Selagi Elon Musk terus mengumbar berbagai langkah yang aneh, ia akan membuat masa depan Twitter tidak menentu. Bakal runyam.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Sejak memiliki keseluruhan saham Twitter tahun lalu hingga sekarang, CEO Tesla Elon Musk selalu membikin ulah. Tindakan aneh itu, misalnya, melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya, menghapus tanda centang biru untuk akun yang sebenarnya sudah terverifikasi, mewajibkan pemilik centang biru membayar langganan, dan lain-lain. Masa depan Twitter makin tak jelas.
Terakhir, Twitter telah ”memusuhi” beberapa organisasi berita besar dengan melabeli mereka sebagai media yang didanai negara. Sebaliknya, ia sepertinya telah melonggarkan pembatasan pada akun Pemerintah Rusia dan beberapa negara lainnya. Tidak hanya itu, Musk membuat lelucon kasar di depan kantor pusatnya dan pada nama tampilan di akun Twitter milik Musk sendiri seperti dilaporkan CNN beberapa hari lalu.
Tindakan ini tentu saja banyak diprotes. Beberapa organisasi media keberatan dengan pelabelan yang boleh dibilang sembrono. Twitter dianggap tidak memahami status pembiayaan beberapa media. Di sisi lain, Twitter dianggap tidak berusaha mencegah penyebaran propaganda oleh beberapa negara pada saat negara lain mengutuk penyebaran berita-berita yang sangat bias dengan kepentingan mereka.
Di kalangan pebisnis, langkah Elon juga mencemaskan. Penguasaan tunggal perusahaan media sosial sangat meresahkan dan bisa mengancam kebebasan. Apalagi sudah tampak beberapa akun mendapat keistimewaan untuk tidak membayar langganan, tetapi tetap mendapat tanda terverifikasi. Bias sangat tampak dalam beberapa langkah Twitter belakangan ini. Ia akan memberi kelonggaran terhadap beberapa kawannya, tetapi ”menghukum” mereka yang dianggap lawan.
Majalah Forbes menulis tentang hal itu. Satu orang yang dikategorikan sebagai musuh, maka langsung akan mendapat hukuman. Tindakan ini menjadi salah satu alasan utama kalangan industri teknologi mengkhawatirkan masa depan Twitter. Banyak pemimpin teknologi yang mengatakan, sangat berbahaya bahwa Musk mengatur biasnya sendiri dan lebih didorong untuk mendapatkan keuntungan daripada mengembangkan platform ”kebebasan berbicara” seperti yang dia janjikan ketika membeli Twitter tahun lalu.
Penulis Tim Bajarin di laman Forbes mengatakan, tidak peduli bagaimana Anda menggunakan Twitter untuk alasan apa pun, gagasan tentang satu orang yang memiliki kekuatan sebesar ini tanpa kontrol harus menjadi perhatian besar. Oleh karena itu, banyak orang telah mencari platform alternatif seperti Plurk yang mirip dengan Twitter. Mereka juga mulai mempertimbangkan platform Mastodon, MicroBlog, dan Substack Notes yang lebih baru.
Apabila kita menjadi pemimpin di Twitter, mungkin kita akan bingung dengan langkah Elon. Di satu sisi ia bertindak seenaknya sendiri dan tanpa kendali, tetapi di sisi lain dia harus memikirkan nasib bisnis Twitter. Sejak dulu hingga diambil alih, Twitter hanya pernah sekali untung, yaitu pada 2019. Tahun lalu pendapatannya bahkan disebut anjlok 40 persen. Angka ini hanyalah perkiraan karena sejak seluruh saham Twitter dimilik Elon, dia tidak perlu membuat laporan keuangan kepada publik.
Upaya untuk menaikkan pendapatan sepertinya sangat sulit. Para pemasang iklan mulai alergi dengan tindakan Elon. Mereka mulai cabut dari platform tersebut. Selama berbulan-bulan, perusahaan telah berjuang untuk mempertahankan pengiklan dan menambah bisnis iklannya yang menurun. Porsi iklan dalam pendapatan mereka sekitar 90 persen dari pendapatan tahunan. Mereka kini terus berupaya meyakinkan pengguna untuk membayar layanan langganan.
Para eksekutif Twitter makin pusing karena saat membeli Twitter, Musk meminjam uang ke beberapa lembaga keuangan. Musk mungkin sekarang sedang bersiap untuk melakukan pembayaran dalam jumlah besar kepada pemberi pinjaman. Seperti diketahui, ia membeli Twitter dengan nilai 44 miliar dollar AS. Pembayaran itu sebagian besar dilakukan dengan utang yang signifikan dari beberapa lembaga keuangan.
Meski di tengah berbagai kekacauan, pada tahun lalu masih ada yang melihat bahwa Twitter bisa bertahan dan bahkan sukses pada masa depan. Senior Fellow in Center for Technology Innovation Douglas Dillon Chair in Governmental Studies pada Brookings Institute, Darrell M West, menulis, bagaimanapun riuh dan kekacauan Musk sebagai bos Twitter, tidak begitu saja membawa perusahaan ini pada kegagalan atau kehancuran.
Banyak organisasi telah mengalami masa-masa sulit seperti itu, tetapi berhasil berinovasi, mengembangkan layanan dan produk baru, hingga berkembang dalam jangka panjang. Langkah yang bisa dilakukan, antara lain, memotong biaya, mengurangi staf, dan terus meluncurkan produk baru yang menghasilkan penggunaan dan menarik pengiklan.
Akan tetapi, langkah Musk yang tidak menentu baru-baru ini hanya mempersulit upaya perubahan haluan perusahaan. Twitter terus-menerus menimbun masalah. Padahal keyakinan pemasang iklan menjadi kunci untuk mengembalikan pendapatan. Orang tidak mau mendekat ketika platform Twitter terus-menerus menebar ”hawa panas” dan permusuhan. Apalagi komitmen terhadap nilai-nilai tertentu juga terus diingkari.
Meski Darrell M West optimistis dengan masa depan Twitter, dia juga mengingatkan, salah satu faktor terpenting dalam menentukan masa depan keuangan Twitter adalah pengiklan ketika sebagian besar pendapatan perusahaan tersebut berasal dari iklan. Jika banyak sponsor menghentikan atau menarik kembali pengeluaran mereka, langkah itu dengan cepat dapat menghancurkan platformnya. Hilangnya pendapatan yang besar dapat mempersulit pemeliharaan layanan dasar atau sekadar untuk memperbarui platform.
Berdasarkan laporan beberapa media, Twitter membutuhkan lebih dari satu miliar dollar AS setahun hanya untuk mempertahankan kewajiban pembayaran utangnya dan segala sesuatu yang berkait dengan pembayaran kembali pinjaman serta untuk mengamankan pembayaran tenaga kerja mereka. Kurang dari angka itu, maka bisnis Twitter dalam ambang bahaya. Selagi Musk terus mengumbar berbagai langkah yang aneh, ia sangat mungkin bakal menyentuh ambang bahaya itu suatu saat. Bakal runyam.
Editor:
PRASETYO EKO PRIHANANTO
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.