebijakan terakhir Twitter yang membatasi unggahan, jumlah cuitan yang bisa dibaca, penutupan Application Programming Interface (API), dan lain-lain makin membuat pengguna lari. CEO Twitter yang baru, yaitu Linda Yaccarino, sepertinya belum menunjukkan kemampuannya untuk mengubah haluan Twitter. Ia sepertinya kesulitan untuk mengendalikan Elon yang meski telah menjadi bawahannya tetap saja bercuap-cuap dan membuat pengguna tidak nyaman berada di Twitter.
Apakah kehebatan Threads dibandingkan Twitter? Bocoran di berbagai media tentang aplikasi Threads menyebutkan, tangkapan layar menunjukkan antarmuka (interface) aplikasi itu mirip dengan kolom komentar Instagram. Instagram sendiri berharap akan mengubah bagian komentar itu menjadi aplikasi mandiri tempat pengguna dapat membuat dan bergabung dengan utas tentang berbagai topik, mirip dengan Twitter. Utas tersebut akan memungkinkan pengguna untuk mengikuti tagar, membalas kiriman, dan mengirim pesan langsung ke utas lain.
Mereka membangun utas dengan harapan menjadi tempat komunitas berkumpul untuk membahas segala hal, mulai dari topik yang diminati hari ini hingga apa yang akan menjadi tren besok. Apa pun yang Anda minati, Anda dapat mengikuti dan terhubung langsung dengan pembuat utas favorit Anda dan orang lain yang menyukai hal yang sama. Melalui utas, orang juga bisa membangun pengikut setia sendiri untuk berbagi ide, opini, dan kreativitas. Seperti Instagram, Anda dapat memberi tanda suka, mengomentari unggahan, dan mengirim pesan langsung ke unggahan apa pun, tetapi Anda juga dapat membagikannya kembali dengan fitur baru yang terlihat seperti tombol mencuit ulang Twitter.
Untuk mulai memperkenalkan Threads, sejumlah perusahaan dan pemengaruh (influencer) terpilih telah berada di Threads sebelum peluncuran. Business Insider melaporkan bahwa beberapa pembuat konten memperoleh akses awal dengan harapan mereka mempromosikan fakta telah sepenuhnya berada di Thread sebelum aplikasi itu dirilis sepenuhnya. Menurut tangkapan layar yang bocor ke luar, mereka yang sudah memiliki akun Threads adalah akun resmi Netflix, bos Instagram Adam Mosseri, dan Mark sendiri. Alessandro Paluzzi yang selama ini sering menjadi tukang intip perkembangan teknologi mencatat, sejumlah orang telah menjadi penguji kehebatan Threads. Mereka itu antara lain pemengaruh, seperti Adam Waheed, dan editor Vogue, Gabriella Karefa-Johnson.
Meski demikian, tidak semua orang bisa berharap menggunakan Thread dalam waktu dekat. Bocoran internal yang dikutip Gizmodo menyebutkan, aplikasi baru ini tidak akan tersedia di tempat-tempat dengan peraturan yang lebih ketat daripada di Amerika Serikat.
Sumber anonim yang mengetahui situasi di Meta mengatakan bahwa perusahaan tidak akan merilis Threads seperti di Uni Eropa. Setidaknya mereka belum berencana merilisnya di kawasan itu.
Media Irish Independent juga menerima konfirmasi dari Komisi Perlindungan Data negara mereka bahwa Threads tidak akan merilis platform tersebut di Uni Eropa pada saat ini. Meta disebutkan bersikap menunggu untuk melihat bagaimana aplikasi baru mereka akan berinteraksi dengan Digital Markets Act. Undang-undang tersebut dimaksudkan untuk membatasi perilaku antipersaingan dari perusahaan teknologi besar. Komisi Eropa baru akan menawarkan panduan pada bulan September. Oleh karena itu, Meta lebih menunggu isi dari aturan tersebut sebelum mereka masuk ke Uni Eropa.
Hingga saat ini belum ada yang bisa meramalkan nasib Threads ke depan. Muaknya orang terhadap Twitter memang muncul di mana-mana. Mereka menunggu platform baru yang lebih ramah pengguna dan pengiklan. Akan tetapi, Threads tidak otomatis menjadi jawaban. Sebelum Threads sudah ada platform mikroblog sejenis, tetapi tidak menjadi tempat pelarian pengguna Twitter secara besar-besaran. Apakah Threads dengan dukungan fasilitas dan kemudahan dari Instagram bisa menggantikan Twitter?