Kata ”bapak” dan ”ibu” barangkali sudah terasa usang di kalangan orangtua dan anak zaman sekarang. Mereka punya kata panggilan sendiri untuk orangtua sebagai wujud kreativitas dan rasa sayang.
Oleh
Yuliana
·2 menit baca
”Mumu, tadi aku dapat stiker bintang dari Miss karena aku tertib di kelas,” kata seorang teman anakku di sekolah.
”Wah, hebat. Nanti kita kasih tahu pupu, ya,” jawab ibu dari anak itu.
Mumu dan pupu adalah panggilan anak itu untuk orangtuanya. Mumu untuk ibu dan pupu untuk ayah.
Suatu hari iseng saya bertanya kepada si ”mumu” mengapa memilih dipanggil mumu. Ia menjawab, tidak ada alasan khusus, tetapi agar terdengar ”kasual” saja dan beda daripada yang lain.
Saya juga punya teman yang dipanggil mika oleh anaknya. Mika adalah akronim dari Mami Tika. Tika adalah nama teman saya ini. Lantas, suaminya dipanggil pika. ”Biar matching saja, jadi suami dipanggil pika,” katanya.
Ada pula artis atau tokoh terkenal yang memiliki panggilan unik untuk anak-anak mereka. Pasangan Raffi Ahmad dan istrinya dipanggil papsye-mamsye.
Dalam sinetron Tukang Ojek Pengkolan, tokoh Trisna dipanggil babab dan Yuli, istrinya, dipanggil bibu. Tentu maksudnya babab untuk bapak dan bibu untuk ibu. Namun, kata panggilan ini belum pernah terdengar di dunia nyata.
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono dan almarhumah istrinya pun memiliki panggilan tidak biasa dari anak dan cucu mereka. Mereka disapa memo-pepo.
Dahulu, orangtua terbatas hanya dipanggil ayah-bunda, mama-papa, bapak-ibu, mami-papi, atau umi-abi. Sekarang, pasangan lebih ekspresif dan ingin terlihat unik ketika dipanggil oleh anaknya.
Panggilan itu ada yang terinspirasi dari bahasa daerah, artis, drama Korea, akronim nama mereka, bahkan ada pula anak-anak yang menciptakan sendiri panggilan sayang untuk orangtua mereka.
Mereka mendiskusikan akan dipanggil apa oleh anak mereka dari awal merencanakan ingin memiliki anak. Panggilan itu ada yang terinspirasi dari bahasa daerah, artis, drama Korea, akronim nama mereka, bahkan ada pula anak-anak yang menciptakan sendiri panggilan sayang untuk orangtua mereka.
Saya sendiri ingin dipanggil bunda, bahkan jauh sebelum memiliki pasangan. Cita-cita sederhana ingin dipanggil bunda sudah ada sejak SMP. Bunda bagi saya terdengar sederhana, tetapi mendalam.
Sekarang bunda jadi panggilan umum pengganti ibu ketika, misalnya, berada di pasar. ”Silakan, jilbabnya Bunda,” sapa salah satu karyawan toko menyapa saya.
Seiring waktu, anak saya lebih senang memanggil saya bunbun. Terserah, bebas saja.
Bahasa berkembang, begitu pula sapaan untuk orangtua dari anak-anak mereka. Kita memang tidak akan menemukan kata memo-pepo atau mika-pika di KBBI. Namun, kata-kata itu bersumber dari rasa sayang hubungan anak dan orangtua.
Sungguh kreatif pasangan orangtua zaman sekarang. Buat Anda yang belum menjadi orangtua atau berencana memiliki anak, ingin dipanggil apa oleh anak Anda kelak?